Sejak pertemuannya dengan Herman di rumah itu, sungguh, rasa penasaran Catarina semakin membesar. Gelisah dan penuh kecemasan. Siapa sih yang akan siap jika dirinya akan dilibatkan dengan sebuah organisasi besar, yang tentunya akan mempertaruhkan hidup dan matinya, usahanya, nama baik, sampai anggota keluarganya. Catarina mengalami ketakutan itu sekarang. Kengerian setiap tradegi baku hantam, penuh darah, dan jasad yang bergelimpangan langsung mengisi benaknya menjadi bayangannya saat ini.
Catarina menghela napas panjang, memejamkan mata, dan kemudian duduk di kursi kebesarannya di dalam kantor yang menjadi satu dengan tempat usahanya tersebut. Harus fokus. Tak boleh gentar sedikit pun. Oh, berulang kali dirinya mengatakan hal itu. Namun, sampai detik ini yang terhitung sudah lima jam sejak bertemu dengan Herman, nyatanya hati Catarina tidak pernah bisa tenang.
