Chereads / Senja - Keindahan Sementara Menuju Kegelapan / Chapter 4 - Chapter 4 - Malaikat Kecil

Chapter 4 - Chapter 4 - Malaikat Kecil

Rahel berjalan kembali ke tempat duduknya dan aku juga kembali. Penonton debat mulai berhamburan sembari memberikan semangat kepadaku. "Kenzie, kami mendukungmu. Semoga lu menang ya, kami dari tim basket juga akan membantu saat kampanye nanti." Dzaki, ketua tim basket memberikan tangannya untuk menyalamiku, tangannya besar. Apakah semua orang yang di tim basket seperti ini?

Aku bersama Arvin, Farrel dan Jesica beranjak balik ke kelas. Terdengar suara kerumunan dari kawan sekelasku yang senang dengan hasil debat tadi. "Lu tanpa persiapan aja, hasil debatnya seperti ini. Gimana kalau lu punya persiapan matang, Ken?" Arvin tampak mulai semangat, padahal baru beberapa saat tadi dia kesal terhadapku.

"Gue bilang juga apa! Percaya saja sama, Kenzie" Jesica memotong pembicaraan Arvin.

"Iya iya, maaf…." Arvin menyergah. Aku mengangkat bahuku, tidak peduli dengan percakapan mereka.

Kami telah sampai di kelas, untuk kembali memulai pelajaran terakhir sebelum pulang. Besok akan dimulai kampanye, aku belum punya strategi apapun, mungkin aku akan berjalan di tiap kelas, menyapa semua orang. Begitu juga dengan tiap-tiap organisasi ekstrakurikuler.

***

"Ye….. Kakak pulang." Adik kesayanganku, bergegas melompat ke arahku begitu melihat aku membuka pintu rumah. Namanya Keysia yang artinya anak perempuan kesayangan. Dia tipe yang manja, tapi paling manja kepadaku, mungkin karena aku punya banyak waktu kosong untuk menemani dia. "Kamu lagi ngapain, Key?" Aku menggendong Keysia dan membawanya ke tempat dia duduk tadi, dia sedang menggambar sesuatu saat aku datang.

"Aku lagi menggambar, Kak."

Ada yang aneh dengan gambar Keysia, penuh coretan abstrak. Tidak biasanya dia menggambar seperti ini. "Kakak mandi dulu ya, udah bau ni, seharian di sekolah." Aku tertawa lembut sambil mencium kening Keysia yang sedang lanjut menggambar.

"Iya Kak, tapi jangan lama yah. Aku pengen ditemenin Kakak." Mata penuh harap ditunjukkan Keysia. Tumben Keysia seperti ini, ada yang aneh. Ini bukan sifat manja seperti biasanya. Aku beranjak ke kamar.

Sembari mandi, aku teringat gambar Keysia. Gambar abstrak dengan dominasi warna gelap di tengah gambarnya. Terlihat coretan biasa bagiku, tapi biasanya dia tidak seperti ini. Oh iya aku ingat, dia juga minta aku temenin. Biasanya Keysia nggak pernah minta ditemenin, hanya terkadang aku sendiri yang langsung temenin dia atau jika dia ingin perlihatkan sesuatu, baru Keysia manggil aku. Ada apa dengan dia ya? Mungkin aku akan tanya ke Papa Mama. Kalau Keysia minta ditemenin bisa ajak mereka, bukan? Tapi kenapa harus aku ya?

Terdengar ketukan pintu kamarku saat aku sedang memakai baju. "Kak, masih lama?" Oh itu suara Keysia.

"Nggak lama lagi, Key. Tunggu ya…"

Aku membuka pintu kamarku, "Kamu sudah selesai menggambar, Key?"

"Udah Kak, Cuma coret-coret." Keysia memperlihatkan hasilnya.

"Kamu tumben gambar begini?"

"Nggak tahu mau gambar apa Kak…." Keysia tertawa pelan.

"Nonton TV yuk." Aku mengajak Keysia nonton sembari aku ingin menyapa Papa dan Mama.

Aku meninggalkan Keysia yang sedang nonton TV. "Ma, tadi ada apa?" Kataku, Mama memperlihatkan wajah terkejut, Papa terlihat menelan ludah. Aku sengaja tidak bertanya tentang Keysia, jika mereka menjawab tidak kenapa-kenapa atau malah bertanya balik, baru aku akan bertanya yang ku maksud adalah Keysia.

"Kamu itu kayak penerawang, Ken. Selalu tahu apa yang barusan terjadi." Mama menghela napas "Tanya aja sama Papa kamu." Aku menoleh ke arah Papa, memicingkan mata. Terpampang senyum di wajah Papa.

"Hanya masalah sepele, sebenarnya nggak perlu kamu tahu juga sih." Papa tertawa kecil, nyengir sambil menatap Mama.

"Ya… kalau hanya masalah sepele, nggak masalah juga kalau aku tahu kan?" Aku menyergah membalas argumentasi Papa.

"Selalu saja menganggap remeh. Ngomong-ngomong kamu tahu dari mana, Ken?" Kata Mama.

"Tahu apa Ma?" Tanyaku.

"Tahu kalau Papa dan Mama bertengkar, Nggak bertengkar besar juga sih." Sahut Mama.

"Sebenarnya aku nggak tahu apa-apa, dan maksud pertanyaanku di awal hanyalah menerka-nerka. Soalnya Keysia bertingkah aneh, dia menggambar abstrak dengan warna dominan gelap. Ditambah lagi Keysia minta aku jangan lama mandi, dan segera menemani dia. Berarti ada sesuatu dong yang terjadi tadi, entah itu di rumah maupun di sekolah. Dan ternyata benar dugaanku, ada yang terjadi. Papa Mama sedang bertengkar." Papa dan Mama sempat diam mematung, kemudian mereka berdua tertawa getir.

