Chereads / Takdir dan Kebahagiaan / Chapter 33 - Musim Semi Pertama 5

Chapter 33 - Musim Semi Pertama 5

"Dah... diem..., aku ga mau denger kamu ngomong lagi!" Sela Elaine memotong kata kataku.

"Ya udah aku mau pulang!" Serunya berjalan cepat melewati keberadaan ku begitu saja.

"Aku anter gimana?" Tanyaku berusaha menahan langkahnya.

Walau kalimatku tadi dapat melambatkan langkahnya. Namun aku tidak bisa menghentikan Ucapannya.

"Aku bareng sama cowo lain kok! udah kamu tenang aja!" Ujarnya tersenyum lalu masuk ke dalam lift yang tadi aku gunakan untuk menemuinya.

Lift yang tadi mempertemukan ku dengan Haruka Elaine, ternyata dia juga yang memisahkan takdir kami berdua hari ini. Dan perasaanku ini masih belum bisa aku mengerti. Rasa sakit di dadaku ini semakin terasa saat ia mengucapkan kalimat tadi. Aku tidak mungkin suka pada gadis yang harusnya aku jaga. Pasti ada sebab yang lain.

Angin di bulan april ini mulai bertiup kesana kemari. Kain putih yang berjejer itu melambai tanda perpisahan. Langit biru pudar di atas kepalaku menjadi penonton setia kisah hidupku yang tak jelas ini. Akan tetapi, di tengah sepi, suara seorang gadis memecah kosong di telinga kananku.

"Natsuki..., oi? ditolak ya? mwhahaha!" Ujar Lulu terbahak bahak. Dia tampak sangat senang entah kenapa. Sepertinya itu karena dia dapat mendengar apapun yang aku dengar. Sungguh merepotkan.

"Cih..., bisa dem ga sih?" Aku berjalan menghampiri pagar setinggi dua meter itu. Menyandarkan dahi ku ke besi dingin jerujinya.

Satu, dua, dan tiga belas menit berjalan melewati ku. Terdiam dalam sunyi, melihat pemandangan kota di sektor Natsu yang penuh dengan kesibukan. Kereta merayap di jalurnya, dan kendaraan di jalan jalan seperti semut mencari makan. Sesekali aku bertanya pada diriku sendiri.

"Kenapa aku disini?"

Awan hitam mulai berkumpul membimbing sepi di dalam hatiku ini. Walau begitu, aku tetap tak bisa melanjutkan langkahku. Tetap terdiam dan berdiri tegak seperti pohon di tengah badai. Ditiup angin dingin dari kanan dan kiri. Bibirku mengering karena udara yang menusuk. Bimbang, bingung, sepi, dan sunyi. Telingaku hampir tak menangkap suara sedikitpun. Sebagai gantinya, suara dengungan keras berkumandang di kepalaku. Tapi hal ini tak berlalu lama. Setelah sekian lama, akhirnya suatu suara masuk ke dalam kepalaku. Bukan seperti yang aku harapkan, itu adalah tetesan pertama dari seribu tetes air mata awan yang menghujaniku.

Rambut hitam ku ini mulai merasakan dinginnya air dari surga itu. Berlanjut ke bahu, dan akhirnya punggung. Satu tetes air jatuh dari ujung poni rambutku, membimbing yang lainnya untuk ikut. Ya, hujan, dengan mencium aromanya, aku menjadi sedikit tenang. Aku sama sekali tak ada niatan untuk berteduh, malah menikmati waktu sepi ini. Lutut yang menopang tubuhku ini rasanya sedikit pegal. Namun aku tak peduli, aku hanya ingin menikmati hujan ini. Tapi sepertinya aku tak akan berlama lama begini. Karena ada satu kalimat yang datang dari arah selatan kedua telingaku.

"Natsu, jangan hujan hujanan!" Suara gadis yang mencuri perhatianku dari belakang.

"Hmm?"

Ia berdiri dengan jarak yang cukup dekat, mengulurkan payungnya sedikit agar melindungi kepalaku dari serangan hujan. Tingginya hanya sebahu ku, rambutnya merah seperti api yang dingin. Dengan dua bola mata warna hitam menatapku kesal. Ia memakai seragam SMA yang sama seperti Elaine. Itu menegaskan bahwa kami satu sekolah, bahkan mungkin saling mengenal.

"Kenapa liat gitu? iya aku tau aku cantik!" Kalimatnya itu membuatku mengenali suara menyebalkan itu.

"Lulu?"

"Iya aku Lulu! Buruan ikut!" Ia memberikan kehangatan di tangan kananku. Membawaku melangkah maju ke arah pintu yang akan membawa kami turun lagi ke dalam gedung.