Rex mengetuk-ngetuk mejanya dengan identitas wanita itu, kenapa bisa pestanya diterobos wanita itu? Apa orangnya lalai? Ini tidak bisa dibiarkan Rex tidak mentolerir orang yang bekerja padanya tapi tidak patuh perintah.
Pekerja Rex masuk membawa satu orang lainnya. "Orang ini yang bertugas membawa wanita, Mr. Rex"
"Aku minta data semua wanita bayaran malam itu."
"Aa Aa... ada apa, Tuan?" orang itu tergagap takut ada kesalahan dalam pelayanan wanita yang dibawa.
Rex melanjutkan ucapannya. "Kau sudah benar-benar melihat identitasnya dan memastikan mereka wanita dewasa?" tegas Rex.
"Iya, Tuan. Saya yakin mereka semua seperti pesanan anda."
Rex sudah mau memberikan identitas itu. Orang itu sudah maju hendak meraihnya. "Kau boleh keluar!" identitas itu Rex tarik kembali.
"I iya Tuan." Orang itu mundur lantas meninggalkan ruangan Rex.
Malam sebelum pertemuan Rexford dan Biyan.
Teman Yona yang mendapatkan undangan itu berhalangan hadir Yona yang sudah terbiasa menjalani pekerjaan ini tidak lagi canggung berubah menjadi wanita dewasa.
Kehidupan Biyan memang sudah seadanya, ibunya hanya pelayan di rumah orang kaya sedangkan kakak laki-laki Biyan orang yang tidak bertanggung jawab. Ia hanya bisa mabuk, meminta uang pada ibunya jika tidak diberikan kerapa melakukan pemukulan.
Di depan sekolah kakak Biyan meminta uang. "Kau sudah gajian, kan? Beri aku uang!"
Biyan menatap tajam Riyu. "Aku tidak punya uang."
Plak!
Riyo memukul kepala Biyan meski tidak keras tapi tetap menyakitkan hati. Yona yang melihat di ujung gerbang sekolah tidak tga pada Biyan keduanya sudah bersahabat lama.
"Laki-laki tidak berguna!" Yona mendorong Riyu.
Riyu mengumpat, balik badan ingin memukul Yona juga. Tapi Yoda sudah lebih dulu mengeluarkan uang, lantas melemparnya pada wajah Riyu.
Riyu yang melihat lembaran uang jatuh malah tersenyum dengan laparnya lantas memunguti satu demi satu. Biyan yang melihat itu miris, tidak ingin menyaksikan kelakuan kakaknya yang dibutakan oleh uang.
"Kenapa kalian tidak pindah saja, tinggalkan laki-laki tidak berguna itu."
Biyan tersenyum hambar. "Ibuku sangat menyayanginya."
Yona balas tersenyum lantas merangkul Biyan, keduanya berjalan menuju parkiran di mana mobil Yona ada.
Setelah pulang sekolah Biyan akan bekerja di kafe sampai sore, biasanya akan kesana jika sedang bosan sendirian atau pergi menjalankan pekerjaan sebagai wanita penghibur.
Biyan berkeliling pengunjung kafe membawa nampan, mendekati Yona. "Mau minum lagi?" Yona mengangguk seraya tersenyum.
Saat Biyan sedang membereskan meja Yona, ia bertanya. "kau tidak menyalahkan ayahmu? Kakakmu yang berlaku seenaknya?"
Langit senja yang Biyan pandang dari luar kaca kafe, membuatnya berpikir. Terlalu lelah memikirkan seseorang yang bahkan tidak pernah memikirkan kita. "aku kembali," ucap Biyan. Kembali ke meja kasir atau meja untuk pesanan kopi
"Mmm... " Yona kembali diam, sebenarnya dari tadi ia sedang berbalas lirik dengan lelaki dewasa di sudut kafe. Terkadang ia akan menjadi baby doll dengan seragam sekolah yang super seksi untuk kepuasan pelanggan atau bisa dipesan harus memakai kostum apa yang terpenting permainan tidak kasar.
Biyan sudah mengetahui pekerjaan Yona sejak lama, tapi keduanya tidak pernah membahas itu. Cukup menghargai pilihan.
Biyan sudah kembali sibuk dengan mesin espresso. Hari ini kafe penuh dengan pengunjung, Biyan harus cekatan memegang semua bagian yang bisa dijangkau tangannya. Terkadang jika kesibukan semakin tinggi Biyan menarik napas lelah lantas menyandarkan kepalanya pada dinding melihat remaja lain yang seumuran dengannya tapi masih bisa menikmati waktu.
