Chereads / Jodohku seorang duren / Chapter 4 - duo cogan

Chapter 4 - duo cogan

Naura memesan taxi online dan memberitahukan alamat yang ditujunya. Sepanjang perjalanan dia gelisah tak menentu, akhirnya dia memakai pakaian waktu diawal tunik cantik dipadu padankan dengan celana kulot berbahan rami dengan cardingan tanpa lengan berwarna hitam jilbab senada dengan warna tuniknya bata.

Memasuki area perumahan elit hati Naura semakin was-was degup jantungnya tak beraturan ketika tiba di sebuah rumah megah dengan halaman yang cukup luas.

"Hallo pak bisa bertemu dengan tante Rini, eh maksud saya ibu Rini. Tolong bilang jika Naura sudah sampai." Ucap Naura sewaktu tiba di pos satpam.

"Baik saya sampaikan."

Satpam menghubungi sang majikanya lewat sambungan interkom rumah.

"Baik silakan mba masuk ibu Rini sudah menunggu di dalam."

Naura melihat sekelilingnya takjub 'Halamannya aja seluas ini pasti tukang kebonnya capek ya tiap hari rawat," ucap batin Naura.

"Tante cantik sini dong main sama Zahra." Tetiba suara Zahra membuyarkan lamunan Naura.

Naura  tersenyum berjalan ke arah Zahra.

"Oma tante cantik sudah datang nih," teriak Zahra membuat Rini yang ada di dapur terkekeh kecil.

"Hallo anak cantik gimana tadi perjalanannya ga nyasar kan?"

"Hallo tante gak kok, tadi pakai taxi online jadi langsung saja kemari."

"Syukurlah, Zahra ini tante sudah datang mau kamu ngapain tadi merengek minta ketemu."

"Mau ajak tante main di kamar Zahra tapi sebelumnya mau tak kenalin dulu sama papa biar papa tahu kalau Zahra dah punya teman tante cantik."

"Kalau gitu ajak tante ke belakang dong papa kan lagi dibelakang sama om Kevin," Rini menunjuk ke belakang.

"Baiklah ayo tante, Zahra ajak tante kenalan sama papa," Zahra menarik pergelangan tangan Zahra menuju ke belakang dimana Rifki dan Kevin sedang berenang.

Dengan short pants hitam membuat membuat keduanya bertambah sexy, Rifki dan Kevin sedang adu kecepatan berenang. Melihat pemandangan itu membuat Naura berdegup dua kali lebih cepat.

"Papa.. pa sini pa sebentar!" Seru Zahra dengan tangan melambai. Rifki pun segera naik dan menghampiri putrinya.

Naura yang melihat itupun langsung membalikkan badannya.

"Pa kenalin ini teman Zahra namanya tante Naura tapi Zahra suka panggilnya tante cantik,"

"Mana cantik orang wajahnya saja ga dilihatin ke papa," Rifki mencibir.

"Gak boleh bilang gitu pa, tante Naura memang cantik." Zahra mulai cemberut.

Rifki yang memahami keadaan pun akhirnya mengalah.

"Ya deh sesuka Zahra aja papa mau berenang lagi ya," Rifki berlalu meninggalkan Naura dan Zahra.

Byurr!!!

Seketika Naura membalikkan kembali  badannya, melihat Rifki sudah masuk ke dalam kolam hatinya sedikit lebih tenang.

Namun baru beberapa saat tiba-tiba Kevin datang menyapanya.

"Hai Naura kamu ngapain ada disini?"

"Eh itu," Naura gugup tapi mata Naura melihat dari atas hingga bawah bagaimana bentuk tubuh Kevin yang hanya memakai celana pendek hitam membuatnya susah menelan ludahnya sendiri.

"Kamu mending pakai baju dulu gih malu sendiri aku lihat kamu dalam keadaan seperti itu." Ucap Naura seraya membalikkan kembali badannya.

"Eem maaf kalau begitu aku lagi ada tantangan sama kakakku Rifki balap renang. Ya udah buruan masuk saja ke dalam bareng Zahra nanti kalau dah selesai aku masuk."

"Zahra temenin tante Naura masuk sana."

"Iya memang mau masuk kok om, tadi mau kenalin sama papa tapi tante cantik malu lihat papa," ucap Zahra dengan polosnya.

