Daffa yang kini sudah berada di kamarnya, hanya bisa termenung menatap ranjang yang selama ini dia dan Almira tempati. Wangi parfum Almira masih menguar memenuhi seluruh tempat itu.
Lagi, hanya rasa sakit yang dirasakan oleh Daffa. Rasa benci yang terlintas karena penghianatan Almira nyatanya tak mampu menghapus segala rasa cinta yang dimiliki Daffa untuk wanita itu.
"Sejak awal kamu memang satu-satunya wanita yang bisa membuatku tertarik hanya waktu singkat saja. Tapi dalam waktu singkat juga kamu menghancurkan aku. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Al? Aku sangat mencintaimu tapi aku juga membenci semua yang sudah kamu lakukan," lirih Daffa dengan suara tercekat menahan sakit.
Dengan lesu laki-laki itu kembali melanjutkan langkan menuju kamar mandi. Mungkin guyuran air dingin bisa sedikit mengalihkan perhatiannya dari segala pikiran yang menjejal di dalam kepalanya.