Chereads / Mengejar Cinta Om Duda / Chapter 1 - Pemilik Sekolah

Mengejar Cinta Om Duda

🇮🇩LaRisyaa_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 14.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pemilik Sekolah

Di sebuah Bar yang cukup terkenal dan elit, terlihat segerombolan anak muda tengah bercanda ria di deratan sofa agak pojok. Namun di antara mereka hanya satu orang yang paling berisik. Ia bernama Naina Aghata Putri, gadis cantik pemilik tubuh mungil yang masih berusia 17 tahun. Meskipun mungil, gadis itu cukup lincah dan terkenal dengan sifat jahil dan barbar. Juga mendapat julukan si gadis berdada montok. Ya, meski tubuhnya terbilang kecil di usianya saat ini. Naina memiliki kelebihan yang tak dimiliki teman sebayanya, yaitu memiliki buah dada yang lumayan besar.

"Nai, si Unyil lagi di kamar mandi tuh. Gak lo kerjain sekalian." Seru salah satu teman Naina yang bernama Angga Kusuma. Si Unyil merupakan panggilan untuk salah satu siswa yang memiliki tubuh mungil, bahkan lebih mungil dari Mey.

"Apa? Gak denger gw?" Teriak Naina yang sama sekali tak mendengar suara lelaki itu karena tenggelam oleh alunan musik disko.

"Si Unyil ke toilet. Lo gak ada niat buat ngerjain dia?"

Mata Naina seketika berbinar mendengar itu. "Otw." Seru Naina yang langsung berlari menuju toilet. Gadis itu bersiul sambil terus menyusuri lorong kecil menuju toilet pria. Ia melihat kiri dan kanan untuk memastikan keadaan aman. Setelah di rasa aman, Naina pun bergegas masuk ke area terlarang bagi kaum wanita itu.

Naina melihat deretan pintu toilet yang tertutup semua. "Sialan! Di pintu mana si Unyil? Kalau salah orang gimana? Ah... gw punya ide."

Naina mengambil sesuatu dari dalam saku celana jeansnya. Lalu mengangkat benda kecil yang menyerupai kecoa itu ke udara. "Si Unyil kan takut kecoa. Mari beraksi."

Gadis itu berjalan pelan menuju deretan pintu. Lalu mengetuknya satu per satu dan keberuntungan memang selalu ada di pihaknya. Hanya satu pintu yang terkunci. Dengan senyuman jahilnya, ia langsung melempar benda itu ke atas. Dan dalam hitungan detik orang yang ada di dalam menjerit histeris.

"Berhasil." Naina pun langsung melesat pergi dari sana. Namun saat di depan pintu, ia tak memperhatikan jalan karena ingin segera kabur dari sana. Hingga tak menyadari seseorang ingin masuk ke sana. Alhasil tubuh mungil itu menubruk sesuatu yang sangat keras dan kokoh.

"Sorry." Ucap Naina yang langsung mendongak. Sontak matanya membulat sempurna saat melihat pahatan Sang Esa yang begitu sempurna. Ya, Naina menabrak seorang pria tampan bertubuh tegap nan tinggi. Wajah lelaki itu sangat indah bak dewa Yunani.

Gila! Ganteng banget ni orang. Mana muka bulenya khas banget lagi. Aaaa... mimpi apa gw semalam?

"Menyingkir." Titah lelaki itu dingin nyaris tak berekspresi. Naina pun terhenyak dan hendak menjauh. Namun ia tak menyangka jika rambut panjangnya menyangkut di resleting jaket sang pria.

"Aduh... ngapain pake nyangkut segala sih?" Geram Naina berusaha melepaskan rambutnya yang tersangkut. Entah kenapa ia mendadak gugup sampai tak bisa melepaskan rambutnya sendiri.

Pria itu menggeram kesal dan mendorong Naina hingga punggung mulusnya membentur keras di dinding yang dingin.

"Awh... sakit Om. Jangan main kasar dong? Aduh... tunggu sebentar, gak bisa lepas." Keluh Naina masih berusaha melepaskan rambutnya.

Si Unyil yang baru keluar dari toilet pun terkejut melihat adegan itu. Beruntung ia tak bisa melihat dengan jelas siapa wanita yang ada dalam kukungan sang pria karena terhalang tubuh besarnya.

Gila. Masak iya main di toilet. Muka aja ganteng, gak ada modal. Pikir si Unyil yang langsung pergi dari sana.

"Om, bantu napa? Diem aja." Kesal Naina karena pria itu terus diam tanpa berminat untuk membantunya.

Naina tersentak kaget saat pria itu melepaskan jaketnya dan langsung pergi dari sana.

"Eh... Om. Jaketnya?" Teriak Naina menarik paksa rambutnya. "Awh... sakit benget bego. Kenapa gak dari tadi gw tarik? Gini nih kalau udah berhadapan dengan cogan, mendadak bego gw. Tapi cowok tadi beneran ganteng jir. Mau gw dibawa pulang sama doi." Naina terkekeh sendiri sesaat sampai tersadar dirinya masih dalam area toilet pria.

"Buset, bisa di embat gw sama lakik hidung belang kalau masih di sini." Tanpa banyak mikir lagi ia melesat pergi.

"Dari mana aja lo, Nai?" Tanya yang lain.

"Anu, itu dari toilet." Jawan Naina sambil cengengesan. Si Unyil mantap Naina curiga, apa lagi warna jaket yang gadis itu pegang.

