Bugh!
"Untuk sakit yang dirasakan naura."
Belum sempat menghindar Bram sudah kembali memukulnya.
Bugh!
"Untuk anak yang telah kau bunuh!"
Deg!
Rifki mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. "Apa maksudmu?!" tanya Rifki menatap nyalang pada Bram.
"Kau pikirkan sendiri, aku tak mau membuang-buang waktu dengan orang seperti dirimu. Ayo Cesillia kita pulang!" ajak Bram pada Cesillia yang terdiam melihat aksi kakaknya.
Tanpa membuang waktu, Bram dan Cesillia pergi dari kantor Rifki dan berlalu tanpa berpamitan pada Tuan rumahnya.
"Wah, kau hebat Mas baru kali ini kau terlihat lebih jantan dari sebelumnya."
"Memangnya selama ini aku bukan seperti laki-laki yang sebenarnya begitu?" ucap Bram berdecak kesal pada adiknya.
"Bukan begitu Mas biasanya kau selalu saja mengalah tapi kali ini kau benar-benar menghajarnya," sela Cesillia terkekeh geli.