Chapter 2 - Kekuatan

Lucas membuka kotak tersebut, dan kemudian terkejut ketika dirinya mendapati sebuah gulungan kertas, sebuah bunga yang tidak kunjung melayu yang tentu saja terlihat sangat indah, sekuntum mawar hitam yang sudah mengering, dan sebuah batu biasa yang ternyata adalah Kristal berwarna ungu. Hal itu tentu saja membuat dahi Lucas mengerut, setelah ia menyadari bahwa ia sama sekali tidak bisa mengingat apa yang pernah ia lakukan di masa lalu.

"Kakek … Aku tidak mengingat sama sekali tentang hal ini." Ucap Lucas kepada sang Kakek, dan sang kakek hanya tertawa mendengarnya.

"Hahaha … Tentu saja, kau masih sangat kecil ketika dirimu melakukannya!" Ucap sang Kakek yang menjelaskan kapan hal itu terjadi kepada Lucas, "Saat itu umurmu masih lima tahun, dan ketika aku bertanya kemana saja kau pergi dan apa yang kau lakukan? Kau menjawab kepadaku jika kau baru saja berkelana." Sambung kakek kepada Lucas, dan hal itu semakin membuat Lucas merasa kebingungan mendengarnya.

Apakah benar anak berumur lima tahun bisa melakukan perjalanan dan membawa barang-barang yang tidak lazim untuk di bawa oleh anak seusianya saat itu? Itulah pertanyaan yang muncul di dalam benak Lucas setelah ia mendengar ucapan dari sang kakek perihal apa yang pernah ia lakukan ketika kecil.

Melihat raut kebingungan yang ditunjukkan oleh Lucas, sang kakek pun melambaikan tangannya menyuruh Lucas untuk mendekati dirinya, kemudian setelah Lucas berada di hadapan sang Kakek, Lucas melihat sang kakek menjentikkan jarinya berulang kali.

"Apakah kau mengingat jika aku melarangmu untuk melakukan hal itu?" Pertanyaan yang diberikan oleh sang kakek langsung di jawab sebuah anggukan setuju oleh Lucas, "Itu adalah caramu melakukannya, Lucas." Sambung sang kakek, memberitahunya. Merasa penasaran dengan kebenaran dari hal itu, Lucas pun menoleh menatap tangan kanannya yang kemudian beralih menatap sang kakek yang ada di hadapannya. "

"Apakah kakek sedang bercanda denganku?" Tanya Lucas kepada Kakeknya, sang kakek menggelengkan kepala nya ketika ia benar-benar serius dengan apa yang sedang ia bicarakan.

"Coba saja, jika kau merasa penasaran dengan kebenaran dari ucapanku!" Ujar sang kakek, yang membuat Lucas memiliki tekad untuk melakukannya detik itu juga. Namun sebelum ia melakukannya, sang kakek kembali berucap, "Sebelum itu! Kau harus membayangkan tempat mana yang ingin kau tuju!" Sang kakek memberikan sebuah petunjuk, agar Lucas melakukannya dengan benar. Lucas pun mulai berpikir, ke tempat mana ia harus mencobanya?

"Tempat mana yang ingin aku tuju ya??" Lucas kembali mengulang kata-kata itu. Mengetahui Lucas yang kebingungan, sang Kakek pun membantu dengan menunjuk pada sebuah poster yang terpasang di dinding rumah mereka. Poster yang menunjukkan sebuah gunung es yang indah yang berada di pegunungan Himalaya.

Lucas mengikuti jari sang kakek dan terlihat ragu saat melihat poster tersebut, "Himalaya?" Tanya Lucas kepada sang kakek, yang mengangguk membenarkan pertanyaan Lucas.

Meski Lucas masih merasa ragu dengan ucapan sang kakek, namun ia berusaha untuk setidaknya mencoba apa yang telah di perintahkan oleh sang kakek untuk membuktikan jika apa yang di ucapkan sang kakek merupakan sebuah kebenaran.

Lucas menghelakan napasnya sebanyak dua kali, dan kemudian ia memejamkan matanya untuk membayangkan bagaimana gambaran gunung Himalaya yang tergambar persis seperti di poster yang ia lihat tadi, detik kemudian Lucas pun menjentikan jemarinya.

