Pukul [22:10]
Kenapa itu terasa nyata?
Apakah aku berhalusinasi?
Aku seperti baru bangun dari mimpi, mimpi yang sangat buruk. Rasa sakit di tubuhku yang sangat nyata tadi lenyap untuk yang kedua kalinya. Aku masih bisa merasakan kehangatan Lulu yang duduk sangat dekat denganku untuk yang kesekian kalinya. Detak jantungku yang terpacu kencang tadi seketika meredakan lajunya. Sepasang piring putih yang bertumpuk, dan kaleng kosong sisa minum kami. Masih utuh ditempatnya. Kartun beruang dan kelinci kesukaan Lulu masih tayang di layar kaca.
Terdiam membisu seribu bahasa, kepalaku terasa sangat sakit. Mata kiri ku seperti tertusuk ribuan jarum pada satu waktu yang sama. Saat ingin memegang kepalaku dengan tangan kiri, cahaya biru memantul di telapak tanganku, mataku bercahaya biru terang. Rasanya memang sakit, namun aku tak ingin membicarakan hal ini pada Lulu, aku tak ingin menambah beban pikiran Lulu. Ia masih tersenyum tipis memandang ke layar televisi. Kalau tidak salah, setelah ini ia akan menahan ku untuk mencuci piring. Tentu saja aku tak akan mengulang hal bodoh yang ku buat sebelumnya.
"Lulu, kamu masih kuat jalan?" Tanyaku perlahan.
"Hmm? emang kenapa?" Lulu menoleh bingung.
"Sssttt, ngomongnya pelan aja!" Ucapku melirik ke atas, memberinya tanda bahwa ada sesuatu mengancam.
"Hmm!" Lulu memahami kode merah ku, wajah serius disertai pergerakan tanpa suara ia lakukan.
Lulu perlahan masuk ke kamar lantai bawah, mengambil tas dan laptopnya. Memakai sepatu hitamnya itu, lalu berjalan ke pintu keluar dari rumah darah yang kami pijak ini. Aku berjalan mengikuti langkahnya, memimpinnya memutar kenop, membuka pintu seraya melarikan diri dalam sunyi.
"Ga pake mobil?" Bisiknya sembari menggenggam erat lengan kiriku.
"Hmm," Ku menggelengkan kepala menyusuri jalan setapak jejak roda mobil di halaman rumah lama Lulu.
Tap! Tap! Tap!!
Kami mencoba tidak membuat suara sedikitpun, akan tetapi rumput yang kami pijak malah berteriak kesana-kemari. Genggaman kuat Lulu terasa melemah, ku toleh ke kiri memberi semua perhatian yang bisa aku beri.
"Kenapa?" Aku tetap mengeluarkan suara yang sulit didengar dari jarak jauh.
"Punggungku sakit...," keluhnya dengan muka pucat.
"HUH?!" Lagi lagi aku dibuat terkejut akan apa yang aku lihat.
Kemeja putihnya itu ternodai oleh darah merah yang mengalir seperti air terjun. Lulu memiliki beberapa luka tusuk di punggungnya, aku tak tahu bagaimana, namun aku tahu itu pasti dalam dan menyakitkan. Badan Lulu seketika tidak bisa menopang kesadarannya yang memudar. Perlahan Lulu tumbang ke tanah, agar tidak terbentur keras ke bawah, aku menangkap dan memperlambat laju gravitasi yang menariknya. Membaringkannya miring kr kiri, supaya luka di punggungnya tidak semakin parah.
"AHAHAHAHAHA!!! Kalian pikir bisa kabur?" Badut kejam itu memiringkan kepalanya, memperlihatkan gigi taringnya lagi.
"Sialaaan!!!!"
Aku sudah tak tahan lagi, untuk yang ketiga kalinya, aku tak ingin Lulu kembali tersakiti. Ini semua salahku, aku mendapat tiga kali kesempatan, namun aku terus saja menyia-nyiakannya. Hatiku kehabisan stok kesabaran, emosi melahap habis masa depanku. Kedua kakiku ini melangkah cepat ke depan. Menghadapi pembunuh itu dengan hanya bermodal kepalan tangan saja. Bagian tubuh kanan dan kiri ku mulai bersinar aneh. Mengeluarkan uap berwarna merah di kanan dan biru di kiri.
-250BPM-
"Kenapaa?!"
