Begitu sampai di kamar Rian, terlihat laki laki-laki itu sudah membuka mata. Wajahnya masih terlihat pucat pasi dan sepertinya masih sangat lemah.
Livia duduk di samping suaminya, memegang erat tangan lelaki itu seolah takut kehilangan.
"Mana Arin?" tanya Rian dengan suara yang masih lemah.
"Arin sama kak Daffa. Suster enggak ngijinin aku bawa dia ke sini," jawab Livia sembari menundukan wajahnya.
"Hey, kenapa kamu malah menunduk? Kamu tidak ingin melihat suami kamu ini?" tanya Rian dengan mata memicing.
Livia menggelengkan kepala pertanda apa yang dikatakan Ian tidak lah benar. Hanya saja, matanya tak kuasa untuk bbeesitatao dengan sang suami. Ada buliran bening yabg meringsek ingin tumpah mengiringi rasa yang sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
"Liv, kamu kenapa diam saja? Kamu tidak senang aku bangin?" tanya Rian dengan suara lirih. Seolah-olah laki-laki itu sedang menahan rasa sakit.