"Ya om mau lanjut renang, masuk sana!" Seru Kevin.

Rifki melihat dari kejauhan merasa jengkel,

"Sok banget sih itu cewek, apa kamu kenal dengan dia?" Tanya Rifki ketika kevin ikut nyemplung ke dalam kolam.

"Tentu saja dia satu kampus sama aku namanya Naura, dia memang cantik dan pintar tapi juga terlalu pemilih soalnya aku sendiri ditolaknya," mendengar perkataan Kevin adiknya tentu saja Rifki terkekeh tanpa jeda.

"Kamu tampang doang keren tapi otak ga ada, ya pake siasat buat menaklukan hatinya masa nyerah sebelum berperang." Ucap Rifki pada Kevin.

'Eh tunggu bukankah gadis yang mau Mama jodohin denganku bernama Naura, atau jangan-jangan itu adalah dia.' ucap batin Rifki.

"Tantangannya selesai ya aku ngaku kalah deh hari ini, besok aku yang traktir kamu."

Rifki bergegas mengambil kimono yang ada di kursi dan buru-buru masuk ke dalam rumah mencari Rini mamanya.

"Eh mas ga bisa gitu ya kita belum bertanding sungguhan," protes Kevin tak setuju dengan putusan Rifki.

Namun Rifki abai dengan Kevin terus saja mencari Rini.

"Ma.. mama.."

"Ada apa sih dari tadi teriak-teriak terus," ucap Rini tangannya sibuk membuatkan minuman untuk Naura.

"Itu--" tangan Rifki menunjuk ke arah kamar Zahra.

"Iya dia yang namanya Naura kamu sudah kenalan sama dia? Cantik ga? Aku yakin kamu ga bakalan nolak kok. Cantik pintar dan baik." Rini mengerlingkan matanya menggoda Rifki.

Sementara Kevin dari balik pintu mendengar semua perkataan mamanya merasakan nyeri di dadanya. Kenapa Naura yang akan jadi kakak iparnya?

Rifki membeku mendengar penuturan mamanya, cantik darimana ya orang melihat saja belum.

"Tunggu atau jangan-jangan karena tadi hanya---" Rifki menjadi malu sendiri mengingatnya.

Mungkin karena hal itu Naura memalingkan badannya dan tak ingin melihatnya. Duh jadi malu sendiri.

Rifki segera ke kamar dan menggantinya dengan celana pendek dan t-shirt.

Ketika keluar dari kamarnya berpapasan dengan Naura yang sedang berjalan tepat di pintunya alhasil Naura jatuh dengan posisi di atas tubuh Rifki.

Bisa sama-sama menatap satu sama lain. Membuat degup jantung diantar keduanya bertambah kencang.

"Eh maaf mas saya ga sengaja," ucap Naura gugup.

"Tidak apa saya yang buru-buru jadi ga tahu ada orang di depan. Apa ada yang sakit?"

"Oh ga ada sih. Saya turun dulu yaa."

Naura langsung ke bawah menemui Rini.

"Tante Naura mau balik sekarang ya," ucap Rini.

"Iya soalnya mama ngelarang saya pulang terlalu malam tante," ucap Naura beralasan.

"Makan malam dulu ya nanti biar diantar sama Rifki dan Zahra."

Rifki yang mendengarnya pun akan protes, "Gak boleh protes Rif, nanti sesudah makan anter Naura pulang."

"Baik nyonya ratu."

"Lah Kevin dimana dari tadi ga kelihatan?"

"Lagi di kamarnya mungkin tadi Rifki lihat masih disana."

"Duduk dulu nak, nanti kalau sudah siap tante panggil kamu."

Naura pun menurut dan duduk di ruang tengah dimana tv sedang menyala.

"Kamu satu kampus dengan Kevin?"

"Eem iya," ucap Naura singkat.

"Brarti sebentar lagi lulus dong."

Naura hanya mengangguk saja.

"Kenal dengan Kevin dah berapa lama?"

Naura melihat ke arah Rifki sekilas 'Cakep,' batin Naura.

"Kenapa lihatin saya? Apa saya terlalu tampan untukmu?"

'Masyaallah ini orang pedenya selangit,' batin Naura.

"Ya cakep sih tapi pedenya ga ketulungan menyedihkan sekali kau Kevin.