"O iya Bu. Gimana kalo kita makan dulu? Tadi kan kita gak sempat makan siang semua?" kata Ardhan tiba-tiba memotong pembicaraanku.
"Wah ide bagus itu, Dhan. Kamu mau kan, Nay? Mau ya?" tanya Bu Bos padaku. Aku bingung dan hanya tersenyum kecut menanggapi. Percuma saja menolak. Karena pasti Bu Bos memaksa dan aku sungkan untuk menolaknya.
Akhirnya kami bertiga makan di rumah makan Padang pilihan Ardhan. Dari dulu memang Ardhan suka masakan dari restoran Padang seperti itu. Dan aku pun jadi suka makanan Padang karena Ardhan yang mengajakku dulu.
"Alhamdulillah, Ya Allah. Udah lama banget gak makan masakan Padang seperti ini," ucap Ardhan setelah makanannya habis.
Sebenarnya aku sangat lapar. Tapi entah kenapa selera makanku hilang karena makan bersama Bu Bos dan anaknya.
Aku menyudahi makanku padahal piring masih separuh ku lahap.
"Kenapa, Nay? Kamu gak suka makan disini?" tanya Bu Bos padaku. Aku menggeleng cepat.
"Mana mungkin gak suka, Anaya juga suka kok," belum aku menjawab, Ardhan sudah memotong ucapanku tapi segera terdiam. Aku terkejut dengan ucapannya yang seperti tahu tentangku. Aku memicing curiga padanya.
"Buktinya dia gak terlihat mual atau muntah saat menelan makannya tadi," sambung Ardhan lagi ketika aku menatap curiga padanya. Dia terlihat salah tingkah. Dan segera meminum minuman digelasnya.
"Emm, saya sudah kenyang kok, Bu .Emang bener saya suka masakan Padang, Bu. Tapi dari mana Mas Ardhan tau ya? Kalau saya suka masakan Padang? Padahal kan..." ucapku kembali terhenti, karena lagi-lagi Ardhan memotong pembicaraanku.
"Ya sudah Bu, Ardhan mau bayar ke kasir dulu ya? Abis itu kita pulang. Takut kesorean. Kasihan Bapak sendiri dirumah," ucap Ardhan sambil berlalu. Aku masih menatap curiga pada Ardhan meski dia sudah pergi meninggalkan kami berdua. Aku tersenyum menoleh ke arah Bu Bos. Lalu mengajaknya keluar.
"Apa ada sesuatu antara kamu sama Ardhan? Kok Ibu liat, kalian seperti sudah berteman lama ya?" tanya Bu Bos saat kami menunggu Mobil Ardhan didepan Restoran.
Tiin tiiinn tinn ...
Bunyi klakson mengagetkanku saat hendak menjawab pertanyaan Bu Bos.
"Ayoo naik!!!" teriak Ardhan dari dalam mobil setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Ya Allah anak itu. Kenapa teriak-teriak? membuat Ibu kaget saja," gerutu Bu Bos kesal pada anaknya.
Aku pun mendengus kesal pada sikapnya. Seolah dari tadi Ardhan tak membolehkan aku bercerita pada Ibunya bahwa sebenarnya kami dulu satu sekolah saat SMA. Aku terus memikirkan praduga ku. Mungkinkah sebenarnya Ardhan tidak hilang ingatan? Mungkinkah Ardhan membohongiku? Pikiran itu selalu berkecamuk dalam otakku.
******
Aku sudah membersihkan diri setelah pulang diantar Ardhan dan Ibunya. Aku segera naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhku diatasnya. Ahh... Nikmat sekali setelah seharian bekerja kini aku bisa meluruskan otot-ototku. Saat aku mulai memejamkan mata. Aku teringat tentang Ardhan. Lalu aku meraih ponselku dan menelepon seseorang.
"Halo Din? Lagi apa??" sapaku pada Dina. Dia temanku bekerja di Toko Kue. Aku paling akrab dengannya. Selalu makan bersama, bercerita, bergosip dengannya, dan dia teman yang baik dan lucu.
"Kenapa Nay? Lo udah balik?" tanyanya padaku.
"Udah kok. Emang kamu belum? Jam berapa ini?" jawabku seraya menoleh jam dinding di kamar.
"Yee udah kali. Ini lagi tiduran sambil nonton TV. Kenapa telpon gue?" tanyanya lagi.
"Ehmm,,, gini. Aku mau tanya, kamu tahu tentang anak Bu Bos gak??" tanyaku tiba-tiba.
"Kenapa tanya? Lo naksir anak Bos, Nay?!" tuduh Dina padaku. Dasar anak ini! Kesalku dalam hati.
