Chereads / Juragan Wei / Chapter 9 - Sari dan Ayu

Chapter 9 - Sari dan Ayu

Didalam ruangan itu kulihat; Sari duduk tanpa busana dengan sebuah batang hitam di tangannya. Sari mendesah-desah menggunakan batang hitam yang mirip penis itu mengorek-ngorek selangkangannya.

"Eh! Juragan!" jawab Sari terkejut lalu meringkuh menutupi tubuhnya yang telanjang.

"Aduh! malu! kok Agan kesini?" Terlihat Sari sudah mabuk berat dan lupa diri.

"Dia Minumnya banyak?" tanyaku ke Ayu. Ayu mengangguk panik.

"Kamu?" dan Ayu mengangguk lagi. "Sedikit." jawabnya.

"Kalian Nakal ya!" ujarku kepada mereka.

"Wan! jangan bilang nyonya ya!" kata Ayu berlutut memohon padaku.

Tak bisa lagi aku melanjutkan sandiwara ku ini. Aku sudah nafsu sekali. Mereka telah merangsangku seharian.

"Kamu itu! Sini!" pintahku agar Ayu mendekat, lalu ku keluarkan penisku dihadapannya. Celana piyamaku jatuh kutinggalkan di lantai, menarik wajah Ayu semakin mendekat.

"Ayo, biar sari tahu." kataku mengarahkan mulutnya mengulum batang penisku.

"Nyonya udah di rumah! Udah ndak bisa disana!" bentakku padanya agar segera memulai.

Sari tiba-tiba mendorong Ayu, dan penisku. Matanya mendelik, dan mulutnya terbuka kagum melihat hadirnya kontol ku. "Kamu mau Sar?" tanyaku padanya sambil melirik Ayu.

Sari yang tengah mabuk berat pun mengangguk gembira. Ia tak dapat mengangkat matanya dari selangkangan ku.

"Ruang apa ini?" tanya ku pada Ayu, sambil mengamati seisi ruangan yang dilapisi karpet merah dari langit-langit hingga tembok dan lantainya. Aku mengamati beberapa alat yang tergantung disitu, alatnya aneh-aneh. cemeti, tali, rantai, dan beberapa topeng. Wah! Bahkan ada kuda- kudaan di sebuah sudut.

"Itu!" kataku menunjuk benda yang tadi dipegang Sari. "kamu orang tahu apa itu?"

Sari menjawab geli; "kontol-kontolan Gan!" jawabnya merangkak kembali mengambil karet hitam itu ke lalu menggigit-gigitnya memandangku.

"Kalian ini benar-benar nakal ya? bongkar-bongkar disini." Ayu menggelengkan kepala, tapi sari mengangguk-angguk.

Kuraih penisku, lalu duduk menyandar bak raja. "Ayo Sama-sama!" kataku berharap dilayani oleh dua gadis remaja ini. "Bareng-bareng, atau gantian?" tanya ku pada mereka. "Ayo!?" Sari menjawab "bareng!" sedangkan Ayu meminta bergantian

Ayu yang lebih kecil jelas lebih duluan menerkam penisku. Dia tetap tak ingin berbagi.

"Pantas Yu! kamu suka kerja disana." kata Sari memandang apa yang dilakukan temannya ini.

Ayu menjilati buah zakarku kemudian mengemut kepala kontolku tersenyum-senyum pada Sari. Dia menantang Sari untuk melakukan hal yang sama.

Aku menatap Sari mengagumi bentuk wajahnya yang cantik. "Kamu cantik ya, Sar." Puji ku mengamati Sari yang berkulit hitam manis. Ku perhatian bulu keteknya yang sudah lebat dan jembutnya yang rindang. "Kamu bulunya banyak yah!" kataku membuatnya tersipu mengamati Ayu turun naik mengulum penisku.

Dagunya lancip, bibirnya yang tipis kehitaman, matanya bundar sayu ingin menikmati penis seorang lelaki membuatku melupakan enaknya mulut Ayu.

"Memekmu gatal ya? tanya ku menggodanya.

Sari mengangguk dan kemudian bersimpuh membaringkan kepalanya di pahaku mengamati Ayu yang sedang mengemut-emut.

Kuambil dildo yang tadi digunakannya dan mengamatinya. "Ini, memekmu?" tanya ku mengendus dildo yang sudah berlendir itu.

