Chereads / DIA YANG TAK MEMILIKI HATI / Chapter 1 - DEWA KEMATIAN

DIA YANG TAK MEMILIKI HATI

nana_raeni06
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 73.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - DEWA KEMATIAN

"Jangan."

"Jangan bunuh aku!" ucap seorang gadis yang ketakutan di bawah tekanan.

Dia tersudut di tepi tempat tidur dengan seorang pria yang sudah menodongkan senjata di depan matanya.

Dor ….

Timah panas menembus langsung ke dalam otak gadis yang hanya memakai pakaian dalam saja. Dia ambruk saat itu juga. Terbaring di tempat tidur dengan bersimbah darah di bagian kepala.

30 menit sebelum kejadian.

Bruk ….

Pintu didobrak dengan sangat keras. Sontak membuat pemilik kamar menjadi tersentak.

Seorang pria masuk dengan kasar tanpa permisi. Dia juga menodongkan pistol ke arah depan.

Di dalam kamar ini, dua sejoli yang dimabuk asmara tengah berhubungan spesial.

Kedatangn Leo Sukma Atmaja, dengan pistol di tangan kanannya membuat penghuni kamar menjadi takut.

"Siapa kau?! Beraninya kau seenaknya masuk kamar orang lain tanpa permisi dahulu!"

Pria yang ada di dalam kamar membentak Leo dan memaki Leo. Namun, itu hanya sebatas bualan saja bagi pemuda bernama Leo tersebut.

Dor ….

Tanpa ampun Leo menembak di bagian dada dari pria yang ada di depannya.

Ambruk saat itu juga, "Aaaaa!" Gadis yang ada di belakangnya menjerit dengan sangat keras.

Setelah itu Leo mengarahkan senjatanya kepada gadis tersebut.

"Jangan! Jangan bunuh aku. Aku mohon. Jangan sakiti diriku."

Gadis itu meminta, memohon belas asih dari seorang Leo. Dia mundur untuk beberapa langkah ke belakang sampai dirinya jatuh di tempat tidur.

Leo menunjukan ponselnya. Bukan sembarang ingin pamer ponsel mewah, tetapi Leo tengah menghubungi seseorang Via Viedeo Call.

Tersambung sudah.

"Bicaralah," kata Leo.

Di bawah tekanan dan ketakutan, gadis itu mencoba melihat layar ponsel milik Leo. Mulai tampak gambar dari sana.

"Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu? Apakah dirimu tidak merindukanku? Mengapa kau pergi? Mungkinkah aku tidak bisa memuaskan dirimu?"

Dari sambungan Video Call, gadis itu melihat sosok pria yang cukup berumur sedang menyapa dan bertanya kepda dirinya.

"Apa saja yang kalian lakukan berdua di sana? Aku ingin tahu. Coba ceritakan. Aku sangat penasaran, Sayang," katanya kembali.

"Tolong, maaf 'kan diriku. Aku tidak akan lagi berkhianat. Aku berjanji akan setia kepada tuan."

"Aku mohon jangan bunuh diriku," ungkapnya memohon. Wajahnya dibuat memelas dan berlinang kristal bening dari matanya.

Hanya dengan memakai pakaian dalam saja, gadis itu tampak kacau.

Leo sendiri bahkan jijik untuk berlama-lama melihat gadis tersebut, meskipun gadis itu berpakaian terbuka. Tidak ada niatan baginya untuk bernafsu dengan seorang pengkhianat.

"Aku tidak mendengar. Coba ulangi perkataanmu yang sebelumnya itu. Aku belum sempat mendengarnya. Bagaimana Leo apakah kau sepemikiran denganku?"

Leo ditanya, tentu dia menjawab dengan gayanya tersendiri.

"Yang tuan katakan benar. Aku juga tidak mendengar apa-apa dari sini."

"Nah, benar bukan. Jadi katakan lagi," ungkap pria itu kegirangan.

Layaknya tertawa di atas penderitaan orang lain. Pria yang ada di dalam Video Call itu senang ketika melihat seseorang sedang tertindas. Terutama ada yang memohon ampun darinya.

Gadis itu terdiam di tempatnya tanpa suara. Leo dan pria itu masih menunggu itikat baik dari gadis tersebut.

Lima menit tanpa ada balasan.

"Bunuh dia!" perintahnya, lalu menutup sambungan telepon.