Biyan keluar dari meja kasir untuk sekedar membuat kakinya berjalan, saat menoleh pada Yona dia sudah bersama dengan seorang laki-laki dengan tawa kecil.
"Biyan, aku pergi dulu."
"Mm... hati-hati."
"Cepatlah punya kekasih agar kau tidak kesepian, dan tahu yang namanya surga," godan Yona bersiap meraih tasnya lantas berdiri. Laki-laki yang tadi bersama sudah jalan duluan ke depan kafe.
"Satu-satunya surga yang aku miliki adalah surga kerja paruh waktu." Biyan memaksakan tersenyum.
Yona memeluknya. "Aku pergi, malam ini aku datang. Kita bersenang-senang." Yona menunjukan tawa senangnya tidak ingin melihat Biyan begitu terluka.
***
Malam harinya keduanya berjalan di trotoar. "Bi,"
"Mm..." Biyan menoleh melihat Yona ragu-ragu untuk bertanya. "Kenapa?"
"Berjanji padaku jangan marah!"
Biyan malah tertawa dengan anggukan. Yona melanjutkan ucapannya. "Aku mendapatkan pekerjaan luar biasa di tempat orang terkaya kelima di dunia, ini sudah yang kedua kalinya aku diajak oleh temanku. Dan sekarang dia sedang tidak bisa."
"Lalu?" Biyan menghentikan menggigit roti isinya sebagai pengganti makan siang yang belum sempat dimakan tadi.
"Kau ingin uang banyak. Pikirkan, jika hidup kita seperti ini dan ibumu semakin tua. Apa kau akan terus membiarkan dia bekerja untuk membiayai sekolah?"
Biyan diam tidak salah ucapan Yona belum lagu kakaknya yang seperti benalu. Gaji Biyan saat ini hanya cukup untuk sekolah dan makan sedangkan gaji ibunya untuk sewa rumah makan dan tentu saja saat Riyu meminta uang.
"Mereka semua orang kaya, bahkan aku sudah dibooking setengah harga. Etts... bukan hanya itu dulu aku mendapatkan tambahan dari orang-orang itu sangat besar. Kau ingat mobilku? Itu sebagian uang dari pesta orang kaya itu."
"Tapi aku tidak berpengalaman."
"Kau jangan katakan ini yang pertama, kau harus berpura-pura sudah lihai jadi nanti orang itu akan merasa nyaman dan memberi kita uang yang banyak."
"Kau harus menonton sesuatu." Di dalam mobil Yona memberikan ponselnya pada Biyan agar melihat video orang yang sedang berhubungan, airpods yang Biyan dengarkan tentu saja membuat tubuhnya meremang seketika. Suara desahan kenikmatan wanita yang ada di dalam video itu membuat Biyan menggigit bibirnya.
"Kau merasa, basah? Kau akan merasakan yang lebih nikmat dari itu saat memiliki lawan, apalagi mereka kebanyakan sudah berpengalaman. Ada yang sudah memiliki istri ada juga yang memang pintar memancing hasrat wanita."
Yona mendekat pada telinga Biyan.
"Pegang milikmu, rasakan sensasinya."
Biyan ragu melakukan perintah Yona, tapi Biyan harus belajar juga ingin tahu. Perlahan Biyan memasukan jarinya pada bawah rok sekolah lantas menggeser kain tipis yang ada di sana. Perlahan jarinya merasakan basah juga rasa sengatan pada sekujur tubuh.
Biyan kembali menarik jarinya atas perasaan yang asing. Video itu juga telah dimatikan. "Jadi bagaimana?" tanya Yona.
Sesaat Biyan berpikir lantas ia mengangguk. Malam itu Biyan didandani layaknya wanita dewasa dengan gaun sebatas lutut dan juga riasan wajah yang terkesan dewasa. Menyempurnakan penampilan topeng hitam bertengger di wajah, pertama kali bertemu Rex, Biyan gugup tapi ia harus terlihat sempurna agar memikat, dan bener saja pandangan Rex tidak bisa lepas dari Biyan sampai ia meminta malam itu ditemani.
Rex tipe pemilih dalam hal pasangan tidur tidak jarang semua wanita yang datang berakhir ditolak dan hanya teman-temannya yang melanjutkan besta. Sedangkan ia malah memilih berdiri di atas atap memandang bintang malam.