"Tapi mama ga menjawabnya Ra, Mama pasrahin semua sama Naura kan yang mau menjalani semuanya kamu bukan mama." Ucap Fitri.
"Kok bisa-bisanya tante Rini berucap seperti itu? Baru juga sekali bertemu,"
Ujar Naura.
"Itu karena melihat kedekatan kamu sama Zahra. Biasanya anak kecil itu akan merasa nyaman dengan orang yang benar-benar tulus sayang sama dia. Ya sepertinya memang kamu sayang sama Zahra. Jadi Zahra sudah bisa merasakannya," jelas Fitri.
"Udahlah Naura ga faham persoalan begitu, Naura mau bobo siang dulu ya ma." Naura pun segera masuk ke kamarnya.
'Jika kamu mengiyakan mungkin mama akan bahagia Ra setidaknya ada yang akan menjagamu nanti,' ucap batin Fitri.
***
Tok..tok..tok..
"Masuk," Rifki masih sibuk dengan berkasnya.
Dania melangkah mendekati meja Rifki.
"Ada apa Dania?" Rifki mengangkat wajahnya dan melihat Dania tengah cemberut kepadanya.
"Sampai kapan hubungan ini akan seperti ini?"
Mendengar pertanyaan seperti itu tentu saja Rifki tersinggung, diletakkan pulpen yang dia pegang kemudian menatap tajam pada Dania.
"Bukankah dari awal sudah aku katakan jika hubungan ini hanya sebatas having fun dan takkan pernah ada ikatan apapun apalagi cinta. Apa kau lupa akan hal itu?"
"Tapi Rif, lama-lama aku merasa hanya menjadi simpanan kamu saja. Aku lelah dan aku menginginkan kepastian dalam hubungan ini."
"Itu takkan pernah terjadi Dania, kau harus tahu aku takkan pernah memberitahukan mamaku soal hubungan ini. Jika kau terus memaksaku dan menginginkan lebih maka lebih baik kamu menjaga jarak dariku mulai sekarang," ucap Rifki penuh penekanan.
Dania mendekat dan duduk di pangkuan Rifki dan tanpa aba-aba melumat bibir Rifki dengan rakusnya. Rifki yang sudah hafal dengan tabiat Dania pun tetap tenang meladeni keinginannya tentang hasrat namun dia menolak untuk terikat.
Tok...tok..tok...
Suara ketukan pintu membuat Rifki dan Dania terkejut dan terpaksa menghentikan aktifitasnya.
Dengan segera mereka merapikan baju dan juga meja yang berantakan.
"Mama, tumben kemari siang-siang begini." Seru Rifki untuk menutupi kekagetannya.
"Memang ga boleh datang ke kantor anak sendiri? Apa kamu lagi sibuk?"
Tanya Rini.
"Seperti yang mama lihat ada apa?"
"Tadi Mama ketemu sama teman SMA mama dan ternyata dia memiliki anak seorang gadis kamu tahu Zahra anakmu langsung lengket dengan dia. Aku yakin kamu akan tertarik dengannya dia cantik dan juga keibuan ga kalah dengan mendiang istri kamu Tamara."
"Pak saya permisi ya ini sudah selesai kan," buru-buru Dania pergi begitu mendengar perkataan Rini.
Rifki hanya mengangguk.
"Apa mama yakin aku bakal mencintainya? Ma, biarkan Rifki seperti ini dulu ya?" Ucap Rifki penuh harap.
"Lantas kamu ga mau mengerti perasaan mama? Rif, kamu semakin dewasa harusnya kamu lebih bijak dalam berfikir apa kamu ga kasian dengan anakmu zahra jangan kamu mementingkan egomu sendiri."
"Ma, Rifki hanya belum siap itu saja," ucap Rifki melembut takut perkataannya melukai Rini.
"Sampai kapan Rifki apa sampai mama mati baru kamu mau menikah lagi?" Ucap Rini ketus.
"Astaghfirullah mama ini ngomong apa sih? Rifki memang belum benar-benar siap ma. Rifki ga mau mengecewakan nantinya jika ternyata Rifki ga memiliki rasa cinta buat istriku. Sekarang mama mau jodohin anak temen mama sama Rifki, sementara Rifki saja tidak mengenalnya lantas bagaimana hubungan ke depannya kelak," Rifki menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Siapa gadis itu ma? Maksud Rifki bagaimana dia?" Ucap Rifki perlahan dia tak ingin melukai perasaan wanita yang juga dicintainya.
