Liat besok aja, sempat apa gak," jawab Anaya menutupi kegugupannya.
" Cie cie yang malu," goda Ardhan.
" Iisshhh. Apaan si ?"
" Sampek merah gitu pipinya. Gemes deh." Ardhan mencubit pipi Anaya gemas.
"Apaan si, Dhan."
" Mau buktiin tadi yang di telepon, kalau aku bisa nyubit pipi kamu," tutur Ardhan sambil tersenyum lucu.
" Gak perlu buktiin juga udah tau kamu pasti bisa. Orang udah ketemu."
" Ya makanya sekarang perealisasiannya."
" Iiihh ngomong apaan si, gak jelas," Anaya segera membereskan alat makannya setelah habis. Ardhan mengekori kemana pun Anaya pergi. Dari mulai Mencuci alat makannya. Sampai Anaya merapikan rambut dan riasannya, Ardhan selalu memperhatikan.
" Ardhan kamu apaan si? Jangan liatin mulu iihh," kesal Anaya.
" Kenapa si? orang lagi liatin bebeb akuh. Cantik banget tau bebeb aku tuh." Ardhan masih saja bikin kesal Anaya.
" Sana pergi, lo gak kerja apa?"
" Kan, aku bos nya."