Pendahuluku memang cerdik, namun aku tidak akan menyerah begitu saja. Detak jantungku naik ke angka 160 BPM. Ku gunakan Red Fluids dan Blue Fluids bersamaan. Jika mereka diaktifkan bersamaan, aku bisa menembus ruang dan waktu. Jika dijelaskan dengan satu kata, teleportasi. Yap, dalam sekejap mata aku keluar dari Piramida raksasa yang sangat megah itu. Aku berpindah dari dalam Piramida tadi ke titik dimana Sano memijakkan kedua kakinya. Kurang dari 0,1 detik, aku sudah berada di hadapan Sano. Mempersiapkan tangan kanan untuk menghapusnya dari cerita ini.
Akan tetapi ia malah tersenyum tipis, tentu saja, dengan kekuatan mata kiri. Sano bisa membaca semua gerakan yang akan terjadi di masa depan. Walau aku memiliki kekuatan yang sama. Tapi aku belum berpengalaman menggunakannya.
Booomm!!!!
Sekilat cahaya menyambar ku dari arah kiri. Alhasil, aku terbawa arus angin, terombang-ambing menuju ke timur. Untung saja aku punya sepatu anti gravitasi yang bisa menghentikan badanku untuk terus berguling di tanah tandus ini. Saat aku kembali menapakkan kedua kaki ke bumi. Mataku sadar bahwa sano tak sendirian. Ia membawa bala bantuan, walau hanya satu orang.
"Sano? kamu ga apa apa kan?" Tanya suara perempuan yang berada beberapa meter dari mantan penjaga takdir itu.
"Yap, sesuai rencana!" Sano tersenyum lebar lalu melesat lari kepadaku.
"Huh?!" Aku terdiam membeku saat melihat perempuan yang membantu Sano itu.
Ia memakai jubah identik dengan milik Sano. Menutupi seluruh badannya dari leher sampai kaki. Rambut putih sebahu berkibar karena angin gurun tandus ini. Manik matanya bersinar seperti matahari di pagi hari. Menatapku dengan hasrat kebencian yang sampai ke hatiku.
Bruak!!!
Tanpa sadar, tangan kiri Sano sudah mendarat di bagian tengah dadaku. membuatku terjatuh mundur beberapa meter ke tanah. Sebelum aku membangkitkan diri, Sano sudah mencengkeram kerah jaket dan mengangkat ku dari tanah.
"Kamu kira gampang? Asal hapus orang dari dunia?!" Teriak Sano memancarkan cahaya merah dari mata kanannya.
Cahaya dari darah merah perlahan mengalir dari jantung menuju lengan kanan Sano. Jika seluruh pembuluh darah tangannya dialiri oleh Time Fluids merah, maka tamatlah ceritaku. Aku akan terhapus dari cerita ini.
"Cih!" Aku baru ingat kalau aku juga punya kekuatan itu.
Lampu indikator di tangan besi kananku ini bersinar warna merah. Ku luncurkan tangan kanan ini menggenggam milik Sano yang mengangkat diriku dari tanah.
Srraaaattt!!!!! Bwussh!!!
Ketika dua energi dari Time Fluids merah bertabrakan, maka akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Kami berdua terlempar ke arah yang berlawanan. Sempat terombang ambing di udara beberapa detik, aku berhasil menapakkan dua kakiku ke tanah berkat sepatu besi dari Dewa itu. Ku tegakkan lagi badanku dan melihat ke arah lawanku. Berdiri berdampingan, saling mendukung satu sama lain. Sedangkan aku hanya sendiri, bersembunyi dalam topeng besi.
"Apa kamu tau? Kenapa Si Penulis sialan itu pengen hapus dia!?" Pertanyaan Sano lantang.
"Hmm...," aku hanya terdiam seribu bahasa.
Aku baru tercipta beberapa jam yang lalu. Tubuhku ini memang spesial, namun jiwaku ini masih seperti bayi. Polos, dan belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini.
"Itu karena.....,"
Nguuuuuuuungggg!!!!!!
Sebelum kalimat Sano selesai melewati indra pendengaranku. Suara dengungan menyakitkan menyerang kepalaku. Aku tidak bisa bergerak, mendengar, maupun melihat. Dengungan tadi membuatku hanya bisa memegangi kepala dengan kedua tangan.
"Aaaaaaghhh!!!" Teriak ku menahan rasa sakit yang menyerang otakku.
200 BPM
Detak jantungku tiba tiba melesat ke angka dua ratus per menit. Aku tak tahu apa sebabnya, namun yang pasti ini bukan pertanda baik bagi Sano.