"Mereka..."
Ceklek.
"Waktunya minum obat Naura," seru Bram membawa nampan berisikan bubur air putih dan juga beberapa vitamin. "Kau lihat dia begitu perhatian dan juga sedikit cerewet mirip emak-emak yang khawatir dengan anaknya," seru Cesillia menggoda Kakaknya Bram yang terlihat begitu telaten merawat Naura. "Kau benar, dia seperti suami buat Naura."
Deg.
Rizal keceplosan bibirnya tanpa rem meluncurkan kata-kata yang menyentil hati Naura. "Maafkan aku, aku terlalu bahagia karena melihatmu meskipun dalam keadaan seperti ini tapi aku bahagia setidaknya kau baik-baik saja dan ada yang menjaga dirimu jadi Tante Fitri tak perlu khawatir di sana dan juga beliau tak salah pilih karena memilih Mas Bram sebagai calon suamimu yang akan menjagamu di kemudian hari," seloroh Rizal membuat Naura bergeming di tempat duduknya.
"Apa maksudnya Zal? apakah ada sesuatu yang tidak aku ketahui?" tanya Naura.