"Iiihh, mana ada aku ngomong naksir. Aku cuma tanya doang kok," keluhku.
"Tadi tuh aku pas di Toko yang baru, ketemu Anak Bos dan kabarnya katanya Anak Bos itu pernah kecelakaan ya? Emang iya?" tanyaku lagi pada Dina.
"Yeeee. Mana gue tau, Nay. Lo kira gue emaknye? Tanya sama Bos lah, kok tanya gue si!" ketus Dina. Aku menggeram kesal dengan sikap Dina.
"Uugghh ya udah deh. Aku mau tidur aja," ucapku hendak mematikan telepon.
"Lo telpon gue cuma mau nanya gitu doang, Nay?? Ya elah. Lo gitu banget sama gue, Nay? Nanyain kabar kek. Tanya udah makan kek. Ngajak keluar makan kek. Ini malah tanya gak jelas," omel Dina padaku. Aku hanya meringis merasa bersalah pada dina.
"Hehe... Makan-makannya lain kali aja ya, Din. Belum gajian tau. Lagian besok kan acara Launching Toko Baru. Kamu gak ikutan? Ikut yah? Buat jadi temen aku disana," kataku lagi pada Dina.
" Itu mah gue tahu. Dan yang pasti Dina ikut lah. Hemm. Ya udah. See you, yah? Gue mau tidur dulu. Bye, Naya!!!" putus Dina kemudian.
"Iihh Dina. Sebel deh," gerutu ku.
Segera kupejamkan mata melupakan kejadian hari ini. Melupakan sejenak tentang Ardhan. Tubuhku butuh charging buat menghadapi hari esok.
******
Mulai pagi ini Semua karyawan sangat sibuk. Semua karyawan memakai seragam baru guna menyambut Launching Toko. Ruangan ditata sedemikian rupa untuk para tamu. Kue-kue sudah terpasang di etalase. Lalu Kue untuk pembagian gratis sudah tertata rapi di depan toko yang disediakan diatas meja. Semua karyawan membagi tugas masing-masing.
Sebelum pembukaan Toko dimulai para karyawan berkumpul ditengah ruangan dengan posisi melingkar. Bu Sakinah Alias Bu Bos sudah hadir di tengah para karyawan. Ardhan pun terlihat rapi disamping Bu Bos dengan berkali-berkali mengabadikan momen hari ini dengan menggunakan kamera nya.
"Baik kawan-kawan. Terima kasih atas kerja sama kalian. Sebelum kita memulai acara hari ini mari kita berdoa bersama, semoga hari ini berjalan dengan lancar dan memberi keberuntungan pada Toko Baru kita. Semoga Toko kita laris manis dan mendapat pelanggan yang lebih banyak lagi. Jangan lupa selalu tersenyum dan bahagia dalam mengerjakan pekerjaan kita. Berdoa dimulai!!!" ucap Bu Inah memberi semangat pada para karyawan.
Setelahnya Ardhan menginstrusikan untuk berfoto bersama sebelum membuka Toko. Tapi anehnya. Setelah foto semua karyawan selesai, aku merasa Ardhan sedang mencuri-curi mengambil gambar diriku. Apa aku yang kepedean?
Akhirnya, sekarang Toko dibuka. Sebelum acara pembagian kue gratis, semua tamu undangan dimohon untuk melihat acara gunting pita didepan Toko. Bu Sakinah didampingi oleh Ardhan mulai menggunting pita berwarna merah. Semua orang bertepuk tangan dan mengucap selamat atas pembukaan Toko baru Bu Bos.
Sekarang semua karyawan sibuk di bagian tugas mereka. Aku kebagian tugas menjaga stand di depan Toko untuk pembagian kue gratis untuk orang-orang yang mau lewat di depan Toko kami. Yang pasti kalau ada yang gratisan mah, gak mungkin gak ada yang mau kan. Ramailah stand didepan. Sedangkan didalam Toko, para tamu undangan dipersilahkan untuk memilah-memilah dan mencicipi Kue.
"Ahh... Capek sekali hari ini," keluhku saat pembagian kue gratis habis dan orang-orang sudah mulai sepi. Aku menselonjorkan kaki dan duduk di bawah dekat meja kue. Sambil menepuk-nepuk pundakku, aku berbincang dengan Dina.
"Din. Lo nanti ikut kan ke pesta nya? Mana gue gak punya gaun atau dress bagus lagi. hemm," desahku. Dina ikut duduk disampingku. Lalu memberiku sebotol air mineral.
