Chereads / TERPAKSA MENIKAHI DUDA / Chapter 15 - BAB 15. Menemukan Abel

Chapter 15 - BAB 15. Menemukan Abel

Abel hanya mengangguk dan mengiyakan semua permintaan alice seperti perintah kenan.

"Sayang, sudah lebih baik kan? Kita ke ruangan bu dokter ya, untuk pemeriksaan alice lebih lanjut. Biar alice bisa cepet sehat, dibolehkan pulang, nanti tidur sama mama sama papa." kata kenan mengingat banyak pemeriksaan yang harus alice jalani karena pingsan dan mimisan itu.

"Alice takut mama." alice memeluk abel dengan erat.

"Mama temani. Biar sehat."

Sumpah. Abel merasa lidahnya aneh. Bagaimana tiba-tiba dia menjadi ibu dari anak perempuan yang sudah besar. Tapi mengingat biaya ayahnya. Dia harus melakukannya. Abel juga kasihan, sama seperti dia, tak punya ibu.

"Janji ya mama?" alice menunjukan jari kelingkingnya.

"Janji." abel mengkaitkan jari kelingkingnya ke kelingking alice.

Kenan meminta bayu untuk mengambilkan satu kursi roda. Alice akan naik kursi roda ke ruangan dokternya. Kenan membantu memindahkan alice dari ranjang rumah sakit sampai ke kursi roda.

Kenan mendorong kursi roda alice. Disamping alice, abel berjalan mendampingi alice. Terus memegangi tangan alice. Disisi yang lain ada lilis yang tak henti memperhatikan interaski keduanya. Sangat manis seperti mama dan anaknya.

Mereka sampai di ruangan dokter. Lilis ikut masuk dengan abel dan kenan bersama dengan alice.

"Halo sayang, sudah bangun ya dari tidurnya?" kata sang dokter menyapa alice.

"Iya bu dokter. Kenalin ini mama alice, namanya mama abel. Alice bangun karena mau ketemu mama." kata alice dengan bahagianya mengenakan abel kepada dokter. Dokter sempat bingung mendengar ucapana alice. Tapi dia hanta tersenyum.

"Mamanya cantik. Kayak alicenya. Halo saya dokternya alice." bu dokter mengulurkan tangan kepada abel.

"Mamanya alice bu dokter." kata abel menjabat tangan sang dokter.

"Kita lakukan pemeriksaannya." kata sang dokter mengusap pipi alice. Alice sedikit takut, dia menatap abel dengan takut.

"Gak apa-apa sayang. Kan ditemani mama." abel mencoba menenangkan alice.

Bu dokter memanggil susternya. Suster membawakan jarus suntik untuk mengambil sampel darah alice. Jarumnya sangat besar. Abel paling takut lagi begituan. Abel menutup mata ngeri. Besar banget jarumnya buat anak kecil.

"Mama, alice takut." alice memeluk abel dan memejamkan mata.

Jangan kan alice. Abel saja takut. Abel melirik kenan. Dia tega lihat anaknya disuntik jarum besar seperti itu.

"Gak apa-apa sayang. Sakitnya cuma sebentar kok." kata sang suster.

"Suster, bu dokter, kan abel baru sembuh ya. Maksudnya, belum terlalu fit. Gimana kalau besoknya lagi saja. Saya sedikit khawatir." kata abel menahan dokter yang akan mengambil sample darah alice.

"Iya mama. Besok aja." pinta alice kepada abel.

"Ya sudah kalau belum siap. Besok saja. Menginap disini tapi ya. Gak tau pulangnya kapan?" kata sang dokter pada alice.

"Gak apa-apa asal sama mama terus ya, mama?" tanya alice menangis menatap abel.

"Iya." abel melirik kenan.

Lilis senang sekali melihatnya. Sepertinya wanita didepannya itu, yang bersama dengan sang cucu, abel itu wanita yang penyayang dan suka anak-anak. Kali ini dia tak ingin melihatnya bagaimana status keluarga abel, asal cucunya bahagia dan sehat.

"Ya sudah bu dokter, kita kembali besok." kata kenan pamit pada sang dokter. Dokter itu pun mengangguk.

Kenan kembali mendorong kursi roda alice keluar dari ruangan doktet. Diluar ada bayu yang menunggu kenan keluar. Ketika kenan keluar, dia langsung menghampirinya. Ada pekerjaan mendesak, meeting mendesak dan sangat penting.