"Namanya Naura dia seumuran dengan adikmu Kevin dan dia juga masih kuliah," ucap Rini dan memberikan foto Naura pada Rifki.
"Itu anaknya,"
Rifki memandang foto yang diberikan Rini padanya.
'Cantik tapi jauh dari kata sexy,' ucap batin Rifki.
"Dia gadis yang baik dan juga seperti yang mama harapkan," ucap Rini mengulas senyum mengingat pertemuannya dengan Naura.
"Apa mama yakin dengannya?"
"Tentu saja yakin bahkan sangat yakin."
"Kalau begitu suruh dia datang ke rumah aku ingin melihatnya secara langsung ma?"
"Baiklah mama akan atur semuanya nak terima kasih. Apa kamu sudah makan, ini mama bawakan makanan kesukaanmu.
"Baiklah akan aku makan ma,"Rifki beralih ke sofa dan membuka rantang tempat nasi dan lauk bikinan Rini.
***
"Oma bolehkah Zahra ketemu sama tante cantik?"
"Tentu saja boleh, biar Oma telpon dia sekarang ya."
Rini mengambil gawainya dan mengulirnya mencari nama Naura.
"Hallo Assalamualaikum nak ini tante Rini, apakah kamu ada waktu nak bisa main ke sebentar?"
"Waalaikumussalam, oh tante ada apa ya? Naura lagi bantuin mama potong kain."
"Ini Zahra nanyain kamu terus. Apa bisa kamu datang ke rumah?"
"Eem, gimana ya tante. Naura tak tanya mama dulu ya tante nanti Naura kabari. Bisa tolong share lokasinya?"
"Baiklah nanti tante kirim ya via wa, tante tunggu kedatangannya. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Klik.
"Tunggu ya sayang bentar lagi tante Naura pasti kesini," ucap Rini menenangkan Zahra.
"Tante Naura siapa ma? Memang kita punya saudara bernama Naura kok Kevin baru denger," ucap Kevin seraya berpikir.
"Ada deh nanti kamu juga bakalan tahu," ucap Rini mencibir.
"Ayo katanya kamu mau nantangin aku balap renang," Rifki datang menyela.
"Ayo siapa takut yang kalah harus traktir makan tujuh hari tujuh malam."
"Oke deal!!"
Rifki dan Kevin segera bersiap berganti pakaian ke kolam renang.
"Kali ini kamu ga bakal bisa menang mas, lihat saja."
"Wuih kepedean buktikan saja jangan banyak omong."
"Oma papa sama om Kevin kenapa berantem terus kerjaannya?"
"Mereka ga berantem sayang, tuh lihat papa kamu sayang sama om Kevin kan?" Rini menunjukkan Rifki yang sedang memeluk Kevin.
***
"Ma, barusan tante Rini telpon minta Naura datang kesana itu si Zahra bilang kangen sama Naura. Gimana ya ma?"
"Ya gak gimana-gimana, datang aja kesana. Kamu berani ga sendiri kesana? Lagian ini juga sudah jam empat sore. Kamu tahu rumahnya ga Ra?"
"Ga tahu ma, ini Tante Rini ada share kok sama Naura."
"Ya sudah berangkat saja tapi disana jangan lama-lama ya Ra, pokoknya jangan kemalaman pulangnya. Mama khawatir kamu kan seorang gadis, apa kata tetangga nanti jika kamu pulang larut malam."
"Siap ma Naura ganti baju dulu ya,"
Naura buru-buru ganti pakaian dengan dandanan casual dipoles sedikit make up tetap terlihat cantik dengan jilbab yang menutup mahkota kepalanya.
"Bagaimana ma?" Fitri menoleh ke arah Naura dan terbelalak.
"Kamu mau ke rumah tante Rini atau mau berkencan kok rapi bener? Atau jangan-jangan kamu juga minat dengan tawarannya tante Rini cari calon mantu?"
Naura tercengang ternyata keputusannya memakai ottd kali ini terlalu mencolok apa dia ganti gamis seperti biasanya ya.
Auto mikir keras!