"Awasi dia makan sampai selesai, jika belum selesai jangan biarkan dia pergi!"
"Iya, tuan muda."
Dili pergi dengan debaran jantung sampai ia harus memegangi.
"Kenapa jantungku masih berdetak kencang? Mm..." Dili melihat Amar masuk. "Dia sudah makan?" tanyanya pada asitennya itu.
"Sudah, seperti yang tuan muda inginkan. Sekarang dia istirahat di kamarnya, setelah jam makan siang dia akan kembali ke sini."
"Kau tidak bertanya kenapa dia muram seharian?" ragu-ragu Dili bertanya takut Amar akan tertawa karena bahkan hanya wanita itu yang berubah Dili sudah kalang kabut.
"Setiap dia libur, dia akan pergi bersama temannya, tuan muda. Sepertinya karena itu."
"Dia cerita padamu?"
"Tidak, Tuan Muda."
"Kau!" Dili melempar bola kertas pada Amar. "Dari mana kau tahu dia sedih karena tidak mengunjungi temannya?"
"Siapa yang dekat dengan Tuan Muda, saya wajib mengetahui kepribadiannya lebih dalam," jawab asistennya itu.