Sebuah rumah besar, berdiri di hadapan Emma. Pilar menjulang dengan model abad pertengahan tegak menyangga balkon rumah itu. Cahaya temaram di halaman rumah dengan kolam ikan yang besar menunjukkan rumah ini bukan rumah biasa.
Lebih mirip seperti kastil dalam bangunan kuno atau Vila berukuran besar.
"Masuklah, pelayan telah menunggumu," ujar pria bernama Ronaldo itu.
"Pelayan? menungguku?" Emma bingung, bukankah dia akan bekerja sebagai pelayan? lalu kenapa dia harus ditunggu pelayan?
'Ah, gue nggak harus berpikir yang aneh-aneh bukan?'
Emma melangkah melewati pintu dimana Tuan Ronaldo melangkah. Beberapa pelayan menunduk hormat dengan kedatangan mereka.
"Bawalah semua barang yang ada di mobil dan tunjukkan dimana kamar untuknya. Mulai sekarang, dia adalah Nona muda diantara kalian," ujarnya sambil memerintah para pelayan. Dengan patuh, para pelayan menuruti perintah Ronaldo.
Seorang pelayan membawanya ke lantai atas. Emma berdecak kagum dengan lampu kristal yang menjulang seperti gunung es yang terbalik karena besarnya serasa memenuhi ruangan. 'Dalam hidup gue, baru ini gue melihat lampu kristal sebesar ini. Seperti untaian mutiara yang berjajar cantik. ck."
"Nona, ini adalah kamar Anda, semua barang Anda akan segera tiba," ujarnya lalu meninggalkan Emma.
"Eh,Tapi... bukankah saya kesini untuk bekerja? Kenapa saya harus menempati kamar sebesar ini?"
"Maaf Nona, ini adalah permintaan tuan muda Klark," ujarnya lalu benar-benar meninggalkan ia sendiri.
'Klark? siapa Klark? kenapa gue semakin sering mendengar nama ini? Apa hubungan gue dengan Klark ini?' Emma sungguh penasaran dengan orang yang bernama Klark ini.
Suasana serasa hening, hingga sayup-sayup Emma mendengar langkah kaki yang mendekati pintu. Ternyata tuan Ronaldo yang berada di sana.
"Maaf Tuan, apa yang harus aku lakukan di tempat ini?" Emma bertanya.
" Kau sudah tidak sabar, sebenarnya kau hanya perlu membacakan buku untuk Klark di ruangan sebelah sana."
Akhirnya Emma mengikuti langkah pria itu.
Disebuah ruangan yang besar terdapat tempat tidur ditengahnya. Emma bisa melihat dengan jelas bagaimana pria itu tidur dengan tenang.
Ronaldo memandang ke arah Emma dengan lembut.
"Dia adalah putraku, dia akan terbangun di awal malam saat matahari tenggelam sempurna dan dia akan menjadi lunak jika engkau membaca buku disampingnya."
"Menjadi lunak? apakah dia akan meleleh dan lunak seperti coklat?"
"Maksudku, dia tidak akan marah kepadamu," ujar Ronaldo berbohong. Ada hal yang tidak bisa ia katakan kepada gadis itu.
Emma menerima sebuah buku klasik. Tentang peradaban yang telah berlalu dimana vampir hidup berdampingan dengan manusia. Emma bahkan tak yakin apakah itu terjadi atau tidak.
Buku itu memiliki tulisan yang kecil dan penerangannya juga tidak bagus, sehingga membuat matanya mengantuk. Sesekali ia melirik jam dinding yang berdentang pukul enam sore, matahari akan tenggelam sempurna.
Emma menyempatkan menatap pria dengan usia dua puluh atau tiga puluh tahun itu, ia sangat tampan, tapi kenapa ia lebih mirip seperti mayat? Emma merinding, tapi ia berusaha fokus dengan buku yang dibacanya dengan suara lirih.
Rasa kantuk membuatnya hilang kesadaran, bertepatan pria itu terbangun dan melihat heran ke arah seorang wanita yang tertidur lelap di dekatnya, Emma.
"Mungkinkah ayahku telah melepaskan aku dari belenggu keluarga vampir?" Klark bergegas, ia ingin tahu apa rencana anggaran ayahnya.