"Lex, ntar lo ikut kita ngak nih?" Tanya Rido pada Alex yang sedang sibuk memeriksa ponsel nya.
"Kemana?" Ucap Alex singkat.
"Nongkrong sama anak- anak, trus ntar malem si Reza mau balapan sama anak geng Tiger, bener kan?" Tanya Rido memastikan pada Reza lalu di balas anggukan oleh Reza.
"Gue males." Jawab Alex singkat.
"Ayolah Lex, masa ketua geng Alaska ngak nongol padahal anggotanya lagi balapan sama anak geng motor lain. Ntar mereka pikir lo takut lagi, hahhahahha!!!!" Ejek Rido pada Alex.
"Iye Lex, masa lo ngak nongol pas gue lagi balapan. Gue langsung patah semangat kalo ngak ada lo njing."
"Bacot lo berdua." Ucap Alex lalu berdiri meninggal kan meja itu.
"Kita tunggu lo di parkiran abis pulang sekolah." Teriak Rido yang sama sekali tidak di gubris oleh Alex.
Alex tetap melangkahkan kakinya meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Saat Alex sedang berjalan menuju ruang kelasnya, tiba tiba seseorang memanggilnya dari arah belakang.
"Alex!!!"
Alex langsung memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.
Kening Alex langsung berkerut saat ia mengetahui siapa orang yang memanggilnya tadi.
"Kenapa kamu ngak masuk kelas? Sekarang waktunya untuk belajar, bukan malah keluyuran kayak gini." Ucap seseorang itu.
Alex memalingkan wajahnya dan menghiraukan ucapan seseorang di hadapannya itu.
"Kamu denger omongan papa ngak? Kamu kenapa bisa disini Lex? Kenapa ngak masuk kelas?" Tanya Rudi yang tadi mengatakan dirinya sebagai papa dari Alex.
"Alex mau dimana itu bukan urusan papa. Lagian tumben banget papa ngurusin Alex? Biasanya juga papa ngak pernah peduli sama apa yang Alex lakuin." Ucap Alex.
"Alex!!!! Maksud kamu apa sih hah? Papa selalu peduli sama kamu, kamu aja yang susah di atur. Pokoknya papa ngak mau tau, sekarang kamu balik ke kelas kamu, jangan buat papa malu."
Setelah mendengar ucapan papanya, Alex langsung menarik senyum di bibirnya, sambil menatap penuh kekecewaan pada sang papa.
"Hahhhhhaaaahhhhh dari awal juga Alex udah sadar kalau papa nyuruh Alex buat masuk kelas bukan karena papa peduli sama Alex, tapi papa nyuruh Alex masuk kelas karena papa malu kalau sampai guru guru di sekolah ini liat kelakuan anak direkturnya mereka malu maluin kayak Alex."
"Bukan gitu Lex, kamu bisa ngak sih sekali aja jangan berpikiran yang enggak enggak tentang papa? Kamu udah dewasa, kenapa pikiran kamu masih kayak anak anak sih?"
"Alex males berdebat sama papa." Ucap Alex lalu pergi meninggal kan Rudy yang masih berdiri di hadapannya.
Saat Alex sudah berjalan beberapa langkah, ia menghentikan langkahnya.
"Dan satu lagi, Alex lebih suka kalau kita ngak ada interaksi sama sekali selama kita di sekolah, bahkan kalau bisa di luar sekolah sekalipun, kita tidak perlu ada interaksi. Itu akan membuat papa ngak merasa malu punya anak kayak Alex." Ucap Alex tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kamu jangan kurang ajar sama papa Lex."
Alex tidak menghiraukan ucapan papanya dan malah melanjutkan langkahnya.
Rudi hanya menatap punggung Alex yang semakin menjauh darinya, entah sampai kapan Alex akan bersikap dingin seperti ini padanya.
"Maafin papa Lex. Papa ngak tau harus bersikap gimana lagi sama kamu, supaya kamu ngak dingin lagi sama papa." Ucap Rudy pelan dengan matanya yang kini berkaca kaca.
***
"Alex!!!!" Panggil Naura pada Alex yang baru saja memasuki ruang kelas mereka.
Alex yang mendengar panggilan dari Naura sama sekali tidak menyahut panggilan gadis itu.
Alex terus berjalan menuju kursinya lalu meletakkan kepalanya di atas meja, mengambil posisi ternyaman untuk bisa tidur.
"Lex, nanti lo sibuk ngak?" Tanya Naura pada Alex.
Beberapa lama Naura menunggu jawaban dari Alex, namun zonk. Alex sama sekali tidak menjawab Naura, Alex malah memalingkan kepalanya dari Naura.
"Nanti lo mau ngak temenin gue keliling- keliling Jakarta? Gue kan masih baru di sini, jadi gue ngak tau banyak soal tempat tempat keren disini." Tanya Naura lagi namun tidak ada jawaban dari Alex.
Naura hanya bisa menarik nafas kesal saat Alex menghiraukan dirinya.
Naura memberanikan diri untuk menyentuh bahu Alex lalu menggoyang kan tubuh laki laki itu.
