Dua tahun berlalu.
Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle. Rifki datang untuk yang keenam kalinya ke Paris. Setahun tiga kali dia datang ke Paris tanpa sepengetahuan Naura dan juga Bram. Hatinya ingin berteriak manakala anaknya yang bernama Zaydan tumbuh dengan sangat baik namun dirinya tak ada di sisinya untuk menemaninya. Dia ingin sekali mendengar anaknya memanggilnya Papa tapi apakah anak tersebut mengenalnya.
Hatinya sering tercubit mana kala si kembar keponakannya Azka dan Aira memanggilnya dengan sebutan Papa. Dia mencoba untuk tetap tersenyum meskipun sebenarnya hatinya menjerit, apalah daya dia laki-laki harus lebih kuat dari apapun.