"Bos, telfon dari mr. Amerika. Gimana ini?" tanya bayu menunjukan daftar telfonnya tadi.

"Bentar aja bos. Udah jauh-jauh dari amerika." kata bayu mencoba membujuk kenan.

Kalau masalah ini, gak bisa kenan minta bayu untuk mewakilkannya. Kenan melirik abel. Kan sudah ada abel, dia mungkin bisa menjaga alice.

"Aku antar alice ke kamarnya dulu. Kita bicarakan di ruangan alice." kata kenan kepada bayu. Bayu mengangguk.

Mereka kembali ke ruangan alice. Kenan kembali memindahkan alice ke ranjang rumah sakit.

"Mama, naik sini. Alice mau tidur dipelukan mama." pinta alice kepada abel.

"Iya sayang."

Ruangan alice itu ruangan vip di rumah sakit. Jadi ranjangnya cukup lebar. Bisa muat dua orang dewasa. Abel naik ke ranjang rumah sakit alice, dia berbaring disamping alice.

"Alice kenapa harus disuntik kayak tadi mama. Suntikannya panjang, tajam, takut mama." alice berbaring dan memeluk erat abel. Menangis dalam pelukan abel.

"Kita cuma ingin alice sehat sayang, alice harus diperiksa seperti itu. Besok tidak apa-apa ya?" kata abel masih membujuk alice.

"Mama, tapi alice minta hadiah ya kalau alice besok berani." katanya mendongak menatap abel yang berbaring memeluk alice.

"Hadiah? Apa?" tanya abel lagi kepada alice.

"Adek yang lucu ya mama?" alice mengusap perut abel dan menciumnya.

"Ya, pliss ..." pinta alice kepada abel. Abel sedikit geli, dia tak pernah diperlakukan seperti ini. Tapi rasanya, sangat bahagia. Entah kenapa.

"Ok. Tapi alice janji besok berani. Janji sama mama, alice bakalan sehat selalu. Gak pingsan dan mimisan lagi, jangan kecapean."

Secara naluriah, abel merespon alice begitu saja. Lilis, kenan dan bayu bahkan dibuat takjub oleh jawaban abel yang sudah persis seperti mamanya alice sungguhan.

"Ok mama. Janji bakalan sehat terus. Sampai alice bisa lihat adek dan main sama adek." alice lagi-lagi mengusap perut abel dan menciumnya.

"Ok. Mama sama calon adeknya kak alice, pegang janji kak alice ya." kata abel kepada alice.

Kenan tak habis pikir, mereka sangat manis. Terutama abel, tiba-tiba saja sangat manis. Kenan mengangguk pada bayu, sepertinya dia bisa menitipkan alice kepada abel. Ada mamanya juga kan.

"Ma, aku harud meeting. Sebentar saja. Aku nitip alice ya. Aku tinggal bentar gak apa-apa kan ma?" pamit kenan kepada lilis.

"Iya. Kamu tenang aja. Mama pasti jagaian alice." jawab lilis, tentu akan menjaga alice.

"Sayang, papa meeting bentar gak apa-apa kan?" kenan beranjak mendekati alice dan pamit padanya.

Alice langsung berbalik dan menatap papanya. "Iya papa, gak apa-apa." kata alice dengan manisnya.

"Ok sayang. Papa janji bakalan cepet selesai meetingnya dan nemenin alice juga jagain alice di rumah sakit." kata kenan, membuat janji pada alice.

Kenan mencium kening alice lalu pergi. Tapi alice menahan tangan papanya itu. Kenan kembali berbalik, menatap anak semata wayangnya itu dengan bingung.

"Kenapa sayang?" tanya kenan kepada alice.

Bayu yang tadinya mau jalan pun ikut berhenti dan berbalik. Takut alice kenapa-napa.

"Papa belum cium kening mama juga." alice melirik abel disampingnya.

Kenan tak yakin. Tapi dia harus melakukannya. Kenan mencium kening abel.

"Sudah kan. Papa pergi ya." kata kenan pamit lagi. Alice tersenyum dan mengangguk puas.

Abel? Apa kabar dengan jantung dan hatinya? Mampus. Hampir mati rasanya, jantungnya berdebar sangat kencang. Ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.

***

**

*

"Abel, ayo lakukan kewajibanmu."

Kenan dan abel resmi menikah. Kenan meminta abel untuk memenuhi kewajibannya sebagai istri. Perjajiannya tak menyentuh lebih, apalagi berhubungan? Abel belum siap.