Melihat para pemuda itu berhasil membuka pintu rumahnya, Danira langsung berlari turun dari atas balkon.
Aku menghampir keempat lelaki kekar itu. "Terimakasih mas-mas semuanya, sudah membantu saya dan teman saya. Ini upah yang sudah saya janjikan tadi. Semoga bermanfaaat ya." Aku memberikan beberapa lembar uang berwarna biru kepada mereka
"Baik mbak, terimaksih juga. Kalau begitu, kami permisi." ujar salah satu pemuda itu.
Pintu rumah Danira berhasil terbuka. Tidak ada satu orang pun didalam rumah. Aku melangkajkan kaki masuk kedalam ruang tamunya. Tampak sekali isi ruang tamu itu berantakan seperti rumah tidak di rawat.
"Viraaaaa ! Terimakasaih ya, sudah menolongku. Aku gak tau lagi kalau gak ada kamu gimana nasibku." Ujar Danira berlari menghampiriku sesekali menyeka sisa-sisa buliran air mata membasahi pipinya.
Tampak sekali matanya merah, pipi memar serta pakain yang terlihat kusut seperti orang yang habis bertengkar. "Dan ini kenapa ?"