"Eh…. Ergh…. Kayaknya Keysia sudah salah paham." Papa menghentikan tawanya.

"Papa kamu tuh, dia lupa kalau hari ini Anniversary pernikahan kami. Mana Mama sudah ngasih kode, tetap aja nggak peka." Aku sedikit tertawa prihatin mendengar ucapan Mama.

"Ma…. Pa…. Keysia itu masih kecil. Mana paham tentang pertengkaran serius dengan pertengkaran kecil. Lihat situasi juga dong saat bertengkar. Keysia sampai takut gitu. Eh…. Key-sia?" Kami terkejut melihat Keysia berdiri sembunyi di balik dinding.

"Mama dan Papa nggak bertengkar ya….? Aku kira tadi sedang marahan, jadi aku takut sambil nunggu Kakak pulang." Keysia berkata lemah.

"Papa dan Mama tadi nggak bertengkar kok, hanya lagi bahas sesuatu aja." Aku meraih tangan Keysia "Keysia ganti baju dulu dengan Mama ya…. " Papa dan Mama menatap kebingungan "Kita akan makan di luar sekalian merayakan ulang tahun pernikahan Papa Mama."

"Ye…. Kita jalan." Tampak wajah kegirangan di tunjukkan oleh Keysia. Papa dan Mama takzim memandangiku. Keysia beranjak pergi untuk bersiap ditemani mama.

"Kita mau kemana?" Mama menoleh ke arah Papa yang sedang bermain hp.

"Coba tanya Kenzie…."

"Kamu tuh, nggak pernah punya ide sendiri." Mama bergumam kesal.

"Mmmm dimana ya….? Gimana kalau kita nginap?" Aku terpikirkan untuk refreshing sejenak agar sedikit berkesan Anniversary mereka, walau ini bukan weekend sih.

"Nginap? Bukannya kamu besok sekolah? Keysia juga. Dan Papa juga akan ke kantor besok." Wajah Papa berkerut mendengar tawaranku.

"Menurutku sih, nggak masalah aku dan Keysia izin untuk 1 hari saja, sekalian membuat Anniv Papa dan Mama terasa berkesan. Jadi menurut Papa nggak terlalu penting ya hari ini?" Papa melotot ke arahku sembari melirik ke arah Mama, aku menyeringai, melihat Papa yang salah tingkah. Mama memalsukan senyumannya.

"Hmmmm, iya deh kalau memang mau nginap…. Tapi dimana?" Papa menyergah, bertanya kembali.

"Kalau di kepulauan seribu gimana? Kita nginap di Pulau Macan."

"Oh… iya boleh juga, kebetulan Papa punya kenalan yang punya tempat di sana. Papa coba hubungi dulu."

***

Pulau Macan memang tidak setenar pulau-pulau tetangganya, seperti pulau tidung, pulau pari atau pulau bira. Namun pulau ini masih sangat asri karena kecantikan tropis dalam suasana alami yang bisa kami nikmati. Pulau ini cenderung sepi, dikarenakan jumlah pengunjung yang dibatasi. Untung aja Papa punya kenalan, ditambah lagi kami memesan tempat bukan saat weekend. Mungkin jika sampai di sana, hanya kami pengunjungnya.

Kami tiba di Marina Ancol, dan akan segera menyeberang menuju Pulau Macan, sembari melihat pemadangan sunset yang ada, aku mengajak Keysia ngobrol. "Key, senang nggak?"

"Senang banget kak, jarang kita keluar nginap begini, ditambah lagi besok nggak perlu ke sekolah, Yeee….." Keysia tertawa senang. Akibat ulahku, kami semua libur di hari kerja.

"Emang sekolah kamu nggak asik?" Tanyaku

"Asik sih, tapi namanya liburan yah tetap lebih asik dari pada sekolah.…" Senyum tulus dan bahagia diperlihatkan Keysia.

"Iya…. Iya." Aku melihat Papa dan Mama sedang mengobrol dengan tawa lepas mereka.

Kami mungkin tidak akan mendapat moment sunset saat di Pulau Macan, Sunset Hut yang Papa pesan mempunyai dek pribadi dengan akses langsung menuju lautan, ditambah lagi posisinya menghadap ke barat. Yah sudahlah, yang penting rekreasi saja. Ku dengar dari temanku yang pernah berkunjung. Pulau Macan sendiri sebetulnya ada dua, yaitu Pulau Macan besar yang menjadi tempat tamu menginap, dan Pulau Macan kecil atau biasa juga disebut Pulau Macan gundul yang dibiarkan tak tersentuh dan tanpa penghuni. Wah bikin penasaran saja, apakah jalan-jalan di Pulau Macan gundul sama sekali nggak boleh?

Perjalanan yang akan kami tempuh kurang lebih 2 jam untuk sampai ke Pulau Macan, kayaknya aku akan istirahat dulu. "Key…. Aku tidur dulu ya…. "

"Yah kak…. Jangan tidur dulu dong." Keysia membujuk aku sambil mendorong tanganku. "Kak…. Temani aku lihat pulau-pulau yang kita lewati dong…. Ga seru, ah…. "

"Ini sudah mau gelap juga, Key. Mending kamu juga istirahat supaya sampai di sana nggak langsung cape dan tidur."

"Hmmmm…. Iya deh, Tapi awas ya kak, kalau sampai di sana kakak malah tidur lagi!" Keysia terlihat kesal.

"Iya iya, tapi tetap juga akan tidur kalau sudah larut, Key." Keysia tidak peduli dengan perkataanku, dia mengambil tempat di sampingku untuk tidur.