Bola mata gadis itu membesar dengan sempura. Kata "Bunuh Dia" membuatnya gelisah.

Leo menyipan ponsel di saku celananya. Dia mengangkat kembali pistolnya, dan akan segera mengakhiri semuanya.

"Jangan!"

"Jangan bunuh diriku!" mohon gadis itu.

Dor ….

Tanpa ragu Leo menembak bagian kepala gadis tersebut. Tanpa ada suara jeritan atau semacamnya, dia ambruk dengan bersimbah darah di bagian kepalanya.

Sesudah itu malaikat maut yang menyamar menjadi pria ganteng tersebut, terlihat kembali menghubungi seseorang.

"Semuanya sudah selesai bos. Dia sudah pergi ke alam baka sesuai yang bos inginkan," kata Leo memberi kabar.

"Bagus. Bagus sekali. Kerjamu selalu memuaskan hatiku," puji seseorang yang jauh di sana.

"Sudah menjadi keharusan diriku untuk membuat bos selalu senang," jawab Leo kemudian.

"Segera selesaikan, dan hapus semua jejak yang ada!" tutupnya.

"Baik bos. Orang-orangku akan segera menyelesaikan semuanya," tuntasnya mengakhiri sambungan telepon.

Seorang gadis belia yang tak berdosa harus terenggut nyawanya tanpa sebab. Dia hanya meminta kesempatan satu kali lagi untuk hidup, tetapi pria itu malah mengirimnya menuju alam baka.

Tanpa adanya rasa bersalah pria bernama Leo Sukma Atmaja tersebut terlihat melenggang pergi. Dia memakai kacamata dan meninggalkan jasad wanita yang ada di tempat tidur begitu saja.

Bruk!

Pintu pun ditutup dan dirinya menyerahkan sisanya kepada orang-orang yang sudah bersiap di luar.

"Segera selesaikan!" perintahnya dan pergi.

"Siap bos," sahut secara kompak lima pria bertubuh gempal dan berkaos hitam.

Kelimanya masuk bersama-sama. Sesuai perintah. Mereka ditugaskan untuk menyelesaikan apa yang sudah Leo perbuat.

Sedang si ganteng Leo sudah terlebih dahulu meninggalkan kamar hotel dan menganggap semuanya sudah beres.

"Mereka yang kuat adalah yang berkuasa. Jangan pernah menjadi lemah, sebab itu akan membuat orang memandangmu sebagai pecundang. Sampah masyarakat yang tidak berguna!"

Leo Sukma Atmaja salah satu tangan kanan ketua Mafia yang terkenal. Dirinya menjadi anak buah dari Setan Merah yang terkenal bengis dan tidak pernah pandang bulu dalam hal membunuh.

Siapapun dia, jika dirinya bersalah maka dirinya haruslah dihukum. Baik dia pria maupun wanita, jika dirinya adalah penjahat maka pantas untuk dilenyapkan dari muka bumi ini.

Begitulah prinsip seorang Leo Sukma Atmaja. Mereka para pendosa sebaiknya lenyap dari dunia ini, daripada mereka harus hidup sebagai pecundang yang menjadi aib dalam masyarakat.

Leo meninggalkan Motel City tersebut dengan menaiki kendaraan mewah. Mobil keluaran Inggris yang hanya ada lima unit di dunia, dan salah satunya dimiliki oleh Leo.

Dirinya pergi dengan beberapa mobil pengawalan di depan dan di belakang mobilnya.

****

Malam harinya. Leo yang masih hidup sendiri tanpa pendamping itu, mencoba mencari kesenangan duniawi.

Leo berkunjung ke salah satu klub malam yang ada di ibu kota Jakarta ini. Leo sering mendatangi klub tersebut ketika dirinya merasa bosan.

Leo duduk di depan bar dan meminta satu gelas minuman kesukaannya, "Satu gelas minuman," pintanya pada barista di sana.

Barista itu sudah sangat hafal minuman apa yang Leo sukai. Selagi menunggu pesanan Leo melihat-lihat sekitar.

Klub ini semakin ramai saja. Banyak muda-mudi yang mengunjungi klub ini. Leo tampak senang dengan kebisingan di sini.

Musik yang dimainkan dan suara riuh dari para pengunjuk pun membuat Leo gembira. Dirinya menikmati keramaian tersebut dengan gaya cool.

Ketika masih menunggu, seorang gadis dengan pakaian terbuka pun mendatangi Leo.

