Ninda menghela napas pelan kemudian menghempaskan tubuhnya ke kasur. Ia merasa sangat lelah karena kegiatan yang ia lalui hari ini, banyak dan juga lelah karena memikirkan tentang kedatangan Radi yang terbilang mendadak. Ia menatap lekat gelang yang ada di genggamannya dengan perasaan tak karuan. Lelaki itu datang setelah beberapa waktu tak muncul di hadapannya sejak kejadian di Singapura sebelumnya. Tak menepati janji yang bahkan tak pernah ia minta untuk di ikrarkan. "Untuk apa kamu datang?" gumamnya sembari meremas kuat gelang dan memejamkan mata. Luka lama yang sudah pernah ia coba untuk obati kini serasa terbuka kembali. Harapan yang memang tak pernah sesuai dengan kenyataan menjadi hal tak asing untuk Ninda. Perasaannya selalu berakhir dengan luka jika itu berhubungan dengan Radi. Ia sudah menyerah dan sedang berusaha melupakan saat lelaki itu kembali muncul dan seolah memberikan harapan baru. Padahal, pada harapan sebelumnya ia harus terluka dengan cukup dalam.