POV Anaya.
Kecewa. Satu kata yang patut untuk menggambarkan perasaanku saat ini. Rasanya baru kemarin aku merasa sangat bersyukur memiliki seseorang seperti dirinya.
Namun semua perasaan syukur itu berganti dengan kecewa, marah, kesal dan mungkin aku sangat membencinya.
Aku sangat terkejut melihat Rendra melakukan hal yang sangat di luar dugaanku.
PLAK!
Papa Pratama melayangkan tamparan keras di pipi Rendra yang sebelumnya sudah mendapat tamparan dariku. Aku menutup mulut tak percaya dengan semua ini.
"Anaya itu adikmu, Ren. Kau harus menerima itu. Tidak bisakah kau bersikap dewasa dengan kedewasaanmu saat ini?!!" teriak Papa membuatku menangis. Aku juga tidak menyangka. Rendra. Aaahh, sudahlah aku muak mengingatnya.
" Pah, sudah, Pa sudah," teriak Mama menghalangi Papa yang hendak menampar Rendra lagi. Aku sudah tak tahu apapun lagi. Entah aku harus berbuat apa, aku tak tahu.