"Alex!!! Lo denger gue ngak sih." ucap Naura sambil terus menggoyang tubuh Alex hingga Alex menggangkat kepalanya dari meja.
Alex menatap Naura tajam namun hanya di balas senyum sumringah dari Naura.
"Lo bisa diam ngak sih? Gue mau tidur." Ucap Alex dengan nada tingginya.
"Lagian lo ngak mau jawab gue sih. Nanti temenin gue ya, please!!!!" Ucap Naura sambil mengangkat kedua tangannya di depan wajahnya seakan akan memohon pada Alex.
"Gue ngak bisa."
"Ihh Alex, temenin gue dong. Sebentar aja kok, ya.. mau ya... please!!!"
"Gue bilang enggak ya enggak, lo ngerti bahasa indonesia ngak sih?" Lagi lagi Alex menjawab Naura dengan suara tinggi.
"Ihh lo kok jahat banget sih? Cuman nemenin gue doang kok, gue ngak akan minta yang aneh aneh kok sama lo, serius deh." Ucap Naura lalu mengankat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Bukan urusan gue." Ucap Alex lalu kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
Naura tidak langsung menyerah, ia tetap berusaha untuk mengajak Alex jalan bersamanya.
"Alex!!! bangun dong!!!! Lo kok tidur mulu sih. Pokonya lo temenin gue ya, please!!!!" Ucap Naura sambil kembali menggoyangkan tubuh Alex.
Alex yang mulai kesal langsung bangkit dari kursinya lalu menatap tajam ke arah Naura.
"Lo denger ngak sih tadi gue ngomong apa? Gue bilang enggak ya enggak, bebal banget sih lo jadi cewek. Lo ganggu aja tau ngak." Bental Alex pada Naura lalu pergi meninggal kan Naura yang masih terdiam di kursinya.
Saat Alex hendak keluar dari dalam kelasnya, Icha tiba tiba masuk dan tidak sengaja mendengar bentakan Alex tadi pada Naura.
Alex yang mendapat tatapan tajam dari Icha malah tidak peduli dan tetap melangkah kan kakinya, meninggalkan Naura dan Icha yang ada di kelas itu.
Icha mendekat ke arah Naura yang kini terdiam di kursinya.
"Lo kenapa Ra? Tadi si Alex teriak teriak kenapa? Lo di bentak ya sama dia?" Tanya Icha pada Naura.
"Lo nanya satu satu dong, banyak banget pertanyaan lo."
"Ehhhh ehheehhe sorry sorry, jadi tadi lo beneran di bentak sama si Alex ya?"
"Hemm, ya gitu deh." Jawab Naura sambil mengangkat bahunya.
"Gitu gimana? Lo beneran dibentak?"
"Hemm kayaknya sih iya."
"Lo di bentak kenapa?"
"Karena gue udah ganggu dia yang lagi tidur maybe."
"Wahh gila sih tu cowok, sue banget. Cuman karena masalah gitu doang, dia sampe berani bentak cewek? Emang bener bener ngak punya otak sih tu cowok." Ucap Icha yang kesal sendiri.
"Alex ngak gila kok, tapi dia keren hehhehe." Ucap Naura lalu tersenyum kecil membayangkan wajah Alex.
Icha menatap Naura bingung lalu mengangkat alisnya bingung.
"Ra?"
"Hemm?"
"Lo suka ya sama si Alex?" Tanya Icha.
Naura langsung mengangguk cepat, mengiyakan ucapan Icha.
"Lo ngak salah? Kok lo bisa suka sama cowok dingin kayak gitu sih?"
"Gue juga ngak tau Cha. Cuman yang jelas gue suka aja sama dia."
"Bener bener sakit lo ya. Gue cuman mau ingetin aja nih ya sama lo, lebih baik lo buang jauh jauh deh perasaan lo sama si Alex itu, karena gue yakin nanti lo sendiri yang akan sakit hati Ra."
"Kalau gue udah berani jatuh cinta sama dia, berarti gue udah siap buat sakit hati dong Cha. karena jatuh cinta dan sakit hati itu sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita berani untuk jatuh cinta, berarti kita juga harus siap untuk sakit hati." Ucap Naura lalu tersenyum kecil.
"Hemmm ya udah lah ya, terserah lo aja. Yang penting gue udah kasih saran aja sama lo. Karena gue sendiri sebenarnya curiga kalau si Alex itu ngak tertarik sama cewek."
"Heh, gila lo ya. Kenapa lo ngomong gitu bego."
"Ya lagian si Alex aneh banget, dia tuh kan cakep ya, dan banyak banget cewek cewek cantik yang ngejar ngejar dia, termasuk lo, tapi masa satu pun ngak ada yang dia suka. Ya berarti gue pantes dong curiga kalau dia emang ngak suka cewek, tapi suka sesama jenisnya gitu."
"Hehhhh udah udah. Otak lo emang nakal banget ya. Amit amit deh kalau Alex gitu. Gue yakin kok kalau dia itu masih normal, cuman selama ini, dia lagi nunggu gue, makanya dia ngak pernah mau pacaran sama cewek lain selain gue hahhaha."
"Pede banget lo anjir." Ucap Icha lalu ikut tertawa bersama Naura.