* * *
"Semua soal dari test tadi sungguh merepotkan, kenapa begitu sulit bagiku memahami sebuah pelajaran" Felix mengeluh setelah menyelesaikan kelas terakhirnya.
"Jangan mengeluh saja, berusahalah untuk mengejar ketertinggalan" sahut Ivana, "lagi pula nilai mu tahun lalu benar-benar buruk, tanpa prestasi caturmu itu, mana mungkin kau naik kelas" tambahnya sambil melirik tajam Felix.
"Ahh kau ini, selalu mendebatku" balas Felix dengan wajah jengkel.
"Sudahlah kalin berdua, berhenti berdebat, ayo pulang" sahut Lachlan.
Belum jauh mereka keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba terdengar suara sirine mobil polisi yang saling bersahutan, beberapa mobil itu keluar dari kantor polisi dan terlihat sangat terburu buru.
"Ada apa ini?" ujar Felix yang melihat begitu banyak mobil polisi keluar dari kantor, "kenapa begitu banyak mobil yang keluar?" tanya Lachlan keheranan.
"Sepertinya terjadi sesuatu dikota" sahut Ivana sambil mengerutkan dahi.
"Kalau begitu ayo kita pastikan" Lachlan tiba-tiba bersemangat, "kita harus cari tahu apa yang terjadi"
"Apa kau gila, itu terlalu berbahaya" Sanggah Felix cepat, "jika polisi sudah pergi dengan mobil sebanyak itu pasti mereka sedang menangani kasus berbahaya" tambahnya dengan wajah sedikit panik.
"Tidak!! Tidak! Itu terlalu berbahaya Lachlan" Ivana menggeleng menandakan tidak setuju, "bagaimana jika mereka sedang menghadapi para perampok kemarin" tegas Ivana.
"Justru itu aku harus memastikan, apakah mereka orang yang sama dengan orang yang merampok di swalayan" Lachlan berusaha meyakinkan Ivana dan Felix.
"Biarkan para polisi mengurusnya" Felix membantah, "terlalu cepat seratus tahun bagimu untuk menangani kasus seperti ini" tambah Felix dengan wajah datarnya.
"Benar yang Felix katakan, itu terlalu berbahaya bagi kita" Ivana mencoba menjelaskan.
"Ini mengganjal dipikiranku, aku harus memastikannya sendiri", sahut Lachlan "kalian pulanglah duluan aku akan memastikan apa yang sedang terjadi" Lachlan pergi meninggalkan Ivana dan Felix yang mencoba mecegahnya.
"Ada apa dengannya" ujar Felix kesal, "kita harus menyusul, ayo!!" sahut Ivana, Felix yang mendengar perkataan Ivana pun langsung terkejut "ehh kau juga? Itu terlalu berbahaya, kita bisa mati konyol jika terlibat" tambah Felix dengan kerutan kulit didahi dan wajah kesalnya.
"Jadi kau mau membiarkannya pergi sendiri?" tanya Ivana dengan tatapan sinisnya yang menakutkan "baiklah, ayo" jawab Felix terpaksa.
* * *
Saat mereka tiba dilokasi ternyata tidak kejadian apapun, "yaampun ternyata hanya konvoi" Kata Lachlan saat melihat mobil mobil polisi sedang berkumpul dan berjalan beriringan.
"Syukurlah, ternyata tidak terjadi apa apa" sahut Ivana saat mendekati Lachlan dari belakang, "walikota akan melakukan kunjungan kesini, mungkin mereka akan menjemputnya"
"Untung saja, jika tidak kita pasti sudah terjebak dalam masalah" tambah Felix, "hei sudahlah, kau selalu mengeluh" sanggah Ivana.
Barisan mobil polisi itu berjajar rapi dibadan jalan bergerak maju dengan kecepatan konstan menuju titik pertemuan untuk menjemput sang Walikota.
'Boom'
Ledakan, mobil yang berada di barisan paling depan konvoi meledak.
Lachlan, Ivana dan Felix yang sedang berbincang bincangpun terkejut setelah mendengar suara ledakan yang tak jauh dari mereka itu.
"Apa itu, kenapa mobilnya meledak" Lachlan terlihat khawatir setelah melihat itu, ia pun langsung berlari mendekati mobil polisi itu, "kalian sebaiknya tunggu disini".
Lachlan berlari mendekati mobil mobil polisi yang sudah tak bisa melanjutkana perjalanannya, karena tidak bisa melewati jalan didepannyaa yang sedang terbakar akibat ledakan.
