Mark tersadar dari lamunannya tentang masa lalunya dengan Adriana karena mendengar suara rintihan dari Maura yang sudah terbangun. Dia segera beranjak berdiri dan mendekati istrinya itu kemudian duduk di kursi samping ranjang.
"Kepalaku sangat pusing," ucap Maura sambil memegangi kepalanya.
"Ya ... Sebaiknya kamu istirahat saja. Aku akan selalu di sini menunggu mu," sahut Mark dengan sendu.
"Apa yang terjadi padaku?" tanya Maura lemas.
"Kamu mengalami pendarahan," jawab Mark.
Maura terdiam mengingat saat dirinya sebelum pingsan. Dia beralih melirik perutnya dan merabanya. "So, bagaimana keadaan kandungan ku? Calon bayi kita baik-baik saja, kan?"
Melihat kondisi Maura yang masih begitu lemah, Mark tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya mengingat saran dari dokter juga tidak memperbolehkan Maura terlalu banyak pikiran.
"Sayang, jawab aku," seru Maura dengan gelisah karena Mark malah melamun.