"Ra, kalau aku suka sama kamu gimana? Apa kamu mau nerima aku?" Ucap Kevin pada Naura yang membuat Naura melongo karena baru kali ini dia ditembak oleh laki-laki.
"Eh kamu itu kalau bercanda jangan kelewatan kali Vin," Naura terkekeh geli.
"Aku serius Ra tidak sedang bercanda. Lihat aku Ra memang wajahku terlihat lagi bercanda sama kamu," Naura terdiam dan melihat raut wajah Kevin.
'Cakep,' batin Naura.
"Gak sih kamu ga kelihatan lagi bercanda. Maaf ya," Naura merasa bersalah.
"Lantas apa jawaban kamu Ra? Apa kamu mau jadi pacar aku?"
Naura kembali bingung dengan pertanyaan Kevin.
"Aduh gimana ya Vin, sebenarnya bukannya aku nolak--"
"Berarti kamu mau dong?" Tukas Kevin bahagia.
"Dengerin dulu aku belum selesai ngomong," Naura kesal.
"Aku ga bisa Vin maaf," lanjut Naura dan terlihat ekspresi kecewa di wajah Kevin.
"Alasannya apa kamu nolak aku Ra? Apa aku kurang cakep, kurang keren, atau kurang pintar menurut versi kamu?"
"Bukan begitu Vin, masalahnya aku mau fokus sama kuliahku dulu. Aku mau berhasil dan tunjukin ke mama kalau perjuangannya selama ini ga sia-sia. Maafin aku ya Vin?"
"Aku bisa kok nunggu kamu hingga selesai nanti," ucap Kevin.
"Jangan," ucap Naura.
"Loh kenapa? Berarti kamu menolakku?"
"Aku juga ga ngerti ya deskripsinya bagaimana, aku sedang tak ingin jalin hubungan dengan siapapun hingga lulus kuliah nanti Vin. Aku ga pengen ngecewain mama yang sudah berjuang keras sampai saat ini."
"Baiklah aku faham jika begitu aku akan nunggu kamu sampai kamu lulus, bagaimana?"
"Aduh gimana ya?" Naura serba salah.
***
"Ayo Ra buruan nanti hujan malah kita ga bisa pergi."
"Iya ma sebentar Naura pakai jilbab dulu."
Naura segera keluar dan melihat sang mama cantik menunggunya di kursi teras.
"Ayo ma Naura sudah siap."
Ibu dan anak berangkat ke swalayan membeli kebutuhan dapur. Bukan karena tak ingin berbagi dengan tetangga tapi Fitri memang sengaja mengajak Naura agar bisa jalan-jalan diluar tidak melulu kampung yang dilihatnya.
"Oma Zahra mau tokelat Oma," rengek Zahra pada Rini.
"Ga boleh sayang kamu ga boleh kebanyakan makan coklat gigi kamu bisa rusak." Rini tegas tapi yang ada Zahra malah menangis kencang.
"Aduh ini anak malah nangis. Cup diem sayang malu dilihat orang." Rini mencoba menenangkan Zahra.
"Ma kasihan tuh anak nangis," Naura menghampiri Zahra dan Rini.
Fitri menyusul di belakang Naura.
"Kenapa dek kok nangis?" Sini main sama tante mau ga?"
"Oma nakal ga kasih Zahra tokelat tante," ucap Zahra pada Naura.
"Eh MasyaAllah ini Fitri bukan ya yang dulu sekolah di SMA Bhakti Husada?" Celetuk Rini melihat Fitri di belakang Naura.
"Iya benar anda siapa ya?" Fitri mencoba mengingat-ingat.
"Masa kamu lupa sama aku, aku Rini yang dulu sebangku sama kamu."
"MasyaAllah maaf aku lupa. Dimana kamu tinggal sekarang?" Tanya Rini.
Fitri pun menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi selama ini pada dirinya.
"Oma boleh Zahra main sama tante cantik?"
"Boleh nak boleh banget, kamu main sama tante. Gak apa-apa kan Naura?"
"Tidak kok tante tak masalah, " Naura membawa Zahra keluar menuju tempat khusus bermain anak-anak.
"Jadi dia putrimu?" Tanya Rini dan Fitri hanya mengangguk.
