Chereads / Love, Jerk, and Affair (Indonesia) / Chapter 32 - Setelah bercerai

Chapter 32 - Setelah bercerai

"Kenapa kamu menangis dan masih ingin dipeluk oleh Mark brengsek itu?" Amanda bertanya sambil melirik Adriana. Sekarang dia sedang berada di aksi bersama sang kakak menuju pulang ke rumah.

"Pelukan terakhir," jawab Amanda santai.

"Apa kamu merasa lebih baik sekarang? Maksudku... dengan status barumu?" tanya Amanda lagi. Dia menatap Adriana dengan sangat intens dan bisa melihat kesedihan masih terpancar di wajahnya, bahkan bekas air mata pun terlihat.

"Hmm… mana ada yang mau menjadi janda? Aku yakin banyak orang akan berpikiran buruk tentangku setelah ini. Aku akan jadi bahan gosip orang, tapi ini semua lebih baik daripada aku harus tinggal di rumah itu dan berbagi cinta dengan Maura." Adriana menjawab sambil memijat pelipisnya karena merasa pusing karena terlalu lama menangis.

"Aku tidak menyangka Mark akan seperti itu. Dulu aku mengaguminya tapi sekarang aku membencinya karena dia tega menyakitimu," kata Amanda dengan ketus.

Adriana menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Aku juga, tapi aku harus tetap berteman dengannya agar Evan tidak sedih dan merasa hancur karena perpisahan ini."

"Kasihan Evan," gumam Amanda lalu melirik Adriana lagi. "Kamu harus menemukan suami baru yang mencintaimu dan dia dengan tulus."

"Hei, aku baru saja resmi bercerai, tidak akan mencari pengganti begitu cepat!" Adriana menepuk paha Amanda.

"Haha...iya tapi saat berita perceraianmu menyebar, maka akan ada banyak pria yang mengantri untuk mendekatimu, ingatlah!" Amanda tertawa, bermaksud untuk menghibur.

"Hmm? Aku merasa seperti gadis lagi hahaha..." Adriana terkekeh merasa bebas dan memiliki kesempatan untuk bahagia dengan pria lain di masa depan. Dia memang akan memulai hidup baru tanpa seorang suami. Artinya dia akan mencari pendamping lagi meski tidak secara langsung karena dia akan lebih fokus pada anak dan keluarganya.

Drett... drett...

Ponsel Adriana yang tersimpan di dalam tas kecil hitam bergetar. Dia segera mengambilnya dan melihat ada panggilan masuk dari Zach, lalu segera menjawabnya.

"Halo, Zach," sapa Adriana

"Di mana kamu, kenapa hanya ada karyawanmy di toko?" Zach bertanya melalui telepon.

"Aku dalam perjalanan pulang dan aku tidak pergi ke toko hari ini," jawab Adriana.

"Dari mana kamu?"

"Aku baru saja menjalani sidang perceraian." Adriana menundukkan wajahnya, menatap jendela, hampir menangis setiap membicarakan perceraian yang baru saja diresmikan.

"Hmm. Aku akan ke rumahmu."

Sambungan telepon tiba-tiba terputus. Adriana menghela napas kasar, lalu meletakkan kembali ponselnya. 'Kenapa dia ke rumah? tidakkah dia tahu bahwa aku butuh waktu sendiri untuk menemukan kedamaian?' batinnya kesal.

"Baru resmi cerai, sudah ada yang mulai mendekat. Kakakku memang penuh pesona hahaha…" Amanda tertawa terbahak-bahak setelah mengetahui Adriana mendapat perhatian dari pria lain.

"Itu Zach," kata Amanda dengan ekspresi horor.

"Oh... Dia selalu baik padamu. Kenapa kalian tidak menjalin hubungan sejak lama? Lagi pula, kalian dekat dan sudah memahami satu sama lain." Amanda bertanya-tanya. Dia mengerti bagaimana Zach dan Adriana dekat tetapi tidak pernah memiliki hubungan yang serius.

Adriana terdiam dan tidak menanggapi Amanda. Adiknya sangat cerewet sementara dia enggan membicarakan tentang Zach yang tidak jelas tujuan mendekatinya. Mungkin hanya sebagai penyembuh luka, dan setelah itu pergi atau sekedar menjanjikan hubungan sahabat yang mesra. itu akan sangat menyebalkan ...

