Kelakuan Siji semakin aneh. Semua orang yang ia jumpai terlihat seperti Renata. Bahkan ibu penjual di kantin kerap kali ia panggil Renata. Rasanya ia malas melakukan apapun. Malas makan, malas gerak, malas belajar, malas beraktifitas. Hanya nonton drama saja yang ia tak malas. Soalnya ia harus menamatkan drama itu untuk suatu saat diceritakan kepada Renata ending-nya.
Shin begitu kesal melihat Siji yang kerjaannya hanya tiduran saja di bangku sambil menatap ke jendela. Mungkin juga Siji berharap Renata muncul tiba-tiba di jendela. Sejak beberapa hari lalu, Shin selalu main ke kelas Siji kalau istirahat.
"Oi, kamu tak apa-apa, Kak?"
"Aku apa-apa, Shin," jawab Siji, malas. "Bagaimana aku bisa tak apa-apa saat yang jadi penyemangatku entah berada di mana sekarang."
"Huufftt." Shin menghela napas panjang. Rasanya tak tega juga melihat kakak kelasnya itu terus seperti itu. Namun, jika ia menceritakan semuanya itu, malah menjadi merepotkan baginya.