Kimberly merasa enggan untuk terbang. Namun, mengapa ada saja suatu kejadian yang terjadi di kota lain? Ia lelah dengan beban pikirannya setelah berdebat dengan Axton maupun Justin. Hanya saja, pekerjaan adalah pekerjaan. Ia harus ke luar kota untuk meliput suatu bencana. Ia yang sangat dipercaya.
"Ya, anggap saja, aku sedang liburan. Meskipun tidak baik aku menggunakan momen parah untuk orang lain, menjadi waktu liburanku. Namun, mau bagaimana lagi? Kalau terlalu tertekan dengan pekerjaan rasanya pun seperti ingin gila!" gumam Kimberly.
Kimberly lalu menyusun beberapa barang bawaannya. Sembari menyibukkan diri dengan segala persiapan itu, Kimberly terus menguatkan diri dengan kenyataan tentang risiko dari pekerjaannya. Ia tak hanya dijadikan sebagai penyalur berita bagi pada warga, tetapi juga meliput terlebih dahulu, entah di dalam kota maupun ke luar kota, badai bahaya pun merupakan hal tak asing untuk dirinya sebagai reporter.
