Reiji menatap sendu ke arah Siji. Dia saat ini sedang putus asa, tapi tidak mau menunjukkan hal itu. Reiji mencoba menemukan berbagai hal positif tentang kejadian ini.
"Tenang saja, Siji! Rei di sini kok. Rei akan selalu menemani kamu. Setidaknya, Rei bersyukur karena Bang Yuji tidak ikut bersama kita. Jadi, dia tidak perlu merasakan penderitaan terjebak di gua aneh ini." Reiji berucap sambil tersenyum. Entah itu karena dia sungguhan merasa tenang atau dia memang sudah putus asa.
Melihat ekspresi adiknya itu, membuat Siji semakin khawatir. Tidak biasanya adiknya berucap setenang itu. Siji seolah mengerti apa yang dirasakan adiknya saat ini. Tanpa sadar, Siji menitikkan air mata.
Reiji malah tersenyum melihat saudaranya yang bertingkah kekanakkan itu. Padahal, biasanya Reiji yang cengeng, sedangkan Siji bersikap sok dewasa.