Mama Alice mengidap penyakit leukimia. Dia sering mimisan, gampang lelah. Dia menjalani berbagai terapi. Sampai akhirnya dinyatakan lebih baik dan hamil Alice. Dia memaksakan dirinya, tak mau menggugurkan bayinya. Kenan pun mendukung itu. Tapi pada akhirnya dia meninggal setelah melahirkan Alice.
***
"Jangan bahas ini didepan Alice ma." Kata Kenan pada sang mama.
"Maaf Ken. Mama hanya khawatir."
Kenan tau. Pasti mamanya itu sangat khawatir. Kenan menitipkan Alice kepada sang mama. Dia akan ke ruangan dokter untuk bertanya bagaimana keadaan Alice lebih lanjut.
"Bay, jaga disini ya." Pinta Kenan kepada Bayu.
"Iya pak bos."
Bayu berjaga di ruangan Alice sementara Kenan ke ruangan dokter yang memeriksa Alice.
"Dokter, mamanya dulu mengidap leukimia. Apa kemungkinan bisa diturunkan kepada anak saya. Mamanya dulu juga sering mimisan." Kata Kenan kepada sang dokter.
"Kemungkinan ada. Tapi kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada anak anda, untuk lebih tau hasilnya."
"Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya dok." Pinta Kenan kepada sang dokter perempuan itu.
"Saya akan mengusahakan semaksimal yang saya bisa tuan."
"Terimakasih dokter." Kenan menjabat tangan dokter dan pergi dari ruangan dokter.
Papa Abel unfall. Dia kejang-kejang lagi. Abel dan mamanya bergegas membawa sang papa ke rumah sakit. Suster membantu mendorong kursi roda papa Abel menuju ke ruang pemeriksaan.
"Tolong urus administrasinya dulu nona. Kami akan melakukan tindakan untuk pasien." Kata susternya pada Abel.
"Iya suster. Tolong lakukan yang terbaik untuk papa saya." Pinta Abel kepada sang suster.
Kenan baru saja keluar, akan kembali ke ruangan alice. Dia tak sengaja melihat abel. Kenan mencoba melihat dengan seksama lagi. Wanita yang ada di meja resepsionis, dia mirip sekali dengan abel. Takut salah, abel apa bukan. Kenan mengambil ponsel di saku celananya. Dia melihat foto abel dalam ponselnya lagi.
"Iya. Dia abel." kenan senang sekali bisa menemukan abel. Kebetulan sekali.
"Maaf biaya masuknya satu juta untuk administrasi. Biaya rawat inap dan lain-lain. Total sepuluh juta." kata sang penjaga administrasinya kepada abel.
Sepuluh juta?
Abel melirik mamanya. Uangnya habis tinggal dua juta di atm. Mamanya juga tidak punya uang apapun. Mama tiri abel hanya menganggakat bahunya. Dia tak punya uang sama sekali.
"Kamu gak bisa pinjam uang keatasan kamu atau teman kamu apa bel?" tanya mama tiri abel.
"Abel coba ya ma."
Abel baru akan menelfon temannya atau bosnya. Kenan datang dan memberikan kartunya kepada resepsionis rumah sakit.
"Pakai kartu saya. Berapapun gunakan saja." kata kenan membuat abel dan mama tirinya melirik kenan. Siapa dia?
"Saya kenan. Kamu sudah tau saya kan?" tanya kenan to the point pada abel. Abel mengangguk.
"Iya saya tau."
"Ikut saya setelah ini. Kamu bekerja dengan saya, menjadi mamanya alice. Saya bayar kamu perbulan. Kamu mau minta berapa perbulan?" tanya kenan to the point pada abel.
Mama tiri Abel menganguk-angguk kepada Abel. Meminta Abel untuk menerima tawaran Kenan.
"Udah, ikut aja." Kata mama tiri Abel kepada anaknya.
"Ini kartunya tuan. Semuanya sudah dibayar lunas. Total sepuluh juta lima ratus." Kata sang resepsionis rumah sakit, mengembalikan kartu Kenan.
"Iya terimakasih Suster." Kenan kembali menyimpan kartunya.
"Sudah saya bayarkan? Jadi ikut saya. Alice ada di rumah sakit ini juga, dia pingsan dan mimisan. Tolong apapun permintaan dia nanti, kamu iya kan dan bersikaplah manis kepada dia."
Kenan kembali menarik tangan Abel. Tapi Abel ingin melihat kondisi papanya.