____

Zach menghentikan mobilnya di halaman rumah Adriana. Setelah itu, mobil lain datang dan pemiliknya langsung turun. Dia adalah Dave yang datang lebih awal dari Adriana.

"Zach," sapa Dave.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Zach.

"Kenapa memangnya, dan apa masalahmu jika aku datang ke sini?" Dave balok bertanya, lalu berjalan menuju pintu utama rumah Adriana. 'Mungkin dia akan mendekati Adriana,' batinnya tidak suka

____

Zach masih berdiri bersandar di mobilnya. Matanya tertuju pada taksi yang berhenti di depannya. Adriana dan Amanda terlihat turun dari taksi itu

Melihat Zach di depan rumahnya, Adriana langsung menghampirinya saat Amanda masuk ke dalam rumah.

"Kenapa kamu di sini?" tanya Adriana dengan ekspresi datar.

"Aku mengkhawatirkanmu," kata Zach terlihat sedih.

"Kenapa mengkhawatirkan aku?" tanya Adriana sinis, lalu memalingkan wajahnya. Dia bosan melihat Zach yang begitu peduli apalagi dia sedang sensitif terhadap pria. Dia baru saja bercerai karena suaminya tidak setia. Tentu saja ada rasa trauma.

Bukannya menjawab, Zach melirik Adriana dan mendekatkan wajahnya. "Sepertinya kamu habis menangis. Matamu bengkak, hidungmu sedikit merah." Zach menyentuh hidung Adriana.

"Bukan urusanmu." Adriana segera menyingkirkan tangan Zach dari hidungnya.

Zach menghela nafas, menatap Adriana yang selalu ketus sedangkan dia merindukan keceriaan dan keramahannya beberapa tahun yang lalu. "Kenapa kamu selalu mengabaikan aku, Adriana?"

"Aku sedang tidak mood, Zach." Adriana berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Zach sendirian namun ria itu segera mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, Dave sudah bermain dengan Evan dengan Amanda. Pria itu sepertinya sangat merindukan keponakannya karena sudah beberapa hari tidak bertemu dengannya.

Melihat Dave bersama Amanda, Adriana tersenyum. 'Kelihatan serasi,' pikirnya.

"Adriana," sapa Dave saat menyadari kehadiran Adriana.

"Kamu sampai di sini lebih dulu," kata Adriana sambil tersenyum ramah.

"Aku ngebut," jawab Dave yang juga tersenyum ramah.

"Yasudah aku ke kamar dulu" ucap Adriana.

"Mama... aku ikut!" Evan merosot dari pangkuan Dave dan berlari ke arah ibunya.

Adriana tersenyum memeluk Evan. Dia langsung mencium pipi tembemnya dan terlihat menggemaskan. Melihat anak yang selalu ceria, membuat kesedihannya sedikit terobati.

"Sayang, apa kamu sudah tidur siang?" Adriana bertanya pada Evan yang kini berada di pelukannya. Anak laki-laki itu hanya terdiam melihat mata ibunya yang sembab.

"Kurasa belum," sahut Amanda

"Di mana ibu?" tanya adriana

"Di dapur," jawab Amanda, sedangkan Dave kembali santai dengan memainkan ponselnya. Saat itu Zach datang dan duduk di sofa lain karena ada dua sofa di sana.

"kamu mau minum susu?" tanya Adriana sambil menatap mata anaknya yang terlihat sayu. Mungkin anak itu mengantuk karena sudah waktunya untuk tidur siang.

"Mama akan buatkan susu, setelah kamu minum susu, kamu harus tidur, oke!" Adriana berseru yang Evan hanya mengangguk. dia segera membuat susu untuk anaknya di dapur.

Setelah minum susu, Adriana langsung membawa Evan ke kamar, lalu menidurkannya.

Karena sangat mengantuk, hanya sepuluh menit berbaring di pelukan ibunya, Evan langsung tertidur. Ibu muda itu segera melepaskan pelukan anaknya dan mengatur posisi tidur senyaman mungkin.

"Maafkan aku sayang. Aku tidak bisa bersama ayahmu lagi. Tapi kamu tidak akan kekurangan cinta, meskipun ayah tidak akan selalu melihatmu seperti biasanya," gumam Adriana sambil menunduk menatap Evan yang sudah tertidur. Ada rasa sakit yang mendalam saat menatap wajah polos putranya, karena merasa gagal menjadi ibu yang baik. Akan tetapi, dia tidak bisa mempertahankan keluarganya sampai anak itu jauh dari ayahnya.