Chereads / Jodohku seorang duren / Chapter 8 - Kevin yang kecewa

Chapter 8 - Kevin yang kecewa

"Kamu menolak aku Ra, tapi malah menerima kakakku sebagai suamimu. Apa karena dia lebih tampan dan mapan dariku?" tanya Kevin.

"Kamu bilang mau fokus pada kuliahmu dan aku mau menunggumu Ra, asalkan kamu juga konsisten dengan perkataanmu itu. Tapi nyatanya kamu bohong Ra. Kamu bohong sama aku. Aku kecewa sama kamu Ra." ucap Kevin segera berlalu dari Naura.

"Maafkan aku Vin, bukan niatku untuk melukai hatimu." gumam Naura hatinya seakan ikut teriris perih.

Naura beranjak pulang ke rumah diambilnya motor matic di parkiran kampus namun baru saja keluar dari gerbang sebuah mobil membunyikan klakson yang memekakkan telinga.

Naura sempat menoleh sejenak terlihat Rifki bersama Zahra ada di dalam mobil tersebut.

"Tante pulang bareng Zahra yuk!" sapa Zahra.

"Tapi tante mau mampir ke toko buku dek, pulangnya barengnya kapan-kapan aja ya pas tante ga bawa sepeda bagaimana?" tawar Naura.

"Pa gimana nih, Zahra juga mau bermain sama tante cantik." ucap Zahra.

"Kamu tunggu disini biar Papa bicara sebentar dengan tante Naura ya," Rifki turun dari mobilnya dan menghampiri Naura.

"Apa kamu mau menghancurkan harapannya?" tanya Rifki.

"Bukan begitu Mas, aduh Kak--aku harus ke--"

"Masuk mobil biar motornya diambil supirku nanti." perintah Rifki.

Mau tidak mau Naura masuk dalam mobilnya Rifki karena menolak pun percuma.

"Kita ke Gramedia dulu ya dek antar Tante Naura dulu beli buku, baru kita pulang ke rumah." ucap Rifki.

"Baik Papa ganteng, siap!" Zahra hormat seolah-olah sedang hormat pada bendera.

"Kamu sudah makan siang Ra?" tanya Rifki membuatnya Naura kaget.

"Kenapa?" sambungnya.

"Ini mah sudah lewat jam makan siang Kak, saya sudah makan tadi di kantin kampus." balas Naura.

"Oh, baiklah brarti langsung ke toko dan balik." sela Rifki.

"Sudah sampai, kamu mau ikut Tante atau tunggu sama Papa disini?" tanya Rifki.

"Disini aja Pa, lagian juga Zahra mana ngerti sih yang dibutuhkan Tante cantik ini." balas Zahra.

"Tante ke dalam dulu ya dek, Assalamualaikum." Naura keluar dari mobil.

"Waalaikumussalam," balas bersamaan.

"Pa, memangnya Tante Naura beneran mau jadi Mamanya Zahra?" tanya Zahra.

"La Zahra mau ga, jika  beneran itu terjadi?" Rifki balik bertanya pada Zahra.

"Mau banget Pa, tapi kemarin ga sengaja Zahra liat Om Kevin bisik-bisik sama Tante cantik di deket tangga. Deket banget sampai Tante cantik ga bisa bergerak." ucap Zahra pada Rifki membuatnya sedikit kesal.

"Masa sih dek?" seru Rifki.

"Iya Pa, gak mungkin Zahra bohong sama Papa. Makanya nanya Papa apa bener begitu?" ucap Zahra dengan polosnya.

"Iya bener Jum'at besok, Papa akan menikah dengan Tante cantik apa dek Zahra senang?" tanya Rifki.

"Tentu saja Pa, Zahra ga akan sendirian lagi jika Papa pulang telat." ucap Zahra dengan polosnya.

"Kok udah balik,?" tanya Rifki heran karena Naura begitu cepat kembali dari toko buku.

"Buku yang aku cari ga ada Mas jadi langsung keluar. Toko kehabisan stock dan belum datang lagi cetakan versi baru." balas Naura.

Rifki pun hanya mengangguk.

"Kita langsung pulang ya." tanpa menunggu jawaban langsung melajukan mobilnya pulang ke rumahnya.

Suara adzan Ashar berkumandang selesai menemani Zahra bermain hingga tertidur Naura segera pamit untuk pulang ke rumah.

"Tante Naura pamit pulang dulu ya, sudah sore lagian juga kasian Mama sendirian di rumah." ucap Naura merapikan tas dan bukunya.

"Loh nak, apa ga nunggu Rifki pulang dari kantor biar diantarkan pulang olehnya." balas Rini tak ingin membiarkan calon menantunya pulang sendirian naik taxi.