"Hai, ganteng." Gadis itu menggoda Leo dengan menyentuh pipi serta dada Leo.

"Sendiri saja," ujarnya menambahkan.

Leo tampak diam dan tidak menggubris rayuan tersebut. Dia terbilang acuh pada gadis yang berusaha mencari kehangatan dari dirinya.

"Mari kita berdansa. Tidak seru jika hanya duduk di sini saja," tambahnya.

Meskipun sudah dirayu dan dibelai-belai, tetap saja Leo tidak sedikit pun tergoda dengan rayuan tersebut.

"Tidak, terima kasih. Kau bisa pergi!" tolaknya.

Gadis itu pun kesal, "Uhu, sombong," gerutunya.

Dia pergi dengan menyeleng kan wajahnya. Leo yang duduk merasa biasa-biasa saja.

Gadis penggoda bukanlah tipe wanitanya, meskipun gadis itu memiliki paras yang cantik sekalipun Leo tetap tidak tertarik.

Dia mencari wanita yang lain dari yang sudah ada. Memang susah mencari wanita yang sesuai keinginannya, itu menjadi penyebab Leo tidak pernah bercinta.

Minuman pun telah siap, "Terima kasih." Leo menyeruput minumannya itu. 

Sementara itu gadis yang sebelumnya menggoda Leo kini sedang mendekati pria lain.

Namun, dirinya tidak berniat menggoda pria tersebut. Sebaliknya pria yang setengah tersadar itu malah berbalik memukulnya.

"Kau wanita penggoda. Menyingkir kau!"

Dia mendorong dan mencibir wanita tersebut, hingga gadis itu jatuh di lantai dan membuat suasana yang ramai menjadi sepi.

Semua mata tertuju padanya. Pria yang mendorong dan menampar pipinya tersebut tampak senang.

Hahaha ….

Dia pula tertawa senang melihat gadis penggoda itu jatuh di bawah kakinya.

"Kau adalah wanita penggoda. Sudah seharusnya kau melayaniku. Dan bukan menolakku seperti itu," katanya sedikit mabuk.

Mendengar ada keributan, Leo pun segera mengambil tindakan. Dia mendatangi sumber kerusuhan tersebut.

"Ada apa ini?" Leo datang dan melihat ada seorang gadis yang sedang disakiti oleh laki-laki.

Dirinya paling tidak suka melihat seorang wanita dilecehkan di depan matanya. Leo melepas jas hitamnya, lalu jas itu dijadikan Leo untuk menutupi tubuh gadis tersebut.

"Kau tidak apa-apa bukan?" kata Leo bertanya.

"Ya." Gadis itu tidak bisa berkata banyak. Dia mengucap syukur jika masih ada pria yang mau memperlakukan dirinya dengan hormat.

"Hei, kau tuan! Mengapa kau menolong dia? Dirinya hanya seorang wanita penggoda. Tugasnya hanya melayani kami-kami ini, hahaha," hina, dan tertawa dia dengan banyak orang.

Meskipun demikian, Leo tidak sama sekali membalas ungkapan pria itu. Dia mencoba mengangkat gadis tersebut dan memapahnya menjauhi kerumunan.

"Hei, tuan!" Pria itu terus memanggil Leo. Dia kesal diacuhkan seperti ini.

"Hei tuan! Apa kau ingin mengajaknya ke kamar, dan menghabiskan waktu berdua dengannya. Hahaha," ejeknya menambahkan.

"Kau tidak berbeda dengan yang lain. Katakan saja jika kau ingin memuaskan dirimu dengan dia di kamar!" teriaknya.

Pria itu terus merorolong, seperti serigala. Sedangkan Leo menutup telinganya rapat-rapat.

Gadis itu dibiarkannya duduk terlebih dahulu. Leo meminta gadis itu untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Hei tuan!" Pria itu kembali memanggil Leo.

Jelas itu membuat diri Leo menjadi kesal. Dia menjadikan dirinya sebagai bahan olok-olokan semua orang.

Loe mengepalkan kedua tangannya. Matanya nanar dan wajahnya memerah. Sedari tadi dia sudah bersabar, namun jika terus-menerus didiamkan, maka orang itu akan semakin besar kepala.

Leo berbalik badan dengan tatapan yang seolah-olah menantang pria tersebut.

Apa yang akan diperbuat Leo, setelah harga dirinya itu dijatuhkan?