Renata memilih duduk berseberangan dengan Siji. Segera menyuap makanan yang ia buat sepenuh hati. Kegiatannya terhenti mengetahui Siji hanya menatapnya dalam diam.
"Siji, kau tidak makan?" tanyanya cemas.
"Enggak."
"Aku tidak menaruh apa pun dalam makanan ini, sungguh!" Renata berucap meyakinkan. Walaupun dalam hati ia tak keberatan sih. Toh, perutnya masih mampu menampung semua makanan ini.
"Ck, gua gak percaya."
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala Renata. "Siji, bagaimana jika kita makan dengan piring yang sama?"
"Apa?" ketus Siji.
"Dengan begitu kau akan percaya kalau aku tidak menaruh racun atau narkoba," Renata bertepuk tangan, girang, "wah, aku sering melihat adegan seperti itu di drama-drama."
"Nggak!" tukas Siji. Meski selama ini ia single, tapi ia tetap punya harga diri. Ia tak ingin sembarangan membuka hati pada seseorang. Apalagi gadis aneh yang dihadapannya.
Renata menggembungkan pipi. Namun, bukan Renata namanya kalau menyerah begitu saja.