Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Lea. Wanita itu hanya menatap wajah ibunya dengan sendu. Sebagai seorang ibu, tentu saja Lesta mengerti dengan ekpresi yang diberikan oleh puterinya. Kemudian ia pun mendekat. Mengusap lembut puncak kepala anaknya. Seakan bertanya, dengan apa yang sekarang sedang dialami oleh puterinya itu.
Tetapi sampai detik ini, Lea masih bungkam. Ia tidak sanggup jika harus memberi tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Sudah pasti Lesta akan merasa hancur hatinya. Sementara itu, dari kejauhan Ninda memberikan tatapan penuh arti. Cukup lama mereka saling terdiam, hingga akhirnya Lea mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi ia sembunyikan.
"Aku ingin memberi tahu Ibu sesuatu," ucap Lea mulai membuka pembicaraan.
"Apa itu? Katakan saja. Apa yang kamu inginkan?"
Lea menggelengkan kepala, "Aku tidak ingin apa pun, Bu. Tapi, aku divonis menderita leukimia."
"Apa?!" Lesta berteriak sangat kencang sekali. Bahkan kedua bola matanya membulat dengan sempurna.