"Cantik ya jika aku jodohkan dengan anakku yang pertama apa kamu setuju?" Ucap Rini to the points.
"Eh itu.. aku ga berani memutuskan sendiri karena Naura anaknya sedikit keras kepala. Memang kamu ada anak laki-laki berapa?"
"Dua laki-laki semuanya, yang pertama seorang Duren dan yang kedua masih kuliah."
"Eh maaf itu duren apa ya maksudnya?" Tanya Fitri yang memang tidak tahu menahu ucapan bahasa anak sekarang.
"Ih kamu masa duren saja tidak tahu? Duren itu ya duda keren, anakku yang pertama sudah menikah dan punya satu putri ya itu tadi yang digendong sama anak kamu itu siapa tadi namanya?" Rini berusaha mengingatnya.
"Naura," ucap Fitri.
"Ya dia Zahra yang digendong Naura anak kamu."
"Lantas kemana mamanya Zahra?" Fitri mulai ingin tahu.
"Dia sudah meninggal waktu Zahra lahir jadi yang ngurus Zahra ya aku dan suamiku."
"Innalillahi aku turut berbela sungkawa ya Rin. Maaf," ucap Fitri.
"Gak apa-apa itu juga sudah lama tiga tahun yang lalu. Makanya aku lagi pengen cari pengganti buat istri anakku dan juga mama buat cucuku itu."
Fitri manggut-manggut memahami perkataan Rini.
Naura dan Zahra sudah kembali dari bermain.
"Oma kapan-kapannya boleh ya main sama tante cantik?"
"Boleh dong sayang." Rini antusias melihat kedekatan Zahra dengan Naura.
"Kalau begitu aku pamit dulu ya Fit, boleh minta nomor kamu nak?" Rini mengulurkan gawainya pada Naura, dia faham maksud Rini pun langsung menulis nomornya di gawai milik Rini.
"Makasih ya nak kapan-kapan kita jumpa lagi, ayo salam nak sama Oma Fitri dan tante Naura," ucap Rini pada Zahra.
"Assalamualaikum," ucap Zahra.
"Waalaikumussalam," balas bersamaan.
Rini dan Zahra pun meninggalkan Fitri dan Naura dalam mall.
Fitri segera menyelesaikan belanjaannya dan langsung pulang.
"Duh capeknya ya ma," Naura menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Eh anak mama buruan sholat dhuhur dulu baru makan dan istirahat," titah Fitri.
"Sebentar ma masih capek, main sama anak kecil ternyata lumayan melelahkan ya ma?"
Fitri tersenyum mendengar perkataan Naura.
"Dulu pasti Naura banyak sekali ngrepotin mama,"
"Ya memang sudah jadi kewajiban mama buat mengasuh kamu Ra, kamu beruntung masih dapat merasakan kasih sayang mama kalau Zahra dia sudah ga bisa lagi ngerasain kasih sayang mama kandungnya."
"Memang kemana mamanya?"
"Tadi tante Rini bilang udah meninggal saat melahirkan Zahra."
"Kasihan ya ma, padahal dia termasuk anak yang cerdas," ucap Naura mengingat kebersamaannya dengan Zahra walau hanya sebentar.
"Iya memang itu tante Rini lagi membujuk anaknya buat menikah lagi agar Zahra ada yang jagain kan ga mungkin tante Rini yang jaga terus."
"Memang berapa umur anaknya ma?"
"Kurang tahu tapi yang pasti diatas kamu empat atau lima tahunan gitu karena tante Rini dulu nikah muda," jelas Fitri.
"Sudah sana kamu sholat dulu terus makan siang dan istirahat!"
"Iya ma ini juga mau bangun ke kamar mandi ambil wudhu."
Naura bergegas sholat dan ingin segera istirahat menghilangkan rasa lelah sehabis berbelanja.
Selesai makan Naura langsung menghampiri Fitri jika dia akan segera istirahat.
"Ma, Naura istirahat sebentar ya nanti jam tiga tolong dibangunkan mau ngerjain tugas dari pak Budi."
Fitri pun mengiyakan ucapan Naura.
"Oh iya Ra, tadi tante Rini bilang nawarin mama buat ngejodohin kamu sama anaknya." Ucap Fitri membuat Naura melongo seketika.