"Ke kos gue aja dulu yuk nanti. Kita bersiap di kos gue, gimana?" ajak Dina.
"Wah boleh juga. Mau mau. Ehmm lo emang the best Din!" ucapku sambil terkekeh.
"Tumben lo ngomong lo gue. Biasanya aku kamu an terus," sindir Dina. Aku hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalaku yang sedikit gerah.
"Hehe. Gak pantes ya, Din?"
"Eh... biasa aja kali. Siapapun mah bebas mau ngomong apa. yang penting sopan, ya gak" kata Dina Lucu. Aku hanya tertawa saja.
"Anaya kan?" kualihkan pandanganku pada sumber suara itu.
"Eh... iya. Siapa ya?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
"Riko Nay. Masa gak inget?" ucapnya lagi.
"Hah? Riko yang waktu SMA itu? Ya ampun Riko. Kok bisa disini?" pekikku kaget melihat Riko didepanku sambil menutup mulut tak percaya.
"Kamu kerja disini, Nay? " tanya Riko lagi.
"Eh. Iya nih. Lagi pembukaan Toko Baru. Kamu apa kabar?" tanyaku basa-basi.
"Gue baik, Nay. Lo apa kabar? Lima tahun ini kemana aja? Lo bagai ditelan bumi. Gue gak pernah nemuin lo lagi setelah hari kelulusan sekolah," ucap Riko membuatku canggung.
"Aahh, itu. Panjang ceritanya, Rik, " Jawabku ragu.
"Nay, kita harus beres-beres dulu buat siap-siap acara nanti malam," bisik Dina di telingaku. Aku hanya mengangguk. Lalu Dina meninggalkan aku dan Riko di luar berdua.
"Eh Rik, gue tinggal dulu yah? Masih ada yang harus aku kerjain." pamitku pada Riko dan menganggukkan kepala tanda pamit padanya.
"Eh, Nay. Bagi nomer hape kamu ya? Biar bisa hubungi kamu lagi," kata Riko sambil menyodorkan ponselnya padaku.
" Oke!" jawabku. Aku segera meraih ponselnya dan hendak mengetikkan nomerku di papan layar tombol. Tapi kudengar Dina memanggilku.
"Nay, Dipanggil Bos tuh!" teriak Dina membuatku menghentikan jemariku yang menari diatas keyboard ponsel Riko. Aku segera menolehnya.
"Iya sebentar!!" Jawabku. Dan kembali mengembalikan ponsel Riko, yang belum aku ketikkan nomerku di sana.
" Eh, Rik. Lain kali aja ya? Aku sibuk soalnya. Maaf."
Dan kemudian aku berlari ke dalam Toko meninggalkan Riko sendiri. Riko hanya mendesah karena aku belum sempat memberikan nomerku padanya.
Sesampainya di dalam Toko aku langsung menemui Bu Bos. Karena kata Dina Bos memanggilku.
"Iya Bu ada apa?" kataku setelah menghadap ke Bu Inah.
"Kenapa Nay?" tanya Bu Bos padaku. Aku mengernyit heran.
"Bukannya Bos memanggil saya?" tanyaku lagi.
"Oh tidak, Nay. Kamu kalau sudah selesai beres-beres pulang dulu gak papa, Nay. Acara pesta nya nanti sehabis isyak sekitar setengah delapan," ucap Bu Bos lagi. Aku heran sekali dibuatnya. Dina bilang Bos memanggil ku. Tapi Bu Bos tak merasa memanggilku. Apa itu Ardhan? Lalu aku melirik Ardhan di sudut ruangan yang sibuk memotret.
Aku hendak menghampiri Ardhan tapi urung karena tanganku sudah ditarik Dina terlebih dulu.
"Ayo pulang, Nay!" ucap Dina tiba-tiba menarik tanganku.
"Din, bukannya kamu bilang tadi Bos manggil aku ya?" tanyaku pada Dina saat kami berada di ruang ganti.
"Iya, emang!" jawab Dina singkat sambil mengganti seragamnya dengan bajunya sendiri.
"Tapi tadi, Bu Inah bilang gak manggil aku kok?" tanyaku heran yang terus menatap Dina dari pantulan cermin di wastafel. Untungnya Ruang ganti hanya ada aku dan Dina saja.
" Ya emang bukan Bu Bos. Tapi Bos muda. Tapi kata Mas Bos gak jadi. Ya udah," jawab Dina enteng.
"Hah? Anak Bu Bos maksud kamu?" tanyaku dan Dina mengangguk cepat seraya bercermin. Aku makin curiga sama Ardhan kenapa dia bersikap seperti itu?
TBC