"Gw kayak kenal jaket itu?" Ujar si Unyil menatap Mey curiga. Sontak yang lain pun memusatkan perhatian pada Naina.

"Owh, ini jaket orang yang tinggal di toilet. Gw bawa aja, kayaknya harganya mahal." Jawab Naina ngasal. Ia pun duduk di sebelah si Unyil.

"Sipa cowok tadi? Lo kan yang ngerjain gw?" Bisik si Unyil.

"Gw gak kenal."

"Lo gak kenal tapi udah main aja, gila lo ya?"

"Ih, siapa juga yang main. Tadi itu gw gak sengaja nabrak dia. Terus rambut gw nyangkut." Jawab Naina jujur.

"Kuwalat lo." Ketus si Unyil. Sedangkan Naina malah terkekeh.

Setelah pesta dadakan mereka selesai. Naina pun langsung pulang bersama salah satu teman kelasnya.

"Thank you, Sa."

"You're welcome, Beib. Gw balik dulu, by."

"Hati-hati."

Naina pun berbalik dan seketika terkejut saat melihat sang Daddy sudah berdiri di teras rumah. "Dari mana kamu?" Tanyanya penuh selidik. Naina tersenyum kikuk. Melangkah maju menghampiri Daddynya.

"Dari rumah temen, ada acara kelas." Bohong Naina menunduk.

"Sampai larut seperti ini?"

Naina mengangkat wajahnya. "Sorry Dad, tadi keenakan ngobrol jadi lupa waktu. Nai janji, gak ulang lagi." Gadis itu merangkul tangan sang Daddy.

Adam menghela napas gusar, lalu mengelus rambut putri bungsunya. "Masuk, ini sudah malam. Besok kamu harus sekolah, jangan banyak main. Sebentar lagi ujian sekolah. Kamu harus lulus dengan baik."

"Iya Daddyku sayang."

Adam tersenyum dan membawa putrinya masuk ke rumah. Kemudian mengunci pintu rapat-rapat.

****

Keesokan pagi, Naina berangkat sekolah di antar supirnya seperti biasa. Gadis itu terlihat seksi dengan seragam sekolah yang membalut tubuh munguilnya. Baju itu terlihat kekecilan hingga memperlihatkan lekukan dari aset berharganya.

"Morning, Baby." Sapa seorang lelaki jangkung yang tiba-tiba merangkul Naina.

"Ih, apaan sih pegang-pegang gw. Bukan muhrim." Naina menjauhkan diri dari lelaki playboy itu.

"Ya ampun, Nai. Cuma gw rangkul juga, belum lagi gw icip."

Bugh! Sebuah tendangan maut melayang tepat di tulang kering lelaki itu. Sang empu pun meringis kesakitan.

"Rasain, sekali lagi lo ngomong mesum ama gw. Gw pastiin burung lo dapat jatah juga." Ketus Naina yang langsung meninggalkan lelaki mesum itu. Ia tak peduli lelaki itu mengumpati namanya. Bukan Naina namanya kalau tergiur dengan wajah tampan raja playboy itu.

Naina masuk ke dalam kelas dengan malas, kejadian tadi membuatnya kesal. Ia melempar tas ranselnya di atas meja. Lalu duduk di sana dengan wajah cemberut.

"Kenapa lo, Nai?" Tanya Angel teman sebangkunya. Gadis itu merasa heran melihat wajah Naina yang ditekuk. Biasanya Naina selalu semangat setiap pagi.

"Si Coky buat mood gw hilang. Enak aja dia bilang mau icip gw. Dia kira gw sama kayak cewek centil yang mau dia jamah. Sorry aja kali." Adu Naina mengubah posisi duduknya di kursi.

"Ck, kayak gak tau aja otak ngeres dia. Gak usah ditanggapin." Sahut Angel dengan santai. Gadis itu kembali merapikan kuku tangannya.

"Everyone, ada pengumuman penting." Ujar ketua kelas berwajah tampan yang baru masuk kelas. Semua orang yang ada dikelas pun memusatkan perhatian penuh padanya.

"Semua siswa diminta buat ngumpul di aula. Karena pemilik sekolah mau datang." Sontak suasana kelas pun menjadi riuh.

"Lima menit lagi semua siswa udah harus ngumpul." Pungkas Juna yang langsung beranjak keluar dari kelas.

"Wih, gw penasaran muka pemilik sekolah ini. Katanya sih sekarang udah pindah tangan sama anaknya, bukan sama Kakek tua itu lagi." Kata Angel dengan santai.

"Ganteng gak anaknya?" Tanya Naina penasaran.

"Mana gw tahu? Bokapnya aja bule ganteng walaupun udah tua, apa lagi anaknya. Pasti ganteng banget."

"Penasaran gw, yuk ke sana." Ajak Naina narik Angel menuju ruang aula.

Naina dan Angel pun kini sudah duduk di bangku paling depan. Mereka gak mau kehilangan momen buat lihat ketampanan pemilik sekolah yang baru. Sampai suara riuh para siswi menarik perhatian keduanya. Karena penasaran, mereka pun menoleh ke belakang. Sontak mata Naina terbelalak saat meihat sosok laki-laki yang saat ini berjalan disebelah kepala sekolah.

Gila! Jadi cowok malam tadi itu yang punya sekolah? Mampus gw, gimana dong kalau dia masih ingat muka gw? Habis gw.