POV Ardhan.
Aku menatap punggung yang beberapa hari lalu menemaniku di Rumah Sakit. Dengan sikap posesifnya. Dengan senyumannya. Dan dengan sikap manisnya. Namun, sekarang dia pergi setelah pertanyaan Rendra pada permainan TOD kemarin malam.
Wajar saja jika Anaya juga bertanya-tanya akan hal itu, tapi entah kenapa, aku tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya. Hanya saja bagiku cukuplah itu jadi masa lalu.
Ya. Mungkin aku akan menceritakannya. Tapi tidak sekarang. Aku hanya takut semua cerita hanya akan terdengar seperti alasan saja.
Aku masih duduk di taman belakang dimana Anaya meninggalkanku tadi. Aku menopang kepalaku dengan kedua tangan. Merenungi dengan apa yang baru saja terjadi.
" Lihat, kan? Kenapa tidak lo jelaskan saja hal yang sebenarnya? Kenapa selalu saja membuat salah paham berlarut-larut? Kenapa tak menjelaskan semuanya agar semuanya tidak semakin rumit."
Aku mendongak melihat Doni yang baru saja mengomeliku. Semakin pusing aku di buatnya.