โ.โฎ ๐๐ฒ๐๐ก, ๐ฌ๐๐ค๐ข๐ญ๐ญ โฎ.โ
โแึฏึโโโึแึฏโโโแึฏึโโโึแึฏโโโึแึฏโโโแึฏึโโโึแึฏโ
๐ฐ ๐ง๐ฎ๐ต๐๐ป ๐๐ฒ๐บ๐๐ฑ๐ถ๐ฎ๐ป...
Sekarang Delisa, Delima dan juga sang ayah sedang duduk dipinggir jalan. Delima mengajak adiknya Delisa untuk bermain ditengah jalan, mereka berdua asik bermain dan tidak menyadari kalau ada mobil yang mendekat dengan kencang kearah mereka.
Sang ayah menyadari kalau kedua putrinya tidak ada di sisinya, sang ayah melirik kekanan dan kiri untuk melihat dimana kedua putrinya, dan ia menemukan mereka dan berjalan kearah mereka, tetapi ia terkejut saat ada mobil hitam yang mengemudi dengan kencang kearah mereka.
Ia langsung berlari dan menggendong Delima di gendongannya dan mendorong Delisa hingga gadis kecil itu terbentur tiang yang ada disisi jalanan. Darah merah terus mengucur dikepalanya, Delisa kecil merasakan sakit luar biasa dibagian kepalanya.
"A-ayah," lirih Delisa terbata bata sambil menahan sakit dikepalanya, ia tersenyum miris ketika melihat ayahnya hanya peduli kepada kakak kembarnya saja.
Sang ayah tidak menyadari kalau ia tadi mendorong Delisa dengan kencang sampai mengenai tiang, sang ayah menggendong dan membawa Delima ke pinggir jalan.
Ia menatap putri sulungnya dengan tatapan panik dan khawatir
"Delima, kamu tidak apa apa kan nak?" tanya sang ayah khawatir kepada putri sulungnya itu, Delima menggeleng pelan.
"Aku tidak apa apa yah, tapi Delisa yah, kepalanya berdarah karena terkena tiang," ucap Delima sambil menunjuk Delisa yang sedang menahan kesakitan, sang ayah lalu menoleh dan menatap kearah Delisa.
Ia hanya terdiam melihat putrinya tengah kesakitan, lalu ia malah lebih memedulikan putri sulungnya yang baik baik saja dibandingkan putri bungsunya yang sedang terluka.
Sang ayah lalu menggendong dan membawa Delima, ia berjalan mendekati Delisa. Delisa menyadari kalau ada orang didepannya sontak mendongak dan menatap orang itu yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
Delisa kecil menatap sang ayah dengan mata berkaca kaca "a-ayah sa-kit," lirih Delisa dengan matanya yang sudah berkaca kaca, sang ayah lalu menurunkan Delima dari gendongannya dan duduk di hadapan Delisa.
"Sakit? Ga usah manja deh, sakit segitu aja udah manja. Udah ga usah diapa apain, nanti juga sembuh sendiri," ucap sang ayah dengan tidak peduli, ia tidak peduli dengan putrinya yang berdarah akibat benturan.
Delisa terdiam, dalam hatinya ia menangis dan menjerit sakit, bukan sakit dikepalanya tapi sakit saat ayahnya lebih peduli dengan kakaknya dibandingkan dirinya.
Sang ayah lalu berdiri dan menggendong Delima lagi, ia berjalan menjauhi Delisa, Delisa sontak menatap saat langkah kaki sang ayah kian menjauh.
"Ayah, Delisa juga mau digendong," pinta Delisa saat melihat ayahnya menggendong kakaknya.
Mendengar suara Delisa, sang ayah lalu berhenti dan berbalik menghadap Delisa, ia berkata dengan acuh "Mau digendong? Kamu ga lihat ayahmu sedang menggendong kakakmu? Ayah capek Delisa, kamu ga pernah ngertiin ayah," ucap sang ayah menyalahkan Delisa, Delisa menunduk dan menahan air matanya yang akan terjatuh.
Sang ayah berbalik dan pergi menjauhi Delisa, Delisa menatap punggung ayahnya yang kian menjauh, ia merasakan sakit dan pusing di kepalanya, ia juga merasakan kedua matanya kian memberat.
Delisa menahan kedua matanya untuk tetap membuka, akan tetapi semakin lama Delisa tidak bisa menahannya dan akhirnya Delisa pingsan dipinggir jalan dengan darah yang masih mengucur di pelipisnya
Disaat Delisa sedang pingsan, ada seorang ibu ibu yang melihatnya dan mendekat
"Dek, kamu tidak apa apa kan?" tanya ibu itu sambil menepuk nepuk badan Delisa, saat si ibu melihat kepala Delisa memar langsung panik
"Dek, yaallah kepalamu berdarah," ucap Ibu itu panik saat melihat darah keluar dari kepala Delisa, si ibu itu tambah panik saat Delisa tidak bangun bangun juga padahal sudah berkali kali dipanggil oleh ibu itu.
