HEEEEE?! MEREKA BERDUA BODYGUARD KITA?!
Pekik kedua saudara kembar itu mengetahui bahwa aku dan Akito ternyata adalah utusan Ayahnya. Yap, sebelum aku kehilangan ingatan, aku dan adikku adalah orang kepercayaan Pak Gabriel untuk menjaga kedua anaknya. Tentu saja hal ini adalah rahasia, dan tanpa sepengetahuan kedua putrinya. Pak Gabriel melakukan ini, karena Nekochi dan Elaine merasa tak nyaman bila selalu diawasi oleh penjaga profesional. Tentu saja karena tak nyaman, dan tekanan dari prespektif masyarakat yang tentu saja akan buruk, bila mereka selalu dikawal oleh penjaga.
"Yaaa kalian jangan marah dong!" Bujuk Pak Gabriel dengan wajah memelas.
"Yaa gimana ga marah! Papi rahasiaan gitu! Hmmp!" Nekochi memalingkan wajah lalu berlari keluar dari ruang rawat ku ini.
"Haru?" Akito otomatis mengikuti langkah dari perempuan yang selalu ia jaga.
"Pi... ini semua salahku ya? Natsuki jadi gini?" Elaine menurunkan dagunya dan memandang ke bawah.
"Ga usa mikir gitu ini semua salah Papi, karena negara ini belum aman!" Sahut Pak Gabriel menepuk kepala Elaine lembut dua kali.
"Dan... Natsuki..., terima kasih...," Lanjut Pak Gabriel berbalik seratus delapan puluh derajat menuju pintu keluar.
"Aku akan berusaha sebaik mungkin supaya ini ga kejadian lagi!" Kata pria gagah itu mengepalkan tangan.
"Ya udah! sampai nanti!!" Wajahnya yang serius itu berubah jadi santai dan penuh senyuman seketika.
"Hemm," aku hanya terdiam melihat ayah gadis di sampingku itu menjauh lalu ditelan jarak.
"Natsuki..., mulai hari ini... kamu ga usa awasin aku ya?" Ucap Elaine memandang langsung ke mataku.
"Kenapa?" Satu kata keluar dari mulutku setelah sekian lama.
"Udah..., pokoknya jangan deketin aku lagi!" Elaine berdiri tegak dan terus menatapku serius.
"Humm...," aku hanya bisa terdiam karena belum bisa menerima apa yang barusan masuk ke kepalaku.
"Ya udah aku pergi dulu!" Langkah kakinya itu menyertai, dia pergi meninggalkan diriku yang tenggelam dalam diam.
Ku lihat ke kanan dan ke kiri, memahami tempat ini sebaik mungkin. Dan suatu benda akhirnya menangkap perhatian dua bola mataku. Ponsel merah muda tergeletak di atas meja di kiri kursi tempat Elaine menungguku sadar.
"Humm?" Aku menapakkan kedua kakiku ke lantai, berdiri tegak diatasnya, lalu menggapai ponsel yang aku asumsikan adalah milik Elaine.
"Kenapa aku di sini?" Pertanyaan yang muncul secara tiba tiba.
Tanpa sengaja aku menyenggol sebuah benda yang berdiri persis di samping jempol kaki kananku. Sepasang sepatu warna hitam, ku pandang itu sejenak, lalu memori otot ku membimbing. Ku pakai kedua alas kaki itu sejenak, lalu kembali berdiri. Kemeja putih yang berdebu, celana hitam panjang yang melengkapi. Begitulah penampilan dari orang yang amnesia ini.
Entah inspirasi dari mana, ku rogoh kantong celanaku, lalu menemukan sebuah earphone tanpa kabel di sana. Ku pakai di telinga kanan, lalu terdengar suara robot yang berkata.
-[System Online]-
-[Connected to Base]-
Apapun artinya itu, sekarang aku dalam kebingungan besar. Karena selanjutnya yang datang ialah suara perempuan yang tak ku kenali.
"Natsu? kamu ga apa apa?" Begitulah pertanyaan yang kudengar di telinga kananku.
"Ini siapa ya?" Tentu saja aku balas pertanyaan perempuan itu dengan pertanyaan lain.
"Eh? Amnesia lagi?" Sambutnya dengan nada bosan.
"Aku sering amnesia?" Percakapan ini penuh dengan pertanyaan.
"Yap, ya udah, kenalin, aku Lulu... asisten mu!" Sambung Lulu yang akhirnya bukan pertanyaan lagi.