"Gak apa-apa kok Tante lagian kasihan juga nanti jika Mas Rifki yang anter baru pulang kerja pasti masih capek. Naura pulang dulu ya Tante tolong sampaikan sama Zahra jika saya sudah balik. Assalamualaikum." ucap Naura.

"Waalaikumussalam, hati-hati ya nak." balas Rini.

Naura tersenyum melambaikan tangan saat dirinya masuk ke dalam taxi, hujan yang turun tak membuatnya ragu untuk segera pulang dan Fitri Mamanya sebagai alasan karena sebenarnya hatinya tak ingin berlama-lama melihat Kevin yang hanya diam tanpa menyapanya sama sekali hal itu membuat Naura sakit hati. 'Tunggu apakah aku sudah jatuh cinta padanya?' tanya Naura dalam hatinya.

"Assalamualaikum." Naura mengucap salam ketika masuk pintu rumahnya terlihat sepi kemana Mamanya Fitri tak terlihat sama sekali.

"Ma, Naura pulang ini. Mama dimana ya?" ucap Naura.

"Ya sayang Mama denger. Maaf tadi lagi di kamar mandi makanya ga menjawab salam kamu." ucap Fitri.

"Buruan ganti baju kamu nanti masuk angin lagi basah begini." Fitri geleng-geleng kepala melihat Naura basah kuyup.

"Iya Ma, ini juga mau mandi sekalian ganti." sahut Naura.

Fitri segera menyiapkan makan dan juga minuman hangat untuk Naura anak semata wayangnya.

"Buruan Ra, ini mama sudah siapkan teh hangat dan semangkuk soto Banjar kesukaanmu." seru Fitri dari balik pintu kamar mandi.

Naura membuka pintu kamar mandi dan segera ke meja makan.

"Memang Mama ada pesanan soto kok tumben masak soto." tanya Naura seraya menikmati soto yang masih hangat.

"Ga ada nak, itu tadi diminta Bu Bagus bantu bikinin buat acara keluarganya ada acara lamaran Bayu mau nikah sama Astuti teman SMA kamu itu yang dulu sering kesini." ucap Fitri.

"MasyaAllah akhirnya ya Tuti dapat Bayu tetangga kita. Mereka juga sudah kenal dari SMA." ucap Naura antusias.

"Benar tetapi juga bukan jaminan yang pacaran ataupun ta'aruf lama-lama jaminan bisa menikah semua tergantung niat dari diri kita." seru Fitri.

"Itu benar Ma." sela  Naura tanpa minat.

"Kamu ada masalah lagi di kampus?" tanya Fitri melihat putrinya yang terlihat sedang menyimpan masalah.

"Ma, apa Naura salah ya ambil keputusan ini?" tanya Naura.

"Maksudmu nak?" Fitri bertanya balik karena tidak faham maksud anaknya.

"Kevin Ma, dia marah sama Naura." ucap Naura.

"Mama faham nak dia belum menerima keputusan kamu karena memilih kakaknya begitukah?" ucap Fitri memahami perasaan anaknya.

"Itu hak dia Naura yang penting kamu tidak menanggapinya dengan kata-kata yang semakin menyakitkan hatinya. Dia belum ikhlas dengan semua ini makanya dia melampiaskannya dengan memarahi kamu. Yang sabar setiap sesuatu itu pasti ada konsekuensinya. Seiring waktu InsyaAllah Kevin bisa menerima keputusanmu." saran Fitri.

"Makasih ya Ma selalu ada buat Naura."

"Harus sayang, apapun itu akan Mama lakukan buatmu dan selama itu positif Mama akan selalu dukung kamu."

"Andai Papa masih hidup mungkin hidup kita takkan seperti ini."

"Sudahlah Naura tak boleh menyalahi takdir semua sudah punya jalannya sendiri-sendiri kita hanya perlu menjalaninya." ucap Fitri.

"Istirahat dulu sebentar nanti habis  Maghrib bantu Mama ya." pinta Fitri diiyakan oleh Naura.

***

"Kamu beneran mau nikah sama anak kecil itu?" tanya Dania melihat Rifki yang belakangan ini cuek padanya membuatnya makin kesal.

"Jangan berkata seperti itu Dania dia adalah calon istriku ingat itu." Rifki merapikan berkas dan mengambil gawainya menyimpannya dalam kantong celananya.

"Aku pulang dulu banyak yang harus aku kerjakan Minggu ini tolong kamu atur ulang jadwalku Dania." ucap Rifki berlalu meninggalkan Dania sendiri di ruangannya.

"Awas kamu Rifki akan aku buat kamu nyesel karena sudah memilihnya." gumam Dania mengertakkan rahangnya menahan kesal.