"Iya maaf, Mas."
Abel memeluk Alice dengan erat. Apa Kenan selalu membentaknya, padahal membentak itu tidak baik buat anak-anak seusia Alice. Alice menangis dipelukan Abel.
Kenan, lebih terkejut lagi mendengar Abel memanggil dia 'Mas'? Mama Alice juga dulu suka memanggilnya seperti itu.
"Ya sudah, nanti jangan lagi ya sayang. Alice sudah makan belum?" tanya Kenan berubah lembut mengusap kepala Alice.
"Sudah pa, tadi makan siang di suapi mama, bubur rumah sakit." Alice baru berani menatap papanya. "Papa marah sama Alice ya?"
"Enggak, papa marah sama Mama Abel. Kenapa kasih Alice tab." Kenan melirik Abel. Abel hanya diam menatap Kenan.
"Bukan mama, mama tadi udah bilang ke Alice. Tapi Alice yang maksa." Alice membenarkannya, memang dia yang maksa. "Papa jangan marah-marah ke mama lagi ya, Alice sedih kalau papa marah sama mama. Maafin Alice ya mama?" Alice berbalik menatap Abel setelah menatap Kenan.
"Iya, gak apa-apa. Alice gak salah kok." Abel hanya bisa memeluk Alice erat, berharap rasa bersalah Alice hilang. Karena sejak tadi Alice bilang bosen di rumah sakit, masak gak boleh main Tab.
"Makan dulu sama mama. Bayu sudah beli makanannya," kata Kenan menatap Abel.
"Sana mama, makan dulu. Biar gak sakit kayak Alice. Biar bisa jagain Alin yang sakit." kata Alice melepaskan pelukannya kepada sang mama.
"Iya sayang."
Abel turun dari tempat tidur Alice. Dia turun dan bergabung dengan Bayu juga Lilis, mamanya Kenan untuk makan. Lilis mengambilkan makanan untuk Abel.
"Ini sayang makan," kata Lilis mempersilakan Abel.
"Iya, tante," jawab Abel.
"Panggil mama dong sayang, biar Alice gak curiga," bisik Lilis kepada Abel.
"Maaf mama."
Memanggil mama membuat Abel ingat kalau dia juga punya mama yang sedang menjaga ayahnya di rumah sakit, yang entah nasibnya bagaimana, sudah makan atau belun. Abel baru akan membuka makanannya, mamanya juga tidak pegang uang. Dia mengecek ponselnya, mengirim pesan kepada mamanya.
[Ma, sudah makan siang?]
Pesan Abel yang dia kirimkan pada sang mama tiri, bahkan ini sudah hampir siang, jam tiga menjelang sore dan sudah lewat jam makan siang. Abel sangat lupa.
[Belum bel, laper banget nih. Dari tadi nungguin ayah kamu aja. Tadi cuma nyuapin ayah kamu aja. Kamu enak ya pasti disana makan enak.]
Pesan mama Abel yang masuk ke ponselnya. Abel yang membacanya jadi kasihan. Abel melihat didepannya, banyak makanan enak memang. Abel ingin membelikan makanan untuk mamanya. Dia berdiridari samping Lilis.
"Mama mau kemana?" tanya Alice yang sedang ngobrol dengan sang papa, dia melihat mamanya berdiri.
"Mau ke toilet," jawab Alice bingung. Haruskah jujur soal keluarganya. Alice tak mau papanya makin syok mendengar kalau tiba-tiba dia dipanggil mama, dll.
"Papa anterin mama ya. Jangan sampai mama pergi lagi, Alice takut mama pergi lagi. Ninggalin Alice, jagain mama ya papa," pinta Alice kepada sang papanya. Kenan hanya bisa mengangguk.
Kenan mengantar Abel pergi. Bukan ke toilet tadi, tapi ke ruangan Ayahnya. Abel juga sudah menceritakannya kepada Kenan, Kenan tak keberatan. Sebelumnya mereka keluar untuk membelikan makanan untuk Mama tirinya Abel, Sinta.
Mereka ke restoran yang ada didekat rumah sakit. Abel membeli beberapa makanan dan minuman untuk mamanya. Ketika dia ingin membayarnya, Kenan menahan Abel.
"Biar saya yang bayar," kata Kenan pada Abel. Abel dibuat tak berdaya dengan sikap Kenan, dia sudah seperti suami sungguhan. "Kamu kan bekerja untuk saya, mama kamu kelaparan juga karena kamu jagain Alice. Biar saya," kata Kenan lagi.