Si ibu itu mengambil sapu tangan dan mengusap darah yang ada dikepala Delisa, ia langsung berlari dan berteriak ketika tau Delisa pingsan "TOLONG, TOLONG, ADA ORANG PINGSAN!" teriak si ibu itu.
Para warga langsung mendatangi si ibu itu dan bertanya dengan panik "ada apa bu?" tanya salah satu warga
"Ini pak, ada anak kecil pingsan, kepalanya memar dan berdarah pak," jelas si ibu itu dengan wajah yang panik.
"Dimana anak kecilnya bu?" tanya lagi seorang warga berusia paruh baya.
"Ayo sini ikut saya pak," ujar si ibu itu sambil berjalan kearah tempat Delisa pingsan. Saat tiba ditempat itu, salah satu bapak bapak menggendong Delisa.
"Bawa kerumah sakit aja pak," ucap Ibu ibu yang lain, yang diangguki oleh seluruh warga yang ada di tempat itu.
ึธ ึน โ โญ ึธ ึน โญโฉ ึธย ึน โ โญ ึธ ึน โญโฉ ึธ ึน โ โญ ึธ ึน โญโฉ
Saat tiba di rumah sakit, bapak yang menggendong Delisa langsung berlari dan mencari dokter untuk memeriksa Delisa.
Salah satu dokter laki laki menghampiri mereka dan berkata "Ada apa pak?" tanya dokter itu.
"Ini dok, ada anak kecil pingsan dengan memar dikepalanya," jawab bapak itu.
"Dimana pak?" tanya lagi dokter itu. Si bapak dan si dokter langsung menghampiri ditempat Delisa berada, sang dokter terkejut saat tau kalau anak kecil itu ternyata adalah keponakannya sendiri.
"Yaampun Delisa?!" pekik sang dokter saat tau kalau anak kecil itu keponakannya sendiri
"Dokter tau anak ini dok?" tanya si bapak itu heran bila sang dokter mengetahui nama gadis kecil itu.
"Iya tau, dia adalah keponakan saya pak, ayo pak saya antarkan ke ruangan saya," ujar dokter itu yang diangguki oleh bapak itu, Delisa langsung dibawa ke ruangan milik pamannya.
Tibalah di ruangan tersebut, Delisa langsung dibaringkan diranjang dan langsung diperiksa oleh dokter itu, bapak itu hanya menunggu diluar ruangan saja.
"Yaampun nak, kenapa kamu jadi begini?" tanya dokter itu dengan sedih melihat keadaan keponakannya yang tidak baik.
Sang dokter mengambil kapas dan betadine dan mengoleskannya dikepala Delisa, Delisa meringis sakit dan perih dikepalanya, Sang dokter yang mendengar ringisan Delisa pun semakin berhati hati untuk mengoleskannya.
Setelah dioleskan betadine dengan kapas, sang dokter lalu memperban luka itu dengan perban putih yang berukuran kecil dengan sangat hati hati. Setelah sudah diobati lukanya, Delisa terbangun dan mendapati dirinya disebuah ruangan yang tidak asing.
"Ini dimana?" tanya Delisa bingung mendapati dirinya disebuah ruangan yang tidak kecil juga tidak besar.
"Nak, Delisa. Kamu sudah bangun?" tanya dokter itu, Delisa mengenali suara itu dan menoleh kearah dokter itu dan berkata "Om Reyhan?" tebak Delisa sambil mengingat ngingat wajah didepannya, dokter Reyhan pun menggangguk.
Bersambung...
๐ย ึธ ึผย ๐ฒ ๐ย ึธ ึผย ๐ฒ ๐ย ึธ ึผย ๐ฒ ๐ย ึธ ึผย ๐ฒ ๐ย ึธ ึผ
Haii, ketemu lagi dengan saya sang author. Gimana seru ga ceritanya? Mau membaca chapter berikutnya? Vote, like serta comment dulu dong.
Nanti kalau banyak vote, like sama comment nya saya lanjutin ceritanya.
Sampai jumpa di chapter berikutnya๐๐ปโบ๏ธ.
๐๐ฎ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐ฐ๐ผ๐ฝ๐ฎ๐ ๐ป๐ผ๐๐ฒ๐น ๐ถ๐ป๐ถ, ๐ถ๐ป๐ถ ๐ต๐ฎ๐๐ถ๐น ๐ฏ๐๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐๐ฎ ๐๐ฒ๐ป๐ฑ๐ถ๐ฟ๐ถ!!