------------------(Setelah Lompatan 1)------------------
Hitam, gelap, dan sunyi. Aku tidak bisa merasakan apapun, rasanya seperti nyawa yang kehilangan tubuhnya. Aku, Fate Keeper nomer 31. Syukurlah aku masih mengingatnya. Kenapa aku tidak bisa melihat apapun?, Begitulah pertanyaan yang datang dari kepalaku. Kenapa Aku tidak bisa mendengar apapun?, dengungan di telingaku ini mulai menganggu. Kenapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku?, Aku mulai merasa tidak nyaman. Apa aku sudah mati?, pikiran negatif yang datang seketika.
Untungnya, semua pertanyaan di dalam hatiku itu terjawab beberapa detik kemudian. Aku mulai merasakan tanganku yang sedang menggenggam sesuatu yang hangat. Merasakan kakiku yang menopang tubuh. Mendengar bunyi aliran sungai nan menyejukan hati. Dan kembali bisa membuka kedua jendela mataku. Ku toleh kanan dan kiri, menganalisa dimana tubuhku sekarang ini. Alangkah terkejutnya aku karena tepat didepanku ada api unggun. Dan dua tenda besar berwarna biru dan merah berada diantara api unggun ini.
Dengan api merah yang masih berkobar, membakar setengah dari kayu kayu yang tertumpuk di tengah batu batu bundar mengelilinginya. Di seberang api unggun itu, aku melihat seorang gadis yang sedang menggenggam segelas teh hangat dengan kedua tangan. Mengenakan jaket biru muda dan celana panjang warna yang sama. Ia bersembunyi dibalik api yang memberikan kami warna dan hangat. Kami berdua duduk di tanah menghadap satu sama lain, hanya terpisah oleh api kecil ini.
Sepertinya, aku mencuri kehidupan dari tubuh yang sedang aku pakai ini. Kejadian ini bisa terjadi karena Sang penulis menciptakan semesta yang tak terbatas. Walau di dalam setiap semesta hanya ada satu planet yang memiliki kehidupan, yaitu bumi. Sang Penulis tak bisa menciptakan identitas manusia yang terlalu banyak. Singkatnya, Sang penulis menciptakan bumi nomor 1, didalamnya berisi manusia yang memiliki identitasnya masing masing. Lalu Sang Penulis membuat dunia yang baru dan bumi nomor 2, dengan menempatkan identitas manusia yang sama dengan bumi nomor 1, namun mereka memiliki takdir yang berbeda.
Misalnya, aku hidup di bumi nomor 1 sebagai murid SMA, bisa saja aku yang lain ada di bumi nomor 2 sebagai guru. Identitas yang sama, dan nasib yang berbeda. Anehnya, aku seharusnya tidak mempunyai identitas sebagai manusia biasa. Karena setahuku penjaga takdir itu istimewa. Pencurian identitas bisa terjadi bila Aku di bumi nomor 1, bisa melompat ke bumi nomor 2. Jika itu terjadi maka kedua tubuh diriku akan menyatu, entah itu menjadi murid, atau guru tersebut. Begitulah penjelasan singkatnya.
Dikarenakan aku yang tidak memiliki identitas asli, maka aku otomatis menyatu dengan diriku yang lain dan menjadi pemilik tubuhku di Dimensi ini. Sekarang ini aku tidak mengingat apapun dari kehidupan yang aku jalani di dimensi ini. Aku serasa terlahir kembali menjadi bayi di tubuh anak remaja. Ku pandang gelas kaca yang mengepulkan asap putih. Teh yang menggenang seakan menunggu nasibnya untuk kuminum.
"Natsuki? Kamu ga suka tehnya kah?" Suara perempuan di seberang api unggun itu.
Natsuki, mungkin itu adalah namaku di dunia ini. Akhirnya aku mengetahui namaku, karena itu adalah hal penting. Aku bisa berakhir dalam masalah bila tak mengetahuinya. Untuk sekarang aku hanya berpura pura menjalani hidup sebagai Natsuki. Hal ini aku lakukan supaya Sang Penulis tidak bisa mendeteksi anomali takdir yang bisa saja terjadi bila aku melakukan sesuatu yang harusnya tak ku lakukan di dunia ini.