Kulit Biyan kembali meremang saat jendela pembatas antar penumpang dan sopir dinaikkan seolah memberikan mereka privasi. Ia berani bersumpah bahwa jendela itu tadi terbuka saat ia masuk.
Biyan juga merasakan suhu di dalam mobil naik drastis. Apakah hanya perasaannya saja? Rex menyandarkan punggungnya dengan santai, secara otomatis menarik Biyan untuk bersandar di dadanya.
Gadis itu hanya menurut, namun di dalam hatinya, Biyan menghitung berapa lama waktu ia bertemu dengan Rex sejak laki-laki itu datang ke sekolahnya.
Ngomong-ngomong dari mana Rex tahu sekolahnya?
Biyan tidak bisa memungkiri luapan energi yang tidak jelas berputar-putar di antara mereka saat ini. Tubuhnya dan tubuh Rex terasa cocok satu sama lain, terasa saling menerima, seperti kunci yang pas dengan gemboknya.
"Apakah sekarang jantungmu berdebar, Baby?" Rex bertanya dengan kilatan matanya yang menggelora. Untung saja Biyan tidak bisa melihatnya.