Mereka menunggu bayangan itu bereaksi.
Setelah beberapa saat, mereka bisa melihat getaran konstan bayangan itu perlahan-lahan berhenti, dan tangisan yang awalnya melengking telah mereda. Mungkin bayi monster itu sudah mati, pikir Siji.
Reiji memang telah berhati lembut sejak dia masih kecil. Jadi, meskipun Reiji sudah jelas-jelas melihat sosok itu menyerang saudaranya tadi, Reiji masih merasa sangat tidak nyaman membunuh benda berbentuk manusia dengan begitu mudah. Apalagi, tangisan yang berasal dari celah itu terdengar seperti tangisan bayi.
Siji tidak terlalu bertele-tele seperti adiknya. Jika Yuji berada di sini, Siji yakin pasti adiknya yang satu lagi tidak akan ragu seperti dirinya. Siji paham kenapa Reiji bereaksi berlebihan, Siji saja sempat bereaksi seperti itu tadi.
"Kamu salah, Siji! Biarpun aku di sini pun, aku akan memilih diam saja. Tidak seceroboh kalian ini! Seperti membangunkan singa yang sedang tidur saja!" bentak Yuji, kesal.