"Saya mau lihat kondisi papa saya sebentar." Pinta Abel pada Kenan.
"Udah kamu kesana dulu, temui Alice. Papa biar urusan mama. Papa pasti ditangani dengan baik Abel." Bujuk mama tiri Abel. Kalau soal mendapatkan uang, ya nomer satu.
Kenan menatap Abel. Menunggu jawaban dari Abel. Abel pun ikut dengan Kenan ke ruangan Alice. Kenan tak sabar membuat Alice bahagia.
"Mama Alice dulu punya penyakit leukimia. Jadi nanti tolong bujuk dia untuk melakukan pemeriksaan lengkap." Kata Kenan tak melepaskan tangan Abel.
"Baik tuan." Jawab Abel, bingung mau panggil Kenan apa.
"Jangan panggil saya tuan. Panggil saya seperti kita saling sayang didepan Abel." Tegas Kenan kepada Abel. Tanpa melihat kebelakang. Dia terus berjalan menggandeng Abel menuju ke ruangan Alice.
"Lalu. Saya panggil Anda siapa?" Tanya Abel dengan sopan.
"Nama saja."
Abel mengangguk. Mereka sampai didepan ruangan Alice. Alice menepis tangan Kenan. Dia minta waktu untuk menghela nafas sebentar dan siap-siap menemui Alice.
"Sayang, ini papa datang sama-"
Kenan menggandeng Abel masuk. Abel tersenyum menatap Alice. Dia anak perempuan yang manis.
"Tante cantik dan baik yang nyelametin alice." Alice bahagia sekali melihat Abel.
"Mau peluk." Pinta Alice kepada Abel.
Kenan meminta Abel mendekat. Karena biaya rumah sakit sudah dibayar, mengingat ada hutang kepada Kenan. Abel pun mendekati Alice dan mengabulkan permintaan Alice.
"Hai sayang." Sapa Abel masih sedikit canggung.
"Tante cantik, mau gak jadi mama Alice?mau ya? Alice sudah lama gak punya mama, Alice suka sama Tante cantik?" Tanya Alice dalam pelukan Abel.
"Iya mau."
Abel dengan canggung menjawab itu. Dia melirik Kenan. Bayu takjub dengan Kenan, bagaimana bisa membawa Abel lalu membujuknya untuk mau menjadi mamanya alice. Bayu menepuk lengan Kenan. Seakan memberikan pujian, kerja bagus menemukan Abel.
"Makasih mama. Udah boleh panggil mama kan sekarang Alice?" Tanya Alice melepaskan pelukannya. Dia menatap Abel berbinar-binar. Sangat bahagia sampai hampir menangis.
"Iya."
Abel mengangguk pada Alice. Alice mencium pipi Abel. Abel bergantian mencium kening Alice. Abel masih tak tau harus bagaimana bersikap kepada Alice.
"Alice mau makan buah disuapi mama?" Tanya Lilis seakan memberikan petunjuk kepada Abel.
"Iya mau nenek, yang banyak. Biar cepet sembuh. Nanti berangkat ke sekolah dan kasih gau temen-teman. Kalau Alice sudah punya mama. Sama nanti minta Adek ya mama?" Pinta alice kepada Abel.
Hah? Adik? Kenan tak bilang apa-apa soal ini. Dia melirik Kenan dengan bingungnya. Kenan meminta Abel mengangguk.
"Iya. Adek." Kata Abel pada Alice.
"Sekarang makan dulu ya sayang. Habis itu minum susu dan minum vitaminnya nanti. Makan bubur ya? Jangan buah aja?" Kata Lilis mengalihkan pembicaraannya.
"Iya nenek. Disuapi mama ya." Pinta Alice lagi.
"Iya. Mama yang suapi."
Ada bubur dimeja dekat tempat tidur Alice. Abel duduk diatas ranjang Alice. Disamping Alice. Dia menyuapi Alice perlahan. Mengelap sudut bibir Alice.
Kenan hanya berdiri dan menatap anaknya yang terlihat sangat bahagia. Selalu senyum disuapi Abel. Bagaimana bisa orang asing membuat anaknya bahagia.
"Nanti mama tinggal sama Alice ya. Tidur sama Alice sama papa. Di kamar papa." Tunjuk Alice kepada Kenan. Abel hanya melirik Kenan. Dia masih bingung dengan pekerjannya?
Hanya menjadi mamanya alice, sebatas status? Atau bagaimana?