Chereads / Takdir dan Kebahagiaan / Chapter 2 - Matahari Terbit

Chapter 2 - Matahari Terbit

Sang mentari mulai mengambang dari timur. Cahaya merambat memulai hari yang baru. Mobil mobil dan kereta mulai melaju di jalurnya masing masing. Asap asap mulai mengepul dari pabrik pabrik yang memulai kegiatannya. Pulau Natsu, pulau ini terbilang kecil, tapi cukup untuk menghidupi 5 juta orang lebih. Memiliki iklim subtropis, dan letak yang berdekatan dengan negara Jepang dan Korea. Membuat pulau ini memiliki perekonomian yamg cukup maju. Pulau ini dibagi menjadi dua sektor. Selatan dan Utara, pembagian ini menurut fungsi dari wilayah pulau ini.

Pemerintah memberlakukan sistem pembagian wilayah ini supaya menjaga keseimbangan lingkungan pulau yang tidak terlalu besar ini. Sektor utara bernama Natsu, penuh dengan gedung pencakar langit dan bangunan perkotaan yang khas akan kemegahannya. Dari semua gedung gedung tinggi, Natsu Tower adalah bangunan tertinggi di pulau ini. Gedung ini berbentuk seperti kerucut yang menjulang ke atas dan memiliki taman kecil di atap gedung tersebut. Taman itu tertutup oleh kubah kaca yang membuat gedung ini sangat khas.

Gedung ini memiliki fungsi ganda, karena memiliki sekitar 50 lantai. Selain menjadi pusat perbelanjaan, gedung ini juga memiliki perpustakaan yang memiliki jutaan koleksi buku. Natsu Tower juga menyediakan berbagai macam restoran dan tempat hiburan yang beragam. Cukup sampai di sini saja tentang Natsu Tower, masih banyak lagi yang perlu diceritakan tentang tempat itu namun sekarang bukan waktu yang tepat.

Nah, sektor selatan pulau ini bernama sektor Haru. Hijau, rimbun, sejuk, dan menenangkan. Jauh dari asap pabrik dan polusi yang berlebihan. Sektor ini digunakan khusus untuk pertanian dan pembudidayaan hewan liar maupun tumbuhan. Jadi setelah perbatasan antar sektor, tumbuhan dan hewan di sektor Haru sangatlah dilindungi dan dijaga. Sistem yang cukup aneh menurutku, namun mau bagaimana lagi. Di bagian selatan pulau ini memiliki gunung api yang sudah tidak aktif lagi, ukurannya yang cukup lebar dan tidak terlalu tinggi membuat gunung ini menjadi destinasi wisata pulau Natsu.

Dan disinilah aku, di sektor Haru, jauh dari perkotaan dan bisingnya mesin. Hanya ada ketenangan tanpa batas. Nyanyian burung burung yang melintas dan suara belalang bersenandung membuatku bisa melepas pikiranku sejenak. Dengan rumah minimalis, dua lantai di pinggir jalan raya pedesaan yang sunyi. Di seberang jalan sana terdapat ladang gandum sejauh mata memandang.

Brtt... brrttt...

Getaran notifikasi ponsel pintar milikku itu menyadarkanku dari lamunan. Ku alihkan pandanganku dari ladang gandum itu dan menoleh ke belakang, melangkah masuk ke kamar dan menggeser pintu kaca balkon sampai tertutup. Meja belajar di sisi kiri menghadap dinding. Penuh dengan buku yang berantakan tak terurus bekas belajar semalam. Kehidupan di masa SMA memanglah sulit, tugasku menumpuk tak karuan. Kakiku melanjutkan langkah menuju ke ranjangku yang seperti kapal pecah juga.

Tangan kananku menggapai Ponsel yang tergeletak di atas meja samping ranjang. Menyalakannya, membuka kunci layar, lalu masuk ke aplikasi Line.

Haruka Nekochi

{Natsuki?}

{Emm...}

{Nda jadi}

{Nda apa}

"Nah luh... ini siapa ya?" Gumamku mengerutkan dahi sembari menggerakan jariku untuk mengetik.

{Maaf}

{Tapi ini siapa ya?}

"Haruka? Neko?" Aku tersenyum sendiri saat membaca nama yang cukup aneh menurutku.

Aku terduduk di atas ranjangku sembari merenungkan siapa orang yang baru mengirim pesan tersebut. Aku tak pernah mengenal nama Haruka Nekochi seumur hidup, atau aku hanya mengenalnya lewat media sosial?

"Haish, budu amat, tidur lagi ah!"

Bruk!!

Aku menjatuhkan punggungku ke ranjang lalu memejamkan mataku.