Naura terdiam di kamarnya pikirannya sedang tak menentu karena memikirkan pernyataan cinta Bram padanya. Apakah dia akan menerima lamaran Bram atau menolaknya.
"Mama kenapa diam di sini?" tanya Zahra yang melihat Naura termenung di balkon kamarnya. "Oh, kamu ngagetin Mama saja Dek."
"Ma, sebenarnya Zahra kangen sama Papa Rifki apa boleh Zahra menelponnya sebentar saja," ucap Zahra penuh harap Naura memahami jika sebenarnya Zahra belum bisa sepenuhnya berpisah dengan Rifki mengingat dialah yang selama ini merawatnya.
"Kau ingin menelponnya?" Naura terdiam memikirkan perkataan Zahra. "Tapi jangan bilang sesuatu yang bikin Papa Rifki khawatir ya," ucap Naura dan segera menemui Bram untuk mensetting ponselnya dan menghubungi Rifki.
"Apa tidak apa-apa Mas?" tanya Naura khawatir. "Kenapa?" ujar Bram. "Semoga Zahra tidak bicara macam-macam pada Rifki."
"Hallo,"
"Hallo, Rif ini aku Bram."
"Ya aku tahu, di mana kau sekarang? Kenapa membawa Naura pergi tanpa ijinku?!"