Beberapa mobil memutar haluan dan beberapa tetap tinggal untuk menyelidiki penyebab meledaknya mobil polisi itu, "menjauhlah nak" ujar seorang polisi yang melihat Lachlan yang sedang mencoba mendekat.
"Apa yang terjadi pak? Kenapa mobilnyaa meledak?" tanya Lachlan dengan napas yang terengah-engah.
"Kami sedang mencari tahu penyebabnya, jadi tolong menjauh dari sini" jawab petugas itu sambil memeriksa seluruh bagian dari mobil yang kereka tumpangi.
Saat polisi sedang berusaha untuk memadamkan mobil dan jalanan yang terbakar, datang seseorang berjubah aneh dengan topeng yang di kenakannya.
Saat melihat topeng itu Lachlan menyadari sesuatu, 'jadi begitu, topeng mereka memang memiliki pola gambar yang berbeda di setiap topengnya, namun selalu ada bulatan tepat di dahi dari semua topeng tersebut, topeng-topeng yang kulihat di swalayan, yang pernah ditunjukkan Ivana dan topeng orang ini terlihat sama dari bulatan yang ada didahinya' Lachlan mencoba menganalisa persamaan dari semua topeng yang dilihatnya.
Begitu orang bertopeng itu mendekati para polisi langsung meringkus orang bertopeng itu, namun betapa terkejutnya mereka ketika orang itu membuka jubahnya, tubuhnya sudah dipenuhi bom yang siap meledak.
"Bom!!!"
"Dia pengantin bom bunuh diri"
Para polisi langsung memperingati orang-orang yang herada disekitar lokasi untuk mencari tempat berli dung karena bom benar- benar akan meledak.
Namun hampir tidak ada waktu untuk menghindar ataupun menjinakkan bom itu, karena disaat para polisi sadar, waktu yang ada di bom itu sudah kurang dari sepuluh detik lagi
"Menjauhh!!"
"Berilindung"
Lachlan yang melihat kepanikan itupun mencoba berkonsentrasi, ia mulai menghela napas untuk menenangkan diri, walaupun dia dengan sadar melihat waktu yang tersisa di bom itu adalah sepuluh detik lagi.
Felix dan Ivana yang menyadari kejadian itupun langsung mencoba menyelamatkan diri sambil memperingati Lachlan untuk segera pergi dari sana "Lachlan apa yang kau lakukan, pergi dari sana" Felix berteriak dengan sekuat tenaga namun tetap saja Lachlan tidak menggubris sedikitpun.
Keadaan berubah total menjadi kekacauan hanya dalam sesaat, orang-orang hanya berlari tanpa arah karena panik, mereka yang tadinya berada didalam mobil langsung bergegas keluar dan meninggalkan mobilnya.
Hanya Lachlan yang terlihat tidak mencoba untuk menjauh dari orang bertopeng itu, namun tidak ada yang memperdulikannya, orang orang mengira kalau dia terdiam karena panik, bahkan kedua temannya hanya bisa berteriak dari kejauhan.
Padahal ia sedang berusaha untuk percaya pada diri sendiri kalau dia bisa mengaktifkan kekuatannya disaat itu juga, Lachlan mencoba memejamkan matanya agar lebih fokus tapi sesekali melihat kearah pewaktu yang ada di bom itu
"Lima, Empat, Tiga, Dua, Satu....!"
'Apakah berhasil' ujarnya dalam hati, dengan napas yang terengah-engah dia mencoba membuka mata seraya berkata "apakah berhasil? Atau aku sudah berada disurga"
Saat melihat kearah pewaktu yang ada di bom itu, benar saja angkanya tidak lagi bergerak, ia berhenti di angka satu, "aku berhasil, yeahh akhirnya aku bisa" gumamnya.
Ia sangat senang karena bisa mengaktifkan sendiri kekuatannya, ia merasa sudah bisa menemukan kunci untuk menguasainya, "ternyata cara ini bekerja" katanya sambil mengamati keadaan sekitar.
"Lihat betapa jeleknya wajah Felix saat panik"
"Ahh Ivana, ia mengeluarkan air mata"
Ia berkeliling menatap wajah semua orang sambil tertawa, ia benar-benar sangat kegirangan karena bisa menghentikan pengeboman ini.
"Mari kita lihat siala wajah dibalik topeng ini" gumam Lachlan, ia berjalan mendekati orang bertopeng itu dan langsung membuka topengnya, "Hah? Ada apa dengan orang ini, sangat aneh!!" Lachlan terkejut