Lucas merasakan sensasi seperti melompat ke dalam jurang yang penuh dengan cahaya berwarna biru, merah dan kuning. Cahaya yang kemudian bercampur itu membuat Lucas merasa mual dan pusing melihatnya. Detik kemudian setelah ia merasakan hal yang membuatnya merasa mual, ia menyadari bahwa dirinya telah berada di sebuah puncak gunung es yang sangat dingin. Hanya dengan menjentikkan jarinya dan secepat ia menutup kemudian membuka matanya dirinya telah pindah ke sana.

"Oah!" Pekik Lucas yang merasa takjub setelah ia sadar bahwa dirinya sudah berada di puncak gunung Himalaya. Ia menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri untuk mengecek apakah benar dirinya berada di atas gunung Himalaya? Ia pun menatap beberapa orang yang tengah mendaki, mereka semua terkejut dengan kehadiran Lucas yang berdiri di puncak tanpa menggunakan mantel dan peralatan khusus untuk mendaki gunung.

"S… Siapa kau?? Kenapa kau bisa berada di sini tanpa menggunakan peralatan pendaki khusus?!" Tanya salah seorang pendaki yang melihat keberadaan Lucas di hadapannya, dan hal itu pun membuat Lucas cukup terkejut dengan pertanyaan tersebut.

"Di… Dimana aku saat ini?" Tanya Lucas kepada mereka yang saat ini saling bertukar pandang, sebelum akhirnya salah satu dari pendaki wanita di belakang mereka menjawab.

"Kita berada di Puncak Himalaya!" Jawabnya, Lucas kembali terkejut dengan jawaban itu yang membuktikan bahwa ucapan sang Kakek benar adanya. Lucas juga merasa senang karena ia bisa benar-benar melakukannya, ia pun tersenyum dengan lebar pada orang-orang di hadapannya.

"Dia benar… Hahaha dia benar!!" Seru Lucas berteriak senang karenanya, dan hal itu membuat mereka para pendaki tersebut semakin kebingungan.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya mereka kepada Lucas, yang membuat Lucas sadar bahwa saat ini ia tengah berada di hadapan orang-orang asing di atas gunung Himalaya, seketika rasa dingin yang ekstrim pun mulai menyelimuti tubuhnya.

"Oh! Bagaimana caraku untuk kembali ke rumah?!!" Gumam Lucas pada dirinya sendiri tetapi dengan ucapan yang keras sehingga para pendaki itu tentu mendengar ucapannya. Lucas membuka kedua tangannya dan berulang kali menggumamkan hal itu, menghiraukan orang-orang yang tampak kebingungan melihat tingkah Lucas, yang kini mulai bertingkah aneh di hadapan mereka.

Lucas melompat-lompat dan melakukan semacam pemanasan, dengan menggerak-gerakan kepalanya dan kemudian ia menghembuskan napas sebanyak dua kali untuk kembali memejamkan mata dan menjentikan jemarinya. Lucas pun menghilang dari hadapan para pendaki itu, membuat mereka terkejut dan ketakutan setelah menyaksikannya. Mereka bahkan menganggap jika Lucas adalah salah satu arwah gentayangan penunggu gunung Himalaya.

Secepat ia datang, dan secepat itu pula ia kembali ke rumahnya. Dengan kondisi tubuh yang dipenuhi oleh salju-salju yang menempel di tubuhnya, hal itu membuat sang kakek tertawa mendapati kondisi Lucas yang seperti itu. Mendengar suara tawa sang kakek, Lucas pun segera berjalan menghampirinya.

"Ba… Bagaimana bisa seperti ini, Kakek? Kenapa aku bisa melakukannya?!" tanya Lucas seolah ia terkejut dengan kemampuan yang ia miliki tersebut.

"Karena kau adalah seorang yang dapat melakukan teleportasi hanya dengan menjentikkan jari tanganmu, Lucas … Kau dapat berpindah tempat sesuai keinginanmu." Jawab sang kakek kepada Lucas yang kini hanya dapat menganggukkan kepalanya dan menerima apa yang sebenarnya ada di dalam dirinya seraya menatap kedua lengannya yang masih terasa membeku.

"Kau benar-benar anak yang spesial" Lanjut sang kakek kembali, membuat Lucas menatap padanya lagi, "Kau harus mengetahuinya, tepat sebelum aku menemukanmu di tumpukan jerami ladangku. Saat itu langit sore menghiasi hari, aku serta teman-temanku yang tengah bertani melihat keindahan alam semesta yang jarang sekali terjadi, karena hari itu kami melihat dua belas bintang yang jatuh secara bersamaan. Bintang-bintang itu terlihat sangat terang dan sangat indah."