Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 25 - Insomnia

Chapter 25 - Insomnia

"Papa, untuk apa kertas itu malah papa bawa?"

"Sebagai jaminan agar kau tidak mengingkari janjimu tadi, Bang."

"Jadi, papa masih meragukan kepatuhan Abang pada perintah orang tua, eum? Abang tidak mungkin mengingkarinya, Papa. Jadi, berikanlah kertas itu pada abang, ya?!"

Siji bersikeras untuk merebut kertas itu. Meskipun usahanya selalu saja gagal. Tentu saja. Tuan Yudha yang lincah dan lebih tinggi dari Triplet itu terus berhasil menghindar saat Siji terus mendekat.

Apalagi Siji berjalan hanya dengan lututnya. Sepertinya, Siki benar-bebar belum bisa berdiri dengan tegak seperti biasa.

"Kertas ini juga tidak akan berguna juga bagimu 'kan, Bang? Jadi, biarkan papa membawanya dulu. Papa ingin memastikan sesuatu dengan kertas ini," gumam Tuan Yudha. Ia menatap jauh ke luar jendela.

Tuan Yudha akan meninggalkan kamar putranya, tapi langkahnya terhenti. Ia menoleh dan melihat Siji yang masih berdiri menggunakan lutut, di belakang Tuan Yudha.

Tuan Yudha berbalik dan mendekat ke arah Siji. Ia meletakkan kedua tangannya di dua ketiak Siji. Digeretnya anaknya itu dan dipindahkan ke ranjang empuk ruang kamar ini.

"Beristirahatlah, Bang! Besok papa akan memberitahumu. Kalau kau masih lemah seperti ini, jangan harap aku memberitahukannya! Lagian, kita butuh menunggu Babang Yuji juga, 'kan?"

***

"Beristirahatlah, Bang! Besok papa akan memberitahumu. Kalau kau masih lemah seperti ini, jangan harap aku memberitahukannya! Lagian, kita butuh menunggu Babang Yuji juga, 'kan?"

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala Siji. Saking penasarannya, ia jadi tidak bisa tidur malam ini.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi mata Siji belum bisa terpejam juga. Ia tidak sabar menunggu matahari terbit dan datang ke tempat di mana ada peta yang sama dengan peta yang diberi oleh Madam Ameri.

"Huuft ... kenapa tidak bisa tidur juga, coba?" gerutu Siji sambil berguling-guling di kasur empuknya.

Siji bangkit duduk. Semua rasa nyeri yang ia tadi, kini benar-benar menghilang karena Siji mengkonsumsi obat anti nyeri. Jadi, saat ini dia sudah baik-baik saja.

Siji menurunkan kaki dan mengayunkan langkah menuju ke jendela.