Buukk!!!!
Satu pukulan melayang ke perut Hunter.
"Kamu!"
Buakk!!!!
Satu tendangan menghantam pelipis kiri badut sialan itu.
"Masih!"
Bruak!!!
Pukulan tangan untuk yang ke dua kalinya, menjatuhkan Hunter ke tanah. Kali ini aku tidak akan lengah seperti kesempatan sebelumnya. Aku pasti akan mengalahkannya kali ini. Aku sangat yakin akan hal ini.
"HAAAAAA!!!!!"
BOOOOMM!!!!!
Ku hantam kepalanya dengan tangan merah ku, amukan angin terlahir antara benturan keras emosi ini. Badan si badut itu perlahan hancur menjadi kepingan kaca berwarna merah, setelah itu menguap ke angkasa begitu saja. Ku tegakkan kedua kakiku, berdiri menghadap ke langit malam yang suram.
"Cih...,"
Satu keping ingatan ku temukan di dalam kepala kosong nan hampa ini. Aku memiliki kekuatan spesial, karena aku adalah Time Keeper. Ya, aku mengingatnya, aku bisa mengendalikan waktu. Tidak, kekuatan ini bisa mengubah takdir ku, terutama Lulu. Aku berlari mendekat ke gadis yang terbaring lemah di rerumputan malam.
"Lulu!! Bentar yaa!!!!" Aku memfokuskan pikiran di tangan kiri ku, membuat aura biru ku itu mengalirkan energi untuk memutar waktu di tubuh Lulu.
Perlahan, detik demi detik berlalu, luka di tubuh Lulu perlahan menutup, dan akhirnya menghilang. Meninggalkan bekas lubang di kemejanya, tapi itu juga tak bertahan lama, karena aku juga bisa memperbaiki lubang di pakaiannya sekaligus. Aku bisa merasakannya, kehangatan di tubuh Lulu mulai kembali. Sepasang kelopak mata dengan bulu lentik itu perlahan terbuka lebar. Bagaikan air yang memadamkan api membara di hatiku, Lulu kembali duduk di hadapanku yang berlutut hampir putus asa.
"Natsu? tadi kenapa?" Tanya putri tidur itu terbangun dari mimpi buruknya.
"Huff...., enda apa apa kok! Aku ngerjain kamu aja! Ehehe!" Aku menyajikan tawa kecil, yang datang dari hati kecilku.
Aku merasa senang, bukan karena aku ingat sedikit dari masa laluku, tapi, aku berhasil menyelamatkan satu nyawa perempuan. Yang bahkan aku tidak mengenalnya. Natsuki El, pemilik tubuh laki laki ini memiliki takdir yang sangat menarik. Lambat laun aku mulai paham apa itu kehidupan, dan mengapa Fate Keeper sebelumnya memilih berkhianat dari sang penulis.
"Dah ayok berdiri!" Aku mengulurkan tanganku, membantu perempuan berambut merah sebahu itu untuk kembali menjalani kisah ini.
"Aku kok pusing ya?" Keluhnya memegangi pelipis.
"Ohh..., ya sini ku gendong!" Ucapku seketika membopong si penyakitan itu berjalan kembali ke dalam rumah lamanya.
Aku yakin, tidak akan ada apapun yang mengganggu kami malam ini. Karena, aku mendapat kekuatan baru entah dari mana. Mata kiri ku ini bisa mengetahui masa depan, atau lebih tepatnya melihatnya sekilas. Malam ini berakhir dengan bahagia, hanya ada satu misteri yang masih mengganjal. Siapa, dan apa tujuan si badut itu menyerangku?
Dan kenapa dia menyebutku tokoh utama?
Apa ini ada hubungannya dengan Sang Penulis?
Aku, nomor tiga puluh satu, mulai sekarang akan menjalani kehidupan sebagai Natsuki El. Tak peduli apa yang terjadi, aku tidak boleh pergi. Karena aku sudah merebut tubuh dan cerita Natsuki, aku harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan cerita ini. Jika tidak, maka dunia ini akan hancur, terhapus dari kenyataan ini. Dan juga aku masih belum mengingat bagaimana aku bisa berakhir di sini. Aku masih butuh beberapa waktu, atau mungkin tahun, untuk kembali mendapatkan ingatanku. Semoga tidak ada hal penting yang aku lupakan.