"Sudah pernah coba pakai ini Yu?" tanyaku ke Ayu.

Ayu menyahut "Ndak mau! Ayu maunya punya tuan aja," lalu melahap lagi kontol ku.

"Eh coba Yu!" aku membungkuk menarik bongkahan pantat Ayu dan melorotkan celananya. Ku tusuk segera dildo hitam itu ke memeknya.

Ayu menjerit melepas kulumannya, saat ku gerakan dildo itu keluar masuk dalam tubuhnya. Panjang dildo dan besarnya yang tidak ukuran manusia mengalihkan Ayu dariku.

Ku ajak Sari untuk mencuri kesempatan ini. Ku tuntun dia menduduki penisku yang telah basah karena liur Ayu.

"Jangan teriak ya!" bisik ku sambil mengangkat kaki Sari satu persatu mengalung di pundakku. ku rapatkan kakinya didadaku. Sambil menjambak rambutnya, kubiarkan dia semakin menduduki penisku, lalu ku hentak sekeras mungkin.

Tubuh yang ramping nya berayun-ayun selaras panjang penisku tertahan di kepala penisku yang terjepit rapat memeknya.

"Masak kamu belum pernah begini?" tanyaku pada Sari diikuti kakinya yang melemas membiarkan aku masuknya semakin dalam dan cepat. Sari hanya tertunduk mendesah sesekali. Gerakan ku dan daya tarik bumi, membuat tubuh Sari lemas tak lagi mencekram; lubangnya semakin terbuka membuatku tahu dia sudah sering dipakai.

"Punya Ayu! Itu Punya Ayu!" rintih Ayu melihat aku menikmati lubang temannya. Ayu melepas orgasme nya karena dildo yang dia gerakan terus-menerus di lubang kemaluannya.

"Mabok kamu!" kataku pada Ayu.

Sementara Sari sendu mengigit bibirnya merasakan enaknya penis hangat didalam vaginanya. Dia memandangku penuh takjub lalu melepas orgasme nya berkali-kali.

"Mbak minggir! sana! jauhan!" kata Ayu mendorong tubuh Sari meninggalkan penisku. Ayu naik mengantikan lubang Sari yang telah becek.

Ayu memang lebih sempit daripada Sari. Dia perawanku.

Sari menyaksikan bersamaku, bagaimana Ayu melebarkan dan menarik labia keatas dengan jarinya. Ia bergelinjang dahsyat menduduki penisku perlahan.

"Gan, ndak kekecilan tuh?" tanya Sari mengamati.

"Mbak! Diam mbak!" hardik Ayu sambil mengarahkan pinggulnya menikmati aku.

"Ko we ra ngapusi aku tah, Yu?" ujar Sari mendelik saat melihat lipatan labia Ayu tergerus dan tertarik penisku. "ra pernah, ra pernah?"

Aku berbaring, membiarkan Ayu berayun menikmati gagahnya kemaluanku malam ini, aku memanggil Sari, dan mendudukannya di dadaku. "Belakang!" pintahku agar dia menghadap tubuh Ayu.

Sari meremas pinggulku saat tahu aku menjilati vaginanya yang gelisah. Tanganku dibukit pantatnya meremas dan mengupas selangkangannya lebih terbuka di wajahku. Sama seperti Ayu, mereka belum Sari belum pernah merasakan dijilati seperti ini. Dia jadi lebih binal meliuk-liuk, tak kuasa menahan geli dan rangsangan dari lidahku.

"Yu! yu! udah! Keluar!" jeritku menyuruh Ayu turun sambil tetap memeluk pantat Sari. "Keluar!" ujarku mendongkrak pinggulku mengusir Ayu dari letusan sperma ku. Lalu, akupun ejakulasi.

Kedua anak ini mengamati bagaimana spermaku keluar dari batang penisku. Memuntahkankan cairan putih diatas tubuhku diikuti lelehan lahar hangat spermaku. Mereka mengunakan jemari mereka memainkan apa yang mereka lihat, sebelum akhirnya aku minta Ayu mengajak temannya ini ikut membersihkannya; "Yu, ajak Sari jilati!" begitu kataku sebelum terbaring pasrah lemas menikmati gilanya malam ini.

"Wan, kita pulangnya gimana?" tanya Ayu memelukku.