"Ayo buka blokirnya, aku tidak akan menurunkanmu jika kau belum melakukannya," paksa Radi membuat Ninda berdecak kesal.
"Pemaksa," gerutu Ninda, tapi tetap melakukannya. "Sudah, tapi jangan menghubungiku seenak udelmu," imbuhnya membuat senyum simpul terbit di wajah tampan Radi yang sejak tadi menatapnya sendu. "Kau ini merepotkan saja," pungkasnya.
"Aku akan menjemputmu nanti, kau harus mendengar penjelasanku apapun alasannya," kata Radi yang kini membelokkan mobilnya menuju kampus Ninda.
"Bertemu di tempat lain saja," pinta Ninda.
"Kenapa?"
****
Ninda menghela napas pelan kala matanya yang masih terasa berat untuk dibuka terusik dengan bunyi dering ponsel. Dengan malas ia membuka mata dan melihat siapa yang sedang menghubunginya. Perasaannya jadi makin tak nyaman setelah mendapati nama yang terpampang di layar ponselnya. "Ada apa?" sapanya dengan nada yang sama sekali tidak ramah.
"Kau tidur?" sapa Vanesha.