"Tapi kita tinggal di rumah lain itu sama saja kita meninggalkannya," ucap Mark dengan gelisah. "Aku tahu kamu berpikir bahwa mungkin aku bersikap kekanakan karena aku tidak bisa jauh dari ibuku. Tapi aku begini bukan hanya karena sikap itu tapi ini adalah baktiku sebagai anak pertama dan kepala keluarga pengganti ayahku," lanjutnya dengan penuh harap bahwa Maura akan memahami apa yang menjadi pandangan nya selama ini.
"Tapi dia selalu menyalahkan aku atas gugurnya calon anak kita ... Dia selalu bertanya kapan aku akan hamil lagi, selalu bertanya apa mungkin aku tidak sehat dan menyuruhku untuk mengecek keadaan rahimku tanpa memikirkan Bagaimana perasaanku ... Jujur saja hatiku sakit dengan perlakuan itu," sahut Maura dengan gelisah dan kesal. Dia tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana wajah Margareth yang sekarang sangat menyebalkan baginya.
.