Chereads / Reinkarnasi Ratu Dunia / Chapter 2 - 2. Dendam

Chapter 2 - 2. Dendam

Shua Xie adalah putri bungsu dari kaisar Feng Kim dan permaisuri Shu Hua. 2 bulan yang lalu permaisuri Shu Hua meninggal dunia karena sakit keras yang dia derita selama 3 tahun. Shua Xie dari kecil tidak memiliki bakat bela diri maupun bakat lainnya, dia hanya mempunyai sifat yang pemalu dan pendiam hingga dia sering dikerjai orang di sekitarnya. Kaisar juga tidak terlalu memedulikan keadaan Shua Xie dari sejak kecil, sebab dia selalu menganggap Shua Xie hanya lah anak tak berguna.

Dari kecil, putri Shua Xie tidak pernah mendapatkan perhatian lebih seperti saudara lainnya dari Kaisar, karena Kaisar menganggap kehadiran Shua Xie sebagai sebuah bencana. Dari pernyataan legenda kuno kerajaan Xuilin, mata berwarna merah ada kutukan terbesar di dunia. Sebab itulah rakyat dan para pejabat kerajaan membenci kehadiran putri Shua Xie.

Sejak awal Kaisar ingin sekali membunuh putri Shua Xie karena percaya pada legenda kuno kerajaan Xuilin. Namun, permaisuri Shua Hua selalu memohon pada kaisar untuk tidak membunuh putrinya. Shu Hua rela mengorbankan semua yang dia punya untuk keselamatan putrinya.

Kaisar pun menyetujui permintaan Permaisuri Shu Hua selaku Permaisuri kesayangan. Kaisar tidak membunuh putrinya dengan syarat, putri Shua Xie harus diasingkan di kuil Renungan hingga ajalnya tiba.

Awalnya permaisuri Shu Hua menolak syarat tersebut, tapi Kaisar tidak memberikan syarat lain selain syarat pengasingan. Dengan berat hati pun permaisuri Shu Hua menerima syarat itu, asalkan Shua Xie tidak dibunuh.

Akhirnya, Putri Shua Xie diasingkan ke kuil Renungan dan tumbuh besar di sana. 16 tahun berlalu, Shua Xie dibesarkan oleh seorang pengasuh kepercayaan permaisuri Shu Hua. Selama 16 tahun itu, Shua Xie tidak pernah bertemu saudaranya, ayahnya, maupun ibunya. Shua Xie tahu bahwa dia adalah seorang Putri dari kerajaan Xuilin. Shua Xie juga tahu bahwa ibunya ialah permaisuri Shu Hua, tapi walau pun begitu, Shua Xie tidak pernah menuntut berbagai hal mengenai jabatannya sebagai seorang Putri.

Dan setelah permaisuri Shua Hua meninggal dunia, Shua Xie diizinkan kembali ke kerajaan, dengan tujuan menghadiri pemakaman permaisuri Shu Hua. Shua Xie sangat terpukul saat itu, dia sangat sedih tidak bisa melihat ibunya secara langsung, tidak bisa merasakan kasih sayang ibu, dan waktu antara anak dan ibu juga tidak ada sedikit pun.

Karena Kaisar merasa sedikit simpati, dia memberikan izin putri Shua Xie untuk tinggal beberapa bulan di kerajaan sampai hari terakhir peringatan kematian permaisuri Shu Hua. Setelah itu Shua Xie akan diasingkan lagi di kuil Renungan.

Selama 2 bulan tinggal di kerajaan, Shua Xie selalu mendapat perlakuan tidak baik dari semua selir dan saudaranya, bahkan pelayan dan prajurit pun tidak menghormatinya. Para selir juga tidak segan menyiksa Shua Xie sampai terasa seperti di ambang kematian. Bagi mereka, kehadiran Shua Xie hanya akan mengingatkan mereka dengan permaisuri Shu Hua.

Dan tidak lama berada di kerajaan, putri Shua Xie meninggal di dalam gudang karena kekurangan darah akibat hukuman dari selir ketiga dan putri keempat. Tubuh Putri Shua Xie sangat lemah dan tidak memiliki tenaga dalam, sebab itulah dia tidak bisa bertahan lama dan akhirnya meninggal dengan keadaan memalukan, tapi saat di akhir kehidupannya, dia sempat menyimpul seutas senyum untuk nafas terakhirnya, sebab dia tidak akan merasakan penderitaan lagi.

***

Pada kehidupan kedua Shua Xie, dia memasuki tubuh seorang Putri dari kerajaan Xuilin, dan secara kebetulan mereka berdua memiliki nama yang sama dan meninggal di waktu yang bersamaan. Namun, Shua Xie masih diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup, tapi dengan keadaan yang sudah berbeda.

***

Shua Xie mengangguk paham setelah beberapa bayangan tentang kehidupan putri Shua Xie tergambar jelas di pikirannya seperti sedang menonton film Cinderella, tapi akhirnya tragis, tidak sebahagia putri Cinderella.

Setelah pelayan itu melepaskan ikatan tali yang mengikat Shua Xie, dia langsung membawa Shua Xie ke kediaman pribadi Shua Xie. Kediaman putri Shua Xie tidak terlalu besar, hanya sebatas paviliun kecil yang bahkan tidak layak dihuni untuk seorang Putri.

'Tidak bisa dibiarkan! Ternyata pemilik tubuh ini sudah menderita dari kecil. Aku, Shua Xie akan membalaskan dendammu pada mereka. Akan kubuat mereka menyesal menganggap kehadiranmu sebagai bencana negara ini. Bagaimanapun kita adalah orang yang sama walau hidup di dunia yang berbeda.' Shua Xie mengepalkan tangannya geram. Geram menerima kenyataan kehidupan putri Shua Xie yang tak seharusnya terjadi.

Beginikah kehidupan seorang Putri? Bukankah dia seharusnya bahagia dan terjamin kehidupannya? Tapi kenapa Putri yang satu ini justru menderita dan bahkan terlihat seperti budak pasungan.

'Huh! Aku ini preman akademi Matahari, siapa berani mencari masalah denganku akan kutuntaskan hingga ke akar-akarnya. Baiklah, menyamar menjadi Putri Shua Xie untuk membalaskan dendamnya juga tidak masalah. Anggap saja ini sebagai balasan karena aku tinggal di tubuhnya.'

Di sisi lain, pelayan pribadi Shua Xie yang dari kecil selalu bersama Shua Xie, menatap Shua Xie khawatir. Pelayan itu khawatir jika dia tidak bisa menjalankan amanah terakhir ibunya, pengasuh putri Shua Xie.

Semenjak berada di kerajaan, dia tidak bisa menjaga Shua Xie dari kekejaman kerajaan karena statusnya hanya pelayan rendahan. Bagaimana pun status pelayan dan bangsawan itu sangat berbeda jauh, menentang kehendak atasan sama saja mencari mati. Sebenarnya dia tidak takut mati kalau itu demi putri Shua Xie, tapi dia mendapat amanah jangan sampai meninggalkan putri Shua Xie sendirian.

"Putri, apa luka cambukkannya masih terasa sakit? Aku bisa meminta tabib istana mengobati luka Putri." Pelayan itu khawatir melihat Shua Xie seperti sedang menahan rasa sakit.

Sebenarnya Shua Xie sedang memulihkan tubuhnya dengan tenaga dalamnya. Itulah kenapa Shua Xie terlihat sedang menahan rasa sakit. Shua Xie bersyukur untungnya luka cambukkan tidak terlalu serius, tidak seperti luka tembakan waktu itu yang tepat mengenai jantungnya. Namun, Shua Xie merasa heran, kenapa putri Shua Xie bisa meninggal hanya karena cambukkan seperti itu?

'Apa mungkin putri Shua Xie memang terlalu lemah?' pikir Shua Xie.

Shua Xie membuka matanya, menatap pelayan yang berdiri tidak jauh di depannya. 'Oh, kalau tidak salah dia adalah anak pengasuhku sekaligus pelayan pribadiku, Chi Su. Sekarang hanya dia yang baik padaku. Pengasuhku dan ibu sudah meninggal. Aku, Shua Xie pasti akan membalas budimu, Chi Su.'

"Tidak perlu panggil tabib. Aku bisa mengobati luka kecil ini sendiri. Tolong ambilkan tasku, Chi Su?" Shua Xie menunjuk tas hitam yang tergeletak di lantai.

"Baik, Putri." Chi Su langsung bergerak mengambil tas samping berwarna hitam.

Tas itu adalah tas sekolah Shua Xie, tanpa sengaja saat perjalanan waktu terbawa bersama Shua Xie.

Waktu di gudang Chi Su sempat menanyakan mengenai baju dan tas Shua Xie yang begitu aneh. Saat waktu terakhir kematian Shua Xie sedang mengenakan baju hitam pendek dan celana pendek.

Shua Xie menjelaskan sedikit gugup khawatir Chi Su akan tahu bahwa dia datang dari dunia lain. Menurut Shua Xie siapa pun saat ini tidak boleh tahu kebenaran asal-usulnya.

Chi Su memberikan tas itu pada Shua Xie. Shua Xie langsung mengambil salep yang selalu ia bawa ke mana pun dia pergi. Salep penyembuh luka itu dia bawa untuk berjaga-jaga jika ada anggota Mawar Hitam yang terluka, atau mungkin dia sendiri yang terluka. Seperti pepatah mengatakan, sedia payung sebelum hujan.

Shua Xie membuka bajunya lalu meminta bantuan Chi Su untuk mengolesi salep itu di lukanya. Chi Su pun langsung menjalankan perintah.

Saat sedang mengolesi salep tiba-tiba seorang pelayan istana datang dan memberitahukan bahwa kaisar akan mengadakan makan malam besar malam ini karena istana akan kedatangan tamu besar. Semua anggota kerajaan diminta hadir saat perjamuan makan malam nanti.

Setelah semua sudah dijelaskan, pelayan itu langsung pamit pergi. Shua Xie memasang bajunya kembali dengan ekspresi dingin, tidak gurat kelembutan sedikit pun seperti biasanya.

"Chi Su, aku mau pergi keluar sebentar. Kamu siapkanlah keperluanku untuk malam ini."

"Siap, Putri," jawab Chi Su sambil membungkuk.

"Chi Su, aku punya satu peraturan untukmu. Jangan panggil aku Putri, panggil saja namaku. Dan jangan terlalu hormat, aku ini bukan Ratu atau Kaisar, jadi tolong bersikap biasa saja padaku." Shua Xie berjalan ke arah pintu.

Chi Su mengangkat wajahnya terkejut. "Tapi hamba tidak berani, Putri. Jika ada yang mendengar hamba bisa dihukum."

"Huh, menyebalkan." Shua Xie menghela nafas pelan. "Kau bisa panggil aku apa pun, tapi jangan panggil aku Putri. Bagaimana pun aku tidak pernah dianggap sebagai Putri di sini, jadi aku tidak layak dipanggil dengan sebutan itu."

"Pu-putri ...." Chi Su menatap Shua Xie sedih. Sedih mendengar ucapan Shua Xie yang memang benar kenyataannya.

"Aku pergi dulu Chi Su, kamu baik-baiklah di sini." Shua Xie membuka pintu menatap hari yang tidak lama lagi sore.

'Balas dendam akan dimulai. Akan kurebut kekuasaan si kaisar bodoh itu, dia tidak tahu cara memajukan negara dengan benar. Negara kecil begini tidak akan bisa menang bersaing dengan negara tetangga selama dibawa kepemimpinannya.'