Abel hanya mengangguk. Kenan yang membayar semuanya. Lalu dia juga mengantar Abel sampai ke ruangan ayahnya. Tadinya Kenan ingin masuk. Tapi Abel bingung kalau ayahnya melihat nanti bagaimana? Abel harus menjelaskan secara perlahan kepada sang ayah.
"Maaf, anda bisa menunggu disini kan? Tidak perlu masuk. Ayah saya punya masalah dengan jantungnya, saya juga bingung harus mulai menjelaskan bagaimana. Saya akan meminta tolong mama saya nanti, tapi secara perlahan," kata Abel pada Kenan.
Kenan mengangguk. Dia mengerti. Dia memilih menunggu diluar. Abel memberikan makanannya untuk sang mama, lalu menemui ayahnya sebentar. Dia sudah bilang ke Kenan, sedikit meminta waktu.
"Ayah, ayah sehatan kan? Lebih baik kan? Abel banyak pekerjaan, untuk biaya ayah. Nanti mama yang akan ceritakan semuanya, muda-mudahan ayah mengerti ya. Abel sayang ayah."
Abel mencium kening dan juga tangan sang ayah. Dia tak boleh lama-lama, takut dicari Alice, jadi dia segera keluar setelahnya. Sinta mengantar Abel keluar.
"Makasih ya tuan," kata Sinta menemui Kenan.
"Saya yang terimakasih kepada ibu dan Abel," jawab Kenan, merendah. Dia yang butuu jasa Abel untuk anaknya.
"Saya permisi dulu, bawa Abel ke ruangan anak saya lagi ya Bu," kenan meminta izin kepada mamanya abel.
"Silakan tuan."
Kenan tanpa sadar menggandeng abel kembali ke ruangan alice. Seakan seperti alice, kenan juga tak mau kehilangan abel. Nanti alice bisa sangat sedih.
"Jangan lupa pikirkan bagaimana kamu cerita ke ayah kamu ya. Saya mau mengadakan pernikahan secepatnya."
Abel menepis tangan kenan. Doa berhenti berjalan. Maksudnya menikah? Menikah sungguhan?
"Alice yang minta ke saya, katanya mau melihat papa dan mamanya abel menikah. Saya bayar kamu, tenang saja." kata kenan dengan gampangnya kepada abel.
Kenan ingin mengajak abel kembali ke ruangan alice, menggandeng tangannya lagi. Tapi abel menepisnya lagi.
"Tuan, sebenarnya bagaimana pekerjaan saya ini? Hanya sebatas pura-pura, tapi bagaimana saya nantinya bisa memberikan adik kepada alice?" tanya abel kepada kenan, untuk memastikan.
"Saya bayar semuanya. Kamu pura-pura hamil saja nanti kita cari bayinya di panti asuhan. Bagaimana?" tanya kenan kepada abel.
Itu lebih baik. Abel setuju. Dari pada dia harus menyerahkan dirinya seutuhnya kepada kenan, dengan pernikahan palsu kan? Dia tak mau.
Kenan kembali mengulurkan tangannya kepada abel. Mereka harus bergandengan tangan kembali ke ruangan alice. Abel tak bisa menolak karena ini.
"Mama, sudah?" tanya alice melihat abel dan kenan kembali ke ruangannya.
"Sudah. Alice perlu sesuatu?" abel melepaskan genggaman tangannya dari kenan. Dia beralih berdiri disamping alice.
"Besok alice cek up ya sama tante doktet. Jangan ditunda lagi." kata kenan mengingatkan alice.
"Mama." alice menggenggam erat tangan abel. Mengisyaratkan kalau dia takut.
Kenan menatap abel. Seakan meminta abel untuk meyakinkan alice. Abel memeluk alice yang duduk bersandar.
"Mama temenin ok. Jangan takut, ada mama."
Walau abel sendiri takut jarum suntik. Tapi abel mencoba menyakinkan alice. Dia mencium kening alice, juga menciumi pipinya.
"Alice pasti baik-baik saja kan. Janji ke mama ok? Kalau alice baik-baik saja, mama kasih adik ke alice."
Kenan takjub dengan perubahan abel seketika. Abel sendiri juga bingung, bagaimana bisa dia mengatakan ini.
'Abel, lo ngomong apa sih.